2 Samuel 6 (atau II Samuel 6, disingkat 2Sam 6) adalah bagian dari Kitab 2 Samuel dalam Alkitab Ibrani dan Perjanjian Lama di Alkitab Kristen. Dalam Alkitab Ibrani termasuk Nabi-nabi Awal atau Nevi'im Rishonim [נביאים ראשונים] dalam bagian Nevi'im (נביאים; Nabi-nabi).[1][2]
Teks
Waktu
- Kisah yang dicatat di pasal ini terjadi kurang lebih pada tahun ke-8 pemerintahan raja Daud, sekitar tahun 1000 SM.
Struktur
Pembagian isi pasal (disertai referensi silang dengan bagian Alkitab lain):
Ayat 1
- Daud mengumpulkan pula semua orang pilihan di antara orang Israel, tiga puluh ribu orang banyaknya. (TB)[3]
Ayat 2
- Kemudian bersiaplah Daud, lalu berjalan dari Baale-Yehuda dengan seluruh rakyat yang menyertainya, untuk mengangkut dari sana tabut Allah, yang disebut dengan nama TUHAN semesta alam yang bertakhta di atas kerubim.[4]
Kota "Baale-Yehuda" atau "Baala" tercatat dalam Kitab Yosua pasal 15 termasuk ke dalam wilayah suku Yehuda dan juga di situ sudah disebutkan bahwa nama lainnya adalah Kiryat-Yearim.[5] Hal itu diperkuat dengan catatan dari Kitab 1 Tawarikh pasal 13, yang menegaskan bahwa tabut itu dipindahkan dari Baala, yaitu Kiryat-Yearim.[6] Tabut perjanjian itu berada di sana sejak kembali dari tanah Filistin pada zaman Samuel, menurut catatan Kitab 1 Samuel pasal 7.[7]
Ayat 7
- Maka bangkitlah murka TUHAN terhadap Uza, lalu Allah membunuh dia di sana karena keteledorannya itu; ia mati di sana dekat tabut Allah itu.[8]
Allah membunuh Uza, menurut 1 Tawarikh 15:13 juga akibat Daud dan imam besar tidak menugaskan orang-orang Lewi untuk mengangkat tabut perjanjian sesuai dengan perintah Allah (Bilangan 1:47–52).
- Allah telah memerintahkan bahwa tak seorang pun boleh menyentuh tabut perjanjian, lambang kehadiran dan keagungan-Nya (Bilangan 4:15; bandingkan 1 Tawarikh 15:13–15). Tindakan Uza bersumber pada ketidaktahuannya akan firman Allah atau ketiadaan takut kepada Tuhan (bandingkan 1 Tawarikh 15:2).
- Uza menjadi contoh dari aneka bahaya yang terkandung dalam hal mempunyai semangat untuk Allah tanpa pengetahuan mengenai firman dan cara-cara Allah. Rencana Daud untuk mengembalikan tabut itu ke Yerusalem, dan keinginan Uza untuk memegangnya ketika tabut itu bergoyang atas kereta, menunjukkan semangat untuk kerajaan Allah, namun pada saat yang sama menghasilkan sikap yang mengabaikan standar-standar firman Allah yang kudus. Kebodohan bukan merupakan alasan. Penyataan Allah yang terilhamkan mengungkapkan kehendak-Nya mengenai seluruh kehidupan dan harus ditaati oleh mereka yang mengakui Dia sebagai Tuhan (bandingkan Imamat 10:1–3; Yosua 7:1–26; Kisah Para Rasul 5:1–11).[9]
Ayat 12
- Diberitahukanlah kepada raja Daud, demikian: "TUHAN memberkati seisi rumah Obed-Edom dan segala yang ada padanya oleh karena tabut Allah itu." Lalu Daud pergi mengangkut tabut Allah itu dari rumah Obed-Edom ke kota Daud dengan sukacita.[10]
Daud mengangkut tabut perjanjian ke Yerusalem (kota Daud; lihat 2 Samuel 5:6–7) dan mengubah kota tersebut menjadi pusat penyembahan dan ibu kota Israel. Diyakini kali ini ia mengikuti perintah Tuhan dan menyuruh suku Lewi memikul tabut tersebut (1 Tawarikh 15:2, 12).
Dua prestasi terbesar Daud sebagai raja berpusat sekitar "kota Daud":
- pembentukan Israel menjadi suatu bangsa kuat yang bersatu dengan ibu kotanya Yerusalem yang dibentengi dengan baik, dan
- penetapan ibadah kepada Tuhan di tempat yang utama itu sebagai prioritas tertinggi Israel (bandingkan 2 Samuel 7:1–29; 1 Tawarikh 15:1–17:27).[9]
Ayat 20
- Ketika Daud pulang untuk memberi salam kepada seisi rumahnya, maka keluarlah Mikhal binti Saul mendapatkan Daud, katanya: "Betapa raja orang Israel, yang menelanjangi dirinya pada hari ini di depan mata budak-budak perempuan para hambanya, merasa dirinya terhormat pada hari ini, seperti orang hina dengan tidak malu-malu menelanjangi dirinya!".[11]
Mikhal merasa bahwa Daud telah melakukan sesuatu yang tidak patut dilakukan oleh seorang raja Israel; pada waktu tabut perjanjian itu diarak ke dalam kota Daud, Mikhal "menjenguk dari jendela, lalu melihat raja Daud meloncat-loncat serta menari-nari di hadapan TUHAN. Sebab itu ia memandang rendah Daud dalam hatinya."[12] "Menelanjangi" berarti bahwa Daud telah menanggalkan jubah raja dan tampak dengan jubah biasa seperti yang dipakai seorang budak.[9] Ketika Daud menari-nari di hadapan TUHAN dengan sekuat tenaga; ia hanya berbaju efod dari kain lenan.[13]
Lihat pula
Referensi
Pranala luar