Ieoh Ming Pei, FAIA, RIBA[1] (26 April 1917 – 16 Mei 2019), lebih dikenal dengan sebutan I. M. Pei, adalah seorang arsitek Tionghoa Amerika. Pada tahun 1948, Pei dipekerjakan oleh seorang pengusaha lahan yasanNew York City yang bernama William Zeckendorf. Ia membanting tulang untuknya selama tujuh tahun dan kemudian ia mendirikan perusahaannya sendiri yang bernama I.M. Pei & Associates pada tahun 1955. Perusahaan ini berganti nama menjadi I.M. Pei & Partners pada tahun 1966 dan lalu menjadi Pei Cobb Freed & Partners pada tahun 1989. Pei pensiun dari pekerjaan purnawaktu pada 1990. Semenjak itu, ia bekerja sebagai konsultan arsitektur di perusahaan anak-anaknya, Pei Partnership Architects.
Leluhur Pei dapat ditilik kembali ke masa Dinasti Ming, ketika keluarganya pindah dari provinsi Anhui ke Suzhou. Keluarganya menjadi kaya dengan menjual tumbuhan-tumbuhan berkhasiat, dan mereka menegaskan pentingnya membantu orang yang kesusahan.[3] Ieoh Ming Pei lahir pada tanggal 26 April 1917 dari pasangan Tsuyee Pei dan Lien Kwun. Keluarganya pindah ke Hong Kong setahun kemudian. Keluarga tersebut pada akhirnya dikaruniai lima anak. Saat masih kecil, Pei sangat dekat dengan ibunya, yang merupakan seorang penganut agama Buddha yang taat dan dikenal akan kemampuannya dalam bermain seruling. Ibunya sering mengajak Pei untuk ikut dalam kegiatan retret meditasi.[4] Namun, hubungan Pei dengan ayahnya kurang rukun, meskipun ia tetap menghormati ayahnya.[5]
Berkat keberhasilan para leluhur Pei, keluarganya termasuk ke dalam golongan atas, tetapi Pei berkata bahwa ayahnya "tidaklah terdidik dalam hal seni".[6] Pei lebih tertarik dengan musik dan seni-seni lainnya bila dibandingkan dengan ayahnya, sehingga ia menjelajahi dunia seni sendirian. "Aku mendidik diriku sendiri", katanya.[5]
Saat berumur sepuluh tahun, Pei dan keluarganya pindah ke Shanghai setelah ayahnya naik jabatan. Pei masuk Saint Johns Middle School yang dikelola oleh para misionaris Protestan. Pelajaran di sekolah tersebut berat; para murid hanya diperbolehkan bersenang-senang selama satu setengah hari setiap bulannya. Pei gemar bermain biliar dan menonton film-film Hollywood, khususnya karya-karya Buster Keaton dan Charlie Chaplin. Ia juga mempelajari bahasa Inggris dengan membaca Alkitab dan novel-novel karya Charles Dickens.[7]
Shanghai dijuluki "Paris di Timur" berkat bangunan-bangunannya yang bergaya internasional.[9] Nuansa arsitektur global di kota tersebut berpengaruh terhadap Pei, dari kawasan tepi laut Bund sampai Park Hotel. Ia juga terkesima dengan kebun-kebun di Suzhou, dan di kota tersebut ia menjalani musim panas dengan keluarganya dan sering mengunjungi altar nenek moyang. Kebun Shizilin, yang dibangun pada abad ke-14 oleh seorang biksu Buddha, sangat berpengaruh terhadap Pei. Formasi batu, jembatan batu, dan air terjun di kebun tersebut terus membekas di benak Pei selama beberapa dasawarsa. Ia kelak berkata mengenai bagaimana ia menyukai perpaduan alam dan struktur buatan manusia di kebun tersebut.[2][7]
Tak lama setelah pindah ke Shanghai, ibu Pei terserang kanker. Untuk meringankan rasa sakit yang diderita, dokter menyarankan penggunaan opium, sehingga Pei ditugaskan oleh ibunya untuk mempersiapkan pipanya. Ibunya tutup usia tak lama setelah ulang tahun Pei yang ketiga belas, alhasil Pei dirundung kesedihan yang mendalam.[10] Pei dan saudara-saudaranya kemudian dititipkan kepada kerabat jauh, sementara ayah mereka menjadi semakin disibukkan oleh pekerjaannya. Terkait dengan hal ini, Pei berkata: "Ayahku mulai menjalani kehidupan secara terpisah tak lama setelah itu."[11] Ayahnya kemudian menikahi seorang wanita bernama Aileen.[12]
Tahun-tahun menuntut ilmu
Sebelum Pei menyelesaikan pendidikan menengahnya, ia memutuskan untuk kuliah di luar negeri. Ia diterima di sejumlah universitas, tetapi pada akhirnya memutuskan untuk masuk Universitas Pennsylvania.[14] Pilihan Pei dilandasi dua hal. Saat belajar di Shanghai, ia membaca dengan saksama katalog-katalog lembaga perguruan tinggi dari berbagai belahan dunia. Program arsitektur di Universitas Pennsylvania berhasil menarik perhatiannya.[15] Faktor besar lainnya adalah Hollywood. Pei terbius oleh penggambaran kehidupan kampus di film-film Bing Crosby yang benar-benar berbeda dengan suasana akademik di Tiongkok. "Kehidupan kampus di AS terlihat seperti kehidupan bersenang-senang", katanya pada tahun 2000. "Mengingat bahwa aku masih terlalu muda untuk bisa serius, aku ingin menjadi bagian darinya ... Kamu bisa merasakannya di film-film Bing Crosby. Kehidupan kampus di Amerika tampak sangat mengasyikkan. Ini bukanlah kenyataan, kita tahu itu. Meskipun begitu, pada masa itu, [kehidupan kampus AS] sangat menarik bagiku. Aku memutuskan itulah negara yang akan aku pilih."[16]
Pada tahun 1935, Pei menumpangi sebuah perahu dan berlayar ke San Francisco, dan lalu ia melanjutkan perjalanannya dengan menaiki kereta ke Philadelphia. Namun, kenyataan yang ia lihat dengan mata kepalanya sendiri tidaklah sesuai dengan harapannya. Para profesor di Universitas Pennsylvania mendasarkan pengajaran mereka pada gaya Beaux-Arts yang berasal dari tradisi klasik Yunani dan Romawi. Pei lebih tertarik dengan arsitektur modern, dan juga merasa terintimidasi dengan kemampuan para murid lainnya dalam membuat rancangan. Ia memutuskan untuk beralih ke program teknik di Massachusetts Institute of Technology (MIT). Namun, setibanya di universitas tersebut, kepala jurusan arsitektur menyampaikan pendapatnya perihal bakat Pei di bidang perancangan, sehingga ia meyakinkan Pei untuk kembali mengambil jurusan arsitektur.[17]
Fakultas arsitektur MIT juga berfokus pada aliran Beaux-Arts, dan Pei merasa tidak terinspirasi dengan gaya tersebut. Di perpustakaan, ia menemukan tiga buku karya arsitek Swiss-Prancis Le Corbusier. Pei terinspirasi dengan rancangan inovatif gaya internasional baru, yang memiliki ciri berupa bentuk sederhana dan penggunaan bahan kaca dan baja. Le Corbusier mengunjungi MIT pada November 1935, dan kunjungan tersebut sangat berdampak terhadap Pei: "Dua hari dengan Le Corbusier, atau 'Corbu' sebagaimana kami menyebutnya, mungkin merupakan hari-hari paling penting dalam pendidikan arsitekturku."[18] Pei juga dipengaruhi oleh karya arsitek AS Frank Lloyd Wright. Pada tahun 1938, ia pergi ke Spring Green, Wisconsin, untuk mengunjungi bangunan Taliesin terkenal buatan Wright. Namun, setelah menunggu selama dua jam, ia meninggalkan tempat tersebut tanpa menemui Wright.[19]
Meskipun ia tidak menyukai penekanan terhadap gaya Beaux-Arts di MIT, Pei unggul secara akademis. Kelak ia berkata, "Aku tentunya tidak menyesali masa-masa di MIT." Ia juga menambahkan bahwa "Di sana, aku mempelajari sains dan teknik pembangunan, yang sama pentingnya dengan arsitektur."[20] Pei meraih gelar Sarjana Arsitektur pada tahun 1940.[21]
Saat mengunjungi New York City pada akhir dasawarsa 1930-an, Pei bertemu dengan seorang murid Wellesley College yang bernama Eileen Loo. Mereka mulai berpacaran dan akhirnya menikah pada musim semi tahun 1942. Istrinya kemudian masuk program arsitektur bentang alam di Universitas Harvard, sehingga Pei dapat berkenalan dengan anggota-anggota fakultas di Harvard Graduate School of Design (GSD). Pei menyukai suasana di tempat tersebut, alhasil ia bergabung dengan GSD pada Desember 1942.[22]
Kurang dari sebulan kemudian, Pei berhenti bekerja di Harvard dan kemudian bergabung dengan National Defense Research Committee, yakni badan yang mengoordinasikan penelitian teknologi senjata AS selama Perang Dunia II. Latar belakang Pei dalam bidang arsitektur dianggap sebagai modal; salah seorang anggota komite tersebut berkata kepadanya: "Jika kamu tahu bagaimana caranya membangun, kamu seharusnya juga tahu bagaimana caranya menghancurkan."[23] Menjelang akhir perang melawan Jerman, Pei mulai memusatkan perhatiannya pada Perang Pasifik. AS menyadari bahwa bom-bom yang dipakai untuk menyerang gedung-gedung batu di Eropa tidak akan mujarab jika dipakai untuk menyerang kota-kota Jepang yang kebanyakan dibangun dari kayu dan kertas; maka Pei ditugaskan untuk mengerjakan bom-bom yang dapat memicu kebakaran. Pei bekerja selama dua setengah tahun di NDRC, tetapi ia tidak terlalu banyak mengungkapkan rincian pekerjaannya di komite tersebut.[24]
Pada tahun 1945, Eileen melahirkan seorang anak laki-laki yang bernama T'ing Chung. Eileen keluar dari program arsitektur bentang alam agar dapat mengasuhnya. Pei kembali ke Harvard pada musim gugur tahun 1945 dan menjabat sebagai assistant professor. GSD kemudian berkembang menjadi lembaga yang menentang aliran Beaux-Arts. Penggeraknya adalah anggota-anggota Bauhaus, yakni sebuah gerakan arsitektur Eropa yang mendukung rancangan modernis. Rezim Nazi telah mengecam aliran Bauhaus, alhasil para pemimpin gerakan tersebut meninggalkan Jerman. Dua orang di antaranya, yakni Walter Gropius dan Marcel Breuer, mengemban jabatan di GSD. Pergerakan ini menarik perhatian Pei dan ia bekerja sama dengan kedua orang tersebut.[25]
Salah satu proyek Pei di GSD adalah usulan rancangan sebuah museum seni di Shanghai. Ia ingin menciptakan suasana keaslian Tionghoa dalam rancangannya tanpa memakai bahan atau gaya tradisional.[26] Rancangan tersebut didasarkan pada struktur-struktur modernis, yang disusun di sekitaran kebun di lapangan tengah, dengan latar alami yang serupa di dekatnya. Rancangan ini menuai pujian; Gropius menyebutnya "Hal terbaik dalam kelas master[ku]".[26] Pei meraih gelar Master Arsitektur pada tahun 1946, dan kemudian mengajar di Harvard selama dua tahun.[1][27]
Karier
1948–56: Karier awal dengan Webb and Knapp
Pada musim semi tahun 1948, Pei dipekerjakan oleh seorang pengusaha lahan yasan New York yang bernama William Zeckendorf. Maka ia menjadi seorang arsitek di perusahaan Webb and Knapp yang merancang gedung-gedung di berbagai wilayah di AS. Pei menyadari bahwa kepribadian Zeckendorf berseberangan dengannya; atasan barunya dikenal akan suaranya yang keras dan sikapnya yang kasar. Meskipun demikian, mereka berteman baik dan Pei merasa bahwa pengalaman tersebut telah memperkaya dirinya. Zeckendorf juga memiliki banyak rekan politik, dan Pei senang karena dapat mengenal dunia sosial di luar lingkaran para perancang kota di New York.[28]
Proyek pertamanya untuk Webb and Knapp adalah sebuah apartemen dengan pendanaan dari Housing Act of 1949. Pei merancang sebuah menara melingkar dengan cincin konsentris. Kawasan-kawasan yang terletak paling dekat dengan tiang penopang akan menangani segala hal yang berkaitan dengan utilitas dan sirkulasi; apartemennya sendiri terletak di ujung luar. Zeckendorf menyukai rancangan tersebut dan bahkan menunjukkannya kepada Le Corbusier saat mereka sedang bertemu. Namun, biaya dari rancangan tak lazim semacam itu sangatlah tinggi, alhasil gedung tersebut tak pernah terwujud.[29]
Rancangan Pei akhirnya terwujud pada tahun 1949,[30] yakni sebuah gedung dua tingkat untuk perusahaan Gulf Oil di Atlanta, Georgia. Gedung tersebut dirobohkan pada Februari 2013, meskipun tampak depannya dipertahankan sebagai bagian dari proyek apartemen yang baru. Pei dipuji oleh jurnal Architectural Forum karena ia menggunakan marmer untuk dinding tirainya.[31] Rancangan-rancangan Pei pada permulaan kariernya mirip dengan karya-karya Mies van der Rohe, seperti yang juga bisa dilihat pada rancangan rumah akhir pekan Pei di Katonah pada tahun 1952. Setelah terwujudnya rancangan pertama Pei, ia dibanjiri oleh permintaan-permintaan proyek, sampai-sampai ia meminta kepada Zeckendorf agar ia dapat mempekerjakan seorang asisten. Ia memilih asistennya dari antara rekan-rekannya di GSD, termasuk Henry N. Cobb dan Ulrich Franzen. Mereka mengerjakan berbagai proyek, termasuk Roosevelt Field Shopping Mall. Tim tersebut juga merancang ulang gedung kantor Webb and Knapp; mereka mengubah kantor Zeckendorf menjadi ruang melingkar dengan tembok jati dan clerestory kaca, dan mereka juga memasang sebuah panel kendali di laci, sehingga atasan mereka dapat mengatur penerangan di kantornya. Proyek tersebut berjalan selama setahun dan biayanya melampaui anggaran yang telah diberikan, tetapi Zeckendorf merasa senang dengan hasilnya.[32]
Pada tahun 1952, Pei dan timnya mulai mengerjakan sejumlah proyek di Denver, Colorado. Proyek yang pertama adalah Mile High Center, yang menyusutkan gedung utama menjadi kurang dari 25% lahan; lahan yang tersisa dimanfaatkan sebagai tempat berdirinya sebuah balai pameran dan lapangan-lapangan yang berhiaskan air mancur.[34] Satu blok dari tempat tersebut, tim Pei juga merancang ulang Denver's Courthouse Square, yang memadukan ruang kantor, tempat komersial, dan hotel. Proyek tersebut membantu Pei merumuskan konsep arsitektur sebagai bagian dari geografi perkotaan yang lebih besar. Kelak ia berujar, "Aku mempelajari proses pembangunan (...), dan tentang kota sebagai organisme hidup."[35] Ia berkata bahwa pelajaran-pelajaran tersebut sangatlah penting untuk proyek-proyek berikutnya.[35]
Pei dan timnya juga merancang sebuah daerah perkotaan di Washington, D.C., yang disebut L'Enfant Plaza (mengambil nama dari arsitek Prancis-Amerika Pierre Charles L'Enfant).[36] Rekan sejawat Pei Araldo Cossutta menjadi arsitek utama Gedung Utara (955 L'Enfant Plaza SW) dan Gedung Selatan (490 L'Enfant Plaza SW) plaza tersebut.[36]Vlastimil Koubek menjadi arsitek Gedung Timur (L'Enfant Plaza Hotel, terletak di 480 L'Enfant Plaza SW), serta Gedung Tengah (475 L'Enfant Plaza SW; sekarang markas besar United States Postal Service).[36] Tim tersebut menetapkan sebuah visi besar yang dipuji oleh Washington Post dan Washington Star, tetapi proyek tersebut harus ditinjau ulang dan dikurangi kemegahannya akibat kesulitan dana.[37]
Pada tahun 1955, tim Pei mulai mengambil langkah untuk memisahkan diri dari Webb and Knapp dengan mendirikan sebuah perusahaan baru yang bernama I. M. Pei & Associates (namanya kelak diubah menjadi I. M. Pei & Partners). Mereka pun bebas bekerja sama dengan perusahaan lain, tetapi Zeckendorf tetap menjadi rekan usaha utama mereka. Perusahaan baru tersebut menonjolkan dirinya dengan menggunakan model-model arsitektur yang rinci. Mereka mengerjakan proyek kawasan hunian Kips Bay di sisi timur Manhattan, dan di tempat tersebut Pei merancang Kips Bay Towers, yakni dua menara apartemen dengan jendela-jendela berbidai (agar tidak tersorot matahari dan untuk melindungi privasi) yang dikelilingi oleh barisan pepohonan. Pei melibatkan dirinya dalam proses pembangunan di Kips Bay, dan bahkan ia memeriksa kantung-kantung beton untuk menjaga konsistensi warna.[38]
Perusahaan tersebut terus memusatkan perhatian pada rancangan perkotaan dengan mengerjakan proyek Society Hill di pusat kota Philadelphia. Pei merancang Society Hill Towers, sebuah blok hunian yang terdiri dari tiga bangunan berlanggam kubisme di tengah-tengah kawasan dengan gaya abad ke-18. Seperti proyek-proyek sebelumnya, ruang hijau menjadi unsur yang penting dalam rancangan Pei, dan ia juga menambahkan rumah-rumah bandar tradisional untuk membantu transisi dari rancangan klasik ke modern.[39]
Dari tahun 1958 hingga 1963, Pei dan Ray Affleck mengerjakan proyek pembangunan blok pusat kota Montreal. Selama proyek bertahap tersebut, ia merancang Royal Bank Plaza (Place Ville Marie), sebuah gedung yang menjadi salah satu karya Pei yang paling banyak menuai pujian di wilayah Persemakmuran. Menurut Canadian Encyclopedia, "lapangan besarnya dan gedung-gedung kantor bagian bawahnya, yang dirancang oleh arsitek AS yang terkenal di mancanegara I.M. Pei, membantu menetapkan standar-standar baru bagi arsitektur di Kanada pada dasawarsa 1960-an … Permukaan aluminium dan kaca yang halus di menara tersebut dan bentuk geometrik yang tidak dihias menunjukkan kesetiaan Pei kepada arus utama rancangan modern abad ke-20."[40]
Pada tahun 1959, ia diminta oleh MIT untuk merancang sebuah gedung untuk program ilmu bumi universitas tersebut. Green Building meneruskan gaya rancangan Kips Bay dan Society Hill. Namun, tempat pejalan kaki di lantai dasar rawan terkena hembusan angin secara mendadak, dan hal ini membuat malu Pei. "Aku berasal dari MIT, tapi aku tidak tahu soal efek terowongan angin."[41] Pada saat yang sama, ia merancang Kapel Monumen Luce di Universitas Tunghai, Taichung, Taiwan. Kapel tersebut memiliki struktur yang menjulang, sehingga dalam proyek ini ia keluar dari pola kubisme yang biasa ia gunakan dalam proyek-proyek perkotaannya.[42][43]
Tugas mengoordinasikan proyek-proyek sangat berdampak terhadap hasrat seni Pei. Ia bertanggung jawab mencari kontrak baru dan mengawasi proses perancangannya. Akibatnya, ia merasa bahwa kreativitasnya sama sekali tidak tertuang di dalam proyek-proyek tersebut. "Rancangan adalah sesuatu yang harus kamu tangani secara langsung," katanya. "Ketika bawahan-bawahanku dapat mengerjakan satu hal saja, aku harus mengawasi semua pekerjaan."[44] Rasa tidak puas di benak Pei mencapai puncaknya ketika masalah-masalah keuangan mulai melanda perusahaan Zeckendorf. I. M. Pei and Associates secara resmi putus hubungan dengan Webb and Knapp pada 1960. Hal ini memberikan ruang bagi Pei untuk berkreasi, tetapi ia juga merasa terpukul. Ia telah menjalin hubungan yang erat dengan Zeckendorf, dan keduanya merasa sedih karena harus berpisah.[45]
NCAR dan proyek-proyek terkait
Pei akhirnya bisa merancang lagi secara langsung setelah ia diminta oleh Walter Orr Roberts pada tahun 1961 untuk mengerjakan proyek Laboratorium Mesa di National Center for Atmospheric Research di luar kota Boulder, Colorado. Proyek tersebut berbeda dari proyek-proyek perkotaan yang sebelumnya dikerjakan oleh Pei; proyek ini berlangsung di ruang terbuka di kaki bukit Pegunungan Rocky. Ia membawa serta istrinya ke wilayah tersebut dan mereka mengunjungi berbagai gedung dan lingkungan alam sekitar. Ia dibuat kagum oleh gedung Akademi Angkatan Udara AS di Colorado Springs, meskipun ia merasa bahwa bangunan tersebut "terpisah dari alam".[47]
Tahap konseptualisasi merupakan tahap yang penting bagi Pei, dan ia merasa perlu keluar dari tradisi Bauhaus. Kelak ia menceritakan masa-masa yang ia jalani di wilayah tersebut: "Aku ingat tempat-tempat yang aku lihat dengan ibuku saat aku masih kecil—tempat pertapaan Buddhis di puncak gunung. Di pegunungan Colorado, aku mencoba mendengarkan keheningan lagi—seperti yang diajarkan oleh ibuku. Penyelidikan tempat tersebut menjadi semacam pengalaman keagamaan bagiku."[46]
Pei juga terilhami oleh tempat tinggal suku bangsa Pueblo kuno di tebing Mesa Verde; ia ingin agar bangunan-bangunan yang ia rancang selaras dengan alam di sekitarnya.[48] Maka dari itu, ia meminta agar batu-batuan yang menjadi bahan bangunan disesuaikan warnanya dengan warna pegunungan terdekat. Ia juga menetapkan lokasi laboratorium tersebut di atas bukit dengan puncak datar yang menghadap ke arah kota, dan merancang jalan masuk yang panjang dan berkelok-kelok.[49]
Roberts awalnya tidak menyukai rancangan Pei dan menurutnya rancangan tersebut "hanyalah sekumpulan menara".[50] Roberts memberikan masukan-masukan yang bersifat ilmiah dan bukannya yang berkaitan dengan seni, sehingga Pei merasa putus asa. Walaupun begitu, rancangan keduanya sesuai dengan keinginan Roberts: bangunan-bangunan yang terkumpul di satu tempat dengan ruang di antaranya, yang dihubungkan dengan struktur di bagian bawah dan dilengkapi dengan dua lantai bawah tanah. Arsitektur bangunannya menggunakan unsur-unsur kubisme, sementara jalur untuk pejalan kaki diatur sedemikian rupa agar dapat meningkatkan kemungkinan bertemunya para kolega.[51]
Setelah laboratorium tersebut selesai dibangun, timbul masalah-masalah yang terkait dengan konstruksinya. Kebocoran di atap membuat repot para peneliti, dan pergeseran lapisan tanah liat di bawah bangunan tersebut mengakibatkan keretakan yang harus diperbaiki dengan biaya yang tidak sedikit. Meskipun demikian, arsitek dan manajer proyek tersebut puas dengan hasil akhirnya. Pei menyebut karyanya yang ini sebagai "terobosan"nya, dan ia masih berteman dengan Roberts sampai ilmuwan tersebut menjemput ajal pada Maret 1990.[53]
Setelah Presiden John F. Kennedydibunuh pada November 1963, keluarga dan teman-temannya membahas rencana pembangunan sebuah perpustakaan yang akan mengenang sosok Kennedy. Sebuah komite dibentuk untuk menasihati istri mendiang Kennedy, Jacqueline, walaupun Jacqueline-lah yang akan mengambil keputusan terakhir. Kelompok tersebut melakukan pertimbangan selama berbulan-bulan dan mempertimbangkan banyak arsitek papan atas.[55] Pada akhirnya, Jacqueline memilih Pei sebagai perancang perpustakaan. Jacqueline menyukai berbagai gagasan yang ditelurkan oleh Pei untuk proyek-proyek sebelumnya. "Ia tidak hanya menggunakan satu cara untuk memecahkan sebuah masalah," ujarnya. Selain itu, Jacqueline merasa bahwa begitu Pei diberikan proyek, ia hanya akan memikirkan proyek itu dan bagaimana caranya agar hasilnya indah.[56] Pada akhirnya, Jacqueline memilih Pei karena ia memiliki hubungan pribadi dengannya. Jacqueline menyebutnya sebagai "sebuah keputusan yang sangat emosional", dan ia menjelaskan: "[Pei] sangat menjanjikan, seperti Jack; mereka lahir pada tahun yang sama. Aku memutuskan aksangat memenuhi janji, seperti Jack; mereka lahir pada tahun yang sama. Aku memutuskan untuk mengambil langkah besar bersamanya dengan senang hati."[57]
Sedari awal proyek tersebut sudah dihantui masalah. Permasalahan pertama terkait dengan cakupannya. Presiden Kennedy mulai mempertimbangkan struktur perpustakaannya tak lama setelah menjabat, dan ia ingin agar perpustakaan tersebut dijadikan arsip pemerintahannya, museum barang-barang pribadinya, sekaligus lembaga ilmu politik. Setelah Kennedy dibunuh, perpustakaan tersebut juga dijadikan persembahan untuk sang mantan presiden. Perubahan cakupan proyek mempersulit proyek perancangan dan juga menunda pelaksanaannya.[58]
Rancangan pertama yang diusulkan oleh Pei adalah sebuah piramida kaca besar yang akan membuat bagian dalamnya dibanjiri oleh sinar matahari. Hal ini merupakan lambang optimisme dan harapan yang telah ditunjukkan oleh pemerintahan Kennedy di AS. Nyonya Kennedy menyukai rancangan tersebut, tetapi mulai muncul penolakan di Cambridge (tempat yang pertama kali diusulkan sebagai lokasi perpustakaan tersebut) begitu proyek tersebut diumumkan. Banyak anggota masyarakat yang merasa khawatir bahwa perpustakaan tersebut akan menjadi tempat wisata, yang dianggap dapat mengakibatkan macet. Yang lainnya mempermasalahkan rancangan tersebut karena dianggap berbenturan dengan nuansa arsitektur Harvard Square yang ada di dekatnya. Pada pertengahan dasawarsa 1970-an, Pei mencoba mengusulkan rancangan baru, tetapi orang-orang yang menentang proyek tersebut masih bersikeras.[60] Peristiwa tersebut menyakitkan hati Pei, yang telah menyekolahkan ketiga anaknya di Harvard. Meskipun ia jarang mengungkapkan rasa putus asanya, hal ini dapat dilihat dengan jelas oleh istrinya. "Aku bisa melihat betapa lelahnya dia dari cara dia membuka pintu (...)", ujarnya. "Langkah kakinya berat. Sangat sulit bagi I. M. untuk melihat bahwa banyak orang yang tak menginginkan bangunan tersebut."[61]
Pada akhirnya, proyek tersebut dipindahkan ke Columbia Point di dekat University of Massachusetts Boston. Tempat tersebut kurang sesuai; lokasinya pernah menjadi tempat pembuangan akhir dan berada di atas pipa limbah yang besar. Tim perancang Pei menutupi pipa tersebut dan mengembangkan sistem ventilasi untuk menghilangkan bau busuk. Rancangan baru kemudian diumumkan; rancangan ini memadukan atrium yang ditutupi oleh kaca besar berbentuk persegi panjang dengan menara berbentuk segitiga dan jalur pejalan kaki yang melingkar.[62]
Perpustakaan dan Museum Presidensial John F. Kennedy diresmikan pada tanggal 20 Oktober 1979. Para kritikus pada umumnya menyukai bangunan tersebut, tetapi arsiteknya sendiri tidak merasa puas. Konflik selama bertahun-tahun dan kompromi untuk meredam konflik tersebut telah mengubah rancangannya, dan Pei merasa hasil akhirnya tidak mengejawantahkan semangat yang ia miliki pada mulanya. "Aku ingin mempersembahkan sesuatu yang sangat istimewa untuk mengenang Presiden Kennedy," ujarnya pada tahun 2000. "Proyek ini sebenarnya bisa dan seharusnya menjadi sebuah proyek agung."[59] Walaupun begitu, kiprah Pei selama proyek Kennedy melejitkan reputasinya sebagai seorang arsitek.[63]
Rencana Pei adalah sebuah prakarsa pemugaran perkotaan di pusat kota Oklahoma City, Oklahoma, pada dasawarsa 1960-an dan 1970-an. Istilah tersebut merupakan nama tidak resmi yang mengacu kepada dua tugas yang diamanatkan kepada Pei – yakni Central Business District General Neighborhood Renewal Plan (rancangan dituntaskan pada tahun 1964) dan Central Business District Project I-A Development Plan (rancangan dirampungkan pada tahun 1966). Proyek ini secara resmi diberlakukan pada tahun 1965.
Ratusan bangunan lama di pusat kota digusur untuk membuka jalan bagi tempat parkir, gedung kantor, dan retail, ditambah dengan tempat-tempat umum seperti Pusat Konvensi Myriad dan Taman Botani Myriad. Rencana Pei pun menjadi pola acu untuk pembangunan pusat kota Oklahoma City dari awal perumusannya sampai dasawarsa 1970-an. Proyek tersebut berhasil memugar gedung-gedung kantor dan tempat parkir di kota tersebut, tetapi gagal mendorong pembangunan retail dan hunian. Proyek ini juga menuai kecaman akibat penghancuran bangunan-bangunan bersejarah. Oleh sebab itu, pemerintah Oklahoma City menghindari proyek-proyek berskala besar di pusat kota pada dasawarsa 1980-an dan awal 1990-an, hingga disetujuinya prakarsa Metropolitan Area Projects (MAPS) pada tahun 1993.[64][65]
Cathedral Square di Providence
Kota lain yang menggunakan jasa Pei untuk melakukan pemugaran pada masa itu adalah Providence, Rhode Island.[66] Pada akhir dasawarsa 1960-an, Providence mengundang Pei untuk merancang ulang Cathedral Square, sebuah daerah yang pernah ramai, tetapi akhirnya terbengkalai.[66] Pei merancang alun-alun baru yang didasarkan pada pasar agora di Yunani Kuno. Alun-alun ini dibuka pada tahun 1972.[66] Namun, kota tersebut kehabisan anggaran sebelum visi Pei dapat diwujudkan sepenuhnya.[66] Selain itu, pembangunan Interstate 95 dan daerah perumahan untuk orang berpendapatan rendah telah mengubah wajah daerah tersebut.[66] Pada tahun 1974, The Providence Evening Bulletin menyatakan bahwa alun-alun baru Pei merupakan "sebuah kegagalan yang terlihat jelas".[66] Walaupun begitu, pada tahun 2016, laporan media menyebut alun-alun tersebut sebagai sebuah "permata tersembunyi" yang jarang dikunjungi.[66]
Balai Kota Dallas
Pembunuhan Kennedy secara tidak langsung membuat perusahaan Pei mendapatkan proyek yang lain. Pada tahun 1964, pelaksana tugas wali kota Erik Jonsson mencoba mengubah citra kotanya. Dallas mendapatkan citra buruk karena Kennedy dibunuh di kota tersebut, dan Jonsson memprakarsai sebuah program yang dimaksudkan untuk memulai pembaharuan masyarakat. Salah satunya adalah dengan membangun balai kota baru, yang dapat dijadikan "lambang masyarakat ".[68] Jonsson, salah satu pendiri Texas Instruments, mengenal kiprah Pei dari rekannya, Cecil Howard Green, yang pernah menjadikan Pei sebagai perancang gedung untuk program ilmu bumi di MIT.[69]
Pendekatan Pei dalam merancang Balai Kota Dallas tidaklah berbeda dari proyek-proyek yang sebelumnya; ia mensurvei daerah sekitar dan berusaha keras agar bangunan tersebut selaras dengan daerah tersebut. Di Dallas, ia menghabiskan waktu selama beberapa hari untuk bertemu dengan warga kota, dan ia merasa kagum dengan rasa bangga mereka. Ia juga merasa bahwa gedung pencakar langit di distrik bisnis Dallas mendominasi langit kota tersebut, dan ia mencoba menciptakan sebuah bangunan yang melambangkan pentingnya sektor publik. Ia mengatakan bahwa ia ingin melakukan sebuah "dialog" dengan "bangunan tinggi komersial".[70]
Pei bekerja sama dengan rekannya, Theodore Musho, dan mereka merancang sebuah bangunan dengan bagian atas yang lebih luas daripada bagian bawahnya; tampak depannya menjorok dengan sudut 34 derajat. Sebuah lapangan ditempatkan di depan gedung tersebut, dan sejumlah tiang besar didirikan untuk menopangnya. Gaya bangunan ini dipengaruhi oleh gedung Pengadilan Tinggi hasil rancangan Le Corbusier di Chandigarh, India; Pei mencoba menggunakan tritisan yang besar untuk menyatukan bangunan dengan alun-alun. Biaya yang diperlukan untuk menyelesaikan proyek tersebut lebih besar daripada yang sebelumnya diperkirakan, dan proyeknya sendiri memakan waktu sebelas tahun. Sebagian dari pemasukan diperoleh dari tempat parkir di bawah tanah. Bagian dalam balai kota tersebut sendiri luas; jendela-jendela di langit-langit di atas lantai kedelapan mengisi ruang utama dengan pencahayaan.[71]
Kota Dallas menyambut baik gedung tersebut, dan seorang kru berita televisi setempat merasa bahwa Balai Kota Dalas disetujui secara bulat oleh khalayak luas ketika gedung tersebut resmi dibuka untuk umum pada 1978. Pei sendiri menganggap proyek tersebut berhasil, meskipun ia merasa khawatir dengan penyusunan unsur-unsurnya. Ia berkata: "Bangunan ini mungkin lebih kuat daripada yang aku mau; bangunan ini lebih menunjukkan kekuatan daripada kemahiran."[73] Ia merasa bahwa ia kurang berpengalaman, sehingga kurang mampu mewujudkan visinya, tetapi masyarakat Dallas menyukai balai kota tersebut. Dalam beberapa tahun berikutnya, ia akan merancang lima bangunan lain di kawasan Dallas.[74]
Menara Hancock, Boston
Ketika Pei dan Musho mengoordinasikan proyek Dallas, rekan mereka Henry Cobb menjadi kepala pengerjaan sebuah proyek di Boston. Kepala Asuransi John Hancock yang bernama Robert Slater meminta kepada I. M. Pei & Partners untuk merancang sebuah bangunan yang dapat mengalahkan Menara Prudential yang didirikan oleh pesaing perusahaan asuransi tersebut.[75]
Rancangan pertama perusahaan tersebut sempat dibatalkan karena dibutuhkan ruang kantor yang lebih besar, dan Cobb kemudian mengembangkan rancangan menara yang baru. Untuk meminimalisasi dampak visualnya, gedung tersebut dilapisi oleh panel-panel kaca pemantul yang besar.[76] Setelah pembangunan Menara Hancock diselesaikan pada tahun 1976, gedung tersebut menjadi gedung tertinggi di kawasan New England.[77]
Proses pembangunan gedung ini dirundung berbagai masalah. Banyak panel kaca yang retak akibat angin ribut pada tahun 1973. Beberapa panel kaca bahkan copot dan jatuh dari ketinggian; walaupun tidak ada korban yang berjatuhan, kejadian tersebut membuat khawatir warga Boston. Akibatnya, panel-panel di seluruh menara tersebut diganti dengan panel-panel yang lebih kecil. Tindakan ini melambungkan biaya proyek. Hancock menuntut pabrik kaca Libbey-Owens-Ford serta I. M. Pei & Partners karena mereka dianggap telah mengajukan rancangan-rancangan yang "tak bagus dan tak profesional".[78] LOF menggugat balik Hancock atas tuduhan fitnah, dan mereka juga menyatakan bahwa perusahaan Pei telah memilih bahan yang tidak bagus; I. M. Pei & Partners kemudian turut menggugat LOF. Ketiga perusahaan tersebut menyelesaikan sengketa mereka di luar pengadilan pada tahun 1981.[79]
Proyek tersebut menjadi beban tersendiri bagi perusahaan Pei. Pei menolak membahasnya selama bertahun-tahun. Jumlah proyek baru yang ditugaskan kepada perusahaan Pei mulai berkurang, dan mereka pun mulai mencari kesempatan di luar negeri. Cobb bekerja di Australia, sementara Pei mendapatkan pekerjaan di Singapura, Iran, dan Kuwait. Meskipun masa tersebut merupakan masa-masa yang sulit bagi mereka berdua, Pei kemudian menunjukkan kesabarannya. "Cobaan ini telah memperkuat kami," katanya. "Hal ini menguatkan hubungan kami sebagai rekan kerja; kami masih saling percaya."[80]
Gedung Timur Galeri Nasional, Washington, DC
Pada pertengahan dasawarsa 1960-an, direktur-direktur Galeri Seni Nasional di Washington, D.C., menyatakan bahwa mereka membutuhkan gedung baru. Paul Mellon, salah satu penyumbang utama sekaligus anggota komite pembangunan galeri tersebut, mulai mencari seorang arsitek bersama dengan asistennya, J. Carter Brown (yang kemudian menjadi direktur galeri pada tahun 1969). Bangunan baru rencananya akan didirikan di sebelah timur bangunan yang sudah ada, dan bangunan tersebut memiliki dua kegunaan: untuk menyediakan ruang yang lebih besar agar pengunjung dapat mengapresiasi berbagai koleksi populer, serta sebagai ruang kantor dan arsip-arsip untuk penelitian. Setelah mempertimbangkan karya Pei di Des Moines Art Center, Iowa, serta di Museum Johnson di Universitas Cornell, mereka menawarkan proyek tersebut kepadanya.[82]
Pei menerima proyek tersebut dengan penuh semangat, dan ia bekerja sama dengan dua arsitek muda yang baru saja ia pekerjakan di perusahaannya, yakni William Pedersen dan Yann Weymouth. Tantangan pertama mereka adalah bentuk tak lazim dari situs proyek, yakni sebidang tanah berbentuk trapesium di persimpangan Constitution Avenue dan Pennsylvania Avenue. Pei mendapatkan ilham pada tahun 1968 saat ia sedang menggambar skema dua segitiga di atas secarik kertas. Bangunan yang lebih besar akan dijadikan galeri umum, sementara yang lebih kecil akan dijadikan kantor dan arsip. Bentuk segitiga tersebut menjadi visi tunggal Pei untuk proyek ini. Ketika tenggat waktu peletakan batu pertama semakin mendekat, Pedersen menyarankan kepada Pei untuk menggunakan pendekatan yang sedikit berbeda agar pembangunannya menjadi lebih mudah. Pei hanya tersenyum dan berkata: "Tak ada kompromi."[83]
Pertumbuhan popularitas museum-museum seni menghadirkan tantangan-tantangan tersendiri. Mellon dan Pei memperkirakan bahwa bangunan tersebut akan didatangi oleh banyak pengunjung, sehingga mereka menyesuaikan rancangan mereka dengan hal tersebut. Untuk itu, ia merancang sebuah lobi besar beratap tembus pandang. Galeri-galerinya terletak di pinggiran, sehingga pengunjung dapat kembali ke ruangan utama yang luas setelah selesai melihat pameran di suatu galeri. Sebuah pahatan besar karya seniman Amerika Alexander Calder kemudian ditambahkan di lobi tersebut.[84] Pei berharap agar lobi ini akan memukai publik seperti ruangan utama Museum Guggenheim di New York. Belakangan Pei berkomentar bahwa museum modern "harus sangat memperhatikan tanggung jawab pendidikannya, terutama bagi kaum muda".[85]
Bahan-bahan yang dipakai untuk membangun bagian luar bangunan tersebut dipilih dengan hati-hati. Agar sesuai dengan penampilan dan tekstur tembok marmer di Gedung Barat, tambang batu di Knoxville, Tennessee, dibuka kembali, karena batu marmer berwarna merah jambu yang digunakan untuk membuat Gedung Barat berasal dari wilayah tersebut. Proyek Gedung Timur bahkan mempekerjakan Malcolm Rice, seorang pengawas tambang batu yang pernah mengawasi proyek Gedung Barat pada tahun 1941. Marmer tersebut dipotong menjadi blok setebal tiga inci dan disusun di atas fondasi beton, dengan blok-blok yang lebih gelap di bawah dan blok-blok yang lebih cerah di atas.[87]
Pesta resmi diadakan di Gedung Timur pada tanggal 30 Mei 1978, dua hari sebelum gedung tersebut dibuka untuk umum. Pesta tersebut dihadiri oleh berbagai selebriti, politikus, dermawan, dan seniman. Setelah gedung tersebut dibuka, banyak pengunjung yang mendatangi museum baru ini, dan rancangan gedung sendiri disanjung oleh para kritikus. Ada Louise Huxtable menulis dalam The New York Times bahwa bangunan karya Pei adalah
"pengungkapan yang mewah terhadap tempat penaungan seni rupa dan arsitektur kontemporer'".[86] Sudut yang tajam di Gedung Timur juga menuai pujian; seiring berjalannya waktu, sudut tersebut menjadi bernoda dan lapuk akibat tangan-tangan pengunjung.[88]
Namun, beberapa kritikus tak menyukai rancangan Pei yang tak lazim, dan mereka mengkritik penggunaan bentuk segitiga di bangunan tersebut. Yang lainnya mempermasalahkan lobi utama yang besar, terutama upayanya untuk memikat pengunjung-pengunjung biasa. Dalam ulasannya untuk Artforum, kritikus Richard Hennessy mengkritik gedung ini karena dianggap memiliki "nuansa funhouse yang mengguncangkan hati" dan "aura patronase Romawi kuno".[86] Namun, salah satu kritikus yang sebelumnya sangat lantang bersuara malah menyukai gedung ini setelah ia melihatnya dengan mata kepalanya sendiri. Allan Greenberg sebelumnya mencibir rancangan gedung ini saat gedung tersebut pertama kali dibuka, tetapi kemudian ia menulis kepada J. Carter Brown: "Aku harus mengakui bahwa kamu benar dan aku salah! Bangunan tersebut adalah sebuah mahakarya."[89]
Xiangshan, Tiongkok
Semenjak Presiden AS Richard Nixon melakukan kunjungan bersejarah ke Tiongkok pada tahun 1972, kedua negara ini mulai melakukan pertukaran, misalnya dengan mengirim delegasi-delegasi dari American Institute of Architects ke Tiongkok pada tahun 1974. Pei merupakan salah satu dari delegasi tersebut. Ini adalah kunjungan pertamanya ke Tiongkok semenjak ia meninggalkan negara tersebut pada tahun 1935. Ia disambut dengan baik, dan ia membalasnya dengan memberikan komentar-komentar positif. Ia juga menyampaikan sejumlah ceramah di negara tersebut. Dalam salah satu ceramah yang ia sampaikan, Pei mengatakan bahwa semenjak dasawarsa 1950-an, arsitek-arsitek Tiongkok sudah dipuaskan hanya dengan meniru gaya Barat; ia mengajak orang-orang yang menghadiri ceramahnya untuk menjelajahi tradisi asli Tiongkok untuk mencari ilhan.[90]
Pada tahun 1978, Pei diminta memulai proyek di negara asalnya. Setelah meninjau berbagai tempat, ia jatuh cinta dengan sebuah lembah yang pernah menjadi taman kekaisaran dan tempat berburu yang dikenal dengan nama Xiangshan. Di tempat tersebut, terdapat sebuah hotel yang sudah terbengkalai; Pei dipersilakan meruntuhkannya dan membangun hotel yang baru. Seperti biasanya, ia mempertimbangkan konteks dan tujuan dari proyek tersebut dengan hati-hati. Selain itu, ia merasa bahwa gaya modern tidak cocok di tempat tersebut. Maka dari itu, ia merasa perlu dicari "jalan ketiga".[92]
Setelah mengunjungi rumah leluhurnya di Suzhou, Pei membuat sebuah rancangan yang didasarkan pada rumah-rumah tradisional Tiongkok. Beberapa unsur yang ia gunakan adalah keberadaan kebun-kebun, integrasi dengan alam, dan pertimbangan hubungan antara bagian tertutup dan terbuka. Rancangan Pei meliputi atrium tengah besar yang dilapisi oleh panel-panel kaca yang berfungsi seperti ruang tengah besar di Gedung Timur Galeri Nasional. Terdapat berbagai bentuk bukaan di tembok agar para pengunjung dapat melihat pemandangan alam di luar. Rancangan ini mengecewakan para pemuda Tiongkok yang menginginkan bangunan dengan cita rasa kubisme, tetapi para pejabat dan arsitek pemerintah menyukai rancangan tersebut.[93]
Hotel dengan 325 kamar tamu dan atrium tengah setinggi empat lantai ini dirancang agar selaras dengan lingkungan sekitarnya. Pohon-pohon di kawasan tersebut menjadi perhatian khusus, dan mereka sebisa mungkin mencoba untuk tidak menebang pohon. Ia bekerja sama dengan seorang pakar asal Suzhou untuk menjaga dan merenovasi labirin air yang ada di hotel sebelumnya, dan labirin ini merupakan salah satu dari lima labirin air yang ada di Tiongkok. Pei juga sangat berhati-hati dengan susunan benda-benda di kebun di belakang hotel; ia bahkan bersikeras agar bebatuan dengan total massa 210 ton dibawa dari sebuah lokasi di Tiongkok barat daya untuk menyesuaikan kebun dengan estetika alamnya. Salah satu rekan Pei belakangan menyatakan bahwa ia tak pernah melihat Pei begitu fokus pada suatu proyek.[94]
Selama proses pembangunan, terjadi sejumlah kesalahan ditambah dengan masalah keterbelakangan teknologi di Tiongkok. Di Amerika Serikat, hanya diperlukan sekitar 200 pekerja untuk membangun struktur seperti ini, tetapi proyek Xiangshan membutuhkan lebih dari 3.000 pekerja. Sebabnya adalah perusahaan pembangunnya yang tidak memiliki mesin-mesin canggih yang digunakan di negara-negara lain. Permasalahan ini berlanjut selama berbulan-bulan, sampai-sampai Pei terlihat begitu emosional saat sedang bertemu dengan para pejabat Tiongkok. Ia belakangan menjelaskan bahwa ia sampai "berteriak dan menggebrak meja" karena putus asa.[95] Menjelang pembukaan hotel ini, Pei merasa hotel tersebut masih membutuhkan pengerjaan. Ia mulai menggosok lantai dengan istrinya dan memerintahkan anak-anaknya untuk merapikan tempat tidur dan menyedot debu di lantai. Kesulitan dalam pelaksanaan proyek ini sangat menguras fisik dan emosi keluarga Pei.[96]
Hotel Xiangshan dibuka pada tanggal 17 Oktober 1982, namun tidak lama kemudian hotel tersebut terbengkalai. Salah satu bawahan Pei mengunjungi kembali tempat tersebut beberapa tahun kemudian, dan ia dapat memastikan bahwa kondisinya memang sudah lapuk. Ia dan Pei menyalahkan ketidakbiasaan Tiongkok dengan gedung-gedung mewah.[98] Komunitas arsitek Tiongkok pada masa itu juga tidak terlalu memperhatikan bangunan ini, karena mereka lebih tertarik dengan karya-karya pasca-modernis Amerika seperti Michael Graves.[99]
Javits Convention Center, New York
Saat proyek Xiangshan hampir selesai, Pei memulai pengerjaan Jacob K. Javits Convention Center di New York City. Perancang utama untuk proyek ini adalah rekannya, James Freed. Freed ingin mendirikan sebuah lembaga komunitas yang aktif di sisi barat Manhattan yang terbengkalai pada masa itu. Ia mengembangkan struktur berlapis kaca dengan rangka ruang dari logam.[100]
Sedari awal, proyek pusat konvensi tersebut sudah dihantui masalah kekurangan biaya dan kesalahan konstruksi. Peraturan kota melarang kontraktor umum mengambil keputusan akhir dalam proyek, sehingga arsitek dan manajer Richard Kahan harus berkoordinasi dengan para tukang bangunan, tukang pipa, tukang listrik, dan pekerja-pekerja lainnya. Bola-bola dari baja tiba di tempat konstruksi dengan berbagai kerusakan, sampai-sampai 12.000 dari antaranya harus ditolak. Akibatnya, media membandingkan proyek ini dengan proyek Menara Hancock. Seorang pejabat New York City menyalahkan Kahan atas segala permasalahan yang muncul, dan menyiratkan bahwa arsitektur dari bangunan tersebutlah yang mengakibatkan penundaan dan krisis keuangan.[101] Javits Center dibuka pada tanggal 3 April 1986, dengan sambutan yang umumnya positif. Namun, selama acara pembukaan, peranan Freed dan Pei sama sekali tidak diakui.
Setelah François Mitterrand terpilih sebagai Presiden Prancis pada tahun 1981, ia mengeluarkan berbagai rencana pembangunan yang ambisius. Salah satunya adalah proyek renovasi Museum Louvre. Mitterrand mengangkat seorang pegawai negeri bernama Émile Biasini sebagai penanggungjawab. Setelah mengunjungi museum-museum di Eropa dan Amerika Serikat, termasuk Galeri Nasional AS, Émile meminta Pei untuk ikut dalam proyek ini. Pei diam-diam melakukan tiga kunjungan ke Paris untuk meninjau kelayakan proyek; hanya satu karyawan museum yang mengetahui alasan Pei mendatangi museum tersebut.[103] Pei akhirnya setuju bahwa proyek rekonstruksi Louvre tidak hanya mungkin dilakukan, tetapi memang diperlukan demi masa depan museum tersebut. Maka dari itu, ia menjadi arsitek asing pertama yang mengerjakan proyek di Louvre.[104]
Bagian utama dari proyek tersebut meliputi renovasi Cour Napoléon di tengah-tengah bangunan serta transformasi bagian dalam. Pei mengusulkan agar ada pintu masuk di tengah yang akan menghubungkan tiga bangunan utama (seperti di Gedung Timur Galeri Nasional). Di bawahnya akan ada beberapa lantai tambahan untuk penelitian, gudang, dan keperluan perawatan. Ia merancang sebuah piramida dari kaca dan baja di tengah-tengah lapangan (yang pertama kali ia usulkan untuk Perpustakaan Kennedy) untuk dijadikan pintu masuk. Piramida ini "dicerminkan" oleh piramida lain yang terbalik di bawahnya untuk memantulkan cahaya matahari ke dalam ruangan. Rancangan ini dibuat untuk menghormati arsitek bentang alam Prancis André Le Nôtre (1613–1700).[105] Pei juga merasa bahwa piramida merupakan bentuk "yang paling sesuai dengan arsitektur Louvre, terutama dengan bidang bertingkat di atapnya".[102]
Biasini dan Mitterrand menyukai rancangan tersebut, tetapi proyek renovasinya tidak disukai oleh direktur Louvre, André Chabaud. Ia mengundurkan diri dari jabatannya dan menyatakan bahwa proyek tersebut "tidak layak" dan dapat mengakibatkan "risiko-risiko arsitektural".[106] Masyarakat juga bereaksi keras terhadap rancangan tersebut, terutama akibat usulan piramida di tengahnya.[107] Seorang kritikus menyebutnya "perkakas raksasa yang merusak";[108] kritikus yang lain mencibir Mitterrand dengan tuduhan "despotisme", karena ia dianggap telah merusak Paris dengan "kejahatan".[108] Pei memperkirakan bahwa 90 persen orang Paris menentang rancangannya. "Aku melihat muka-muka yang marah di jalanan Paris," katanya.[109] Beberapa kecaman yang dilayangkan juga bersifat nasionalistik. Salah satu orang yang menolak piramida tersebut menyatakan: "Aku kaget bahwa kita perlu mencari seorang arsitek Tionghoa di Amerika untuk mengurus pusat bersejarah ibu kota Prancis."[110]
Walaupun begitu, Pei dan timnya kemudian didukung oleh beberapa tokoh-tokoh budaya yang penting, seperti konduktor Pierre Boulez dan istri mendiang Presiden Georges Pompidou, Claude Pompidou. Untuk meredam amarah publik, Pei mengikuti nasihat wali kota Paris saat itu, Jacques Chirac, dan memasang model piramida berukuran penuh yang terbuat dari kabel di lapangan Louvre. Model tersebut dipamerkan selama empat hari dan dilihat oleh sekitar 60.000 orang. Beberapa kritikus mulai melunak setelah melihat skala dari usulan piramida tersebut.[111]
Untuk meminimalkan dampak struktur, Pei meminta metode produksi yang menghasilkan kaca jendela yang bening. Piramida tersebut dibangun pada saat yang sama dengan lantai-lantai bawah tanah, yang menyulitkan proses pembangunan piramida. Selama pengerjaan proyek, para tukang bangunan menemukan sejumlah ruangan yang telah ditinggalkan dan berisi 25.000 barang bersejarah; ruangan tersebut digabung dengan struktur museum lainnya untuk menambah ruang pameran yang baru.[112]
Lapangan Louvre yang baru dibuka untuk umum pada tanggal 14 Oktober 1988, sementara pintu masuk piramida dibuka pada Maret 1989. Pada masa itu, opini publik sudah melunak; hasil jajak pendapat menunjukkan bahwa 56% mendukung piramida ini, sementara 23% masih menentang. Surat kabar Le Figaro awalnya mengkritik habis-habisan rancangan Pei, tetapi kemudian merayakan peringatan sepuluh tahun suplemen majalahnya di piramida tersebut.[113]Pangeran Charles dari Britania meninjau situs tersebut dengan rasa penasaran, dan menyebutnya "luar biasa, sangat menakjubkan".[114] Seorang penulis di surat kabar Le Quotidien de Paris menyatakan: "Piramida yang sangat ditakutkan menjadi menawan."[114] Pengalaman di Louvre sangat melelahkan bagi Pei, tetapi juga memuaskan hatinya. Belakangan ia berkata, "Setelah Louvre, aku pikir tak ada lagi proyek yang terlalu sulit."[115]Piramida Louvre sendiri telah menjadi hasil rancangan Pei yang paling terkenal.[116]
Meyerson Symphony Center, Dallas
Pada saat Piramida Louvre dibuka, Pei juga sedang mengerjakan empat proyek lain, sehingga kritikus Paul Goldberger menyatakan tahun 1989 sebagai "tahun Pei" dalam surat kabar The New York Times.[117] Pada tahun tersebut, perusahaan Pei juga mengganti namanya menjadi Pei Cobb Freed & Partners untuk melambangkan kedudukan rekan-rekannya. Pei sempat berpikir akan pensiun karena umurnya sudah tujuh puluh dua tahun, tetapi ia masih bekerja selama berjam-jam agar rancangan-rancangannya dapat terwujud.[118]
Pei kembali ke Dallas karena ia diberi tugas merancang Morton H. Meyerson Symphony Center. Berkat keberhasilan para seniman pertunjukan di Dallas (khususnya Orkestra Simfoni Dallas yang saat itu dipimpin oleh konduktor Eduardo Mata), para pemimpin kota ingin mendirikan pusat musik yang dapat menyaingi gedung-gedung konser terbaik di Eropa. Sebuah komite yang didirikan untuk mewujudkan proyek tersebut mencoba menghubungi 45 arsitek. Pei pada awalnya tidak menanggapi permintaan tersebut, karena ia merasa bahwa hasil rancangannya di Balai Kota Dallas telah meninggalkan kesan yang buruk. Namun, salah satu koleganya dalam proyek Balai Kota Dallas bersikeras agar ia menemui komite tersebut. Pei menuruti keinginan tersebut. Meskipun proyek ini akan menjadi proyek gedung konser pertamanya, komite tersebut bersepakat untuk menganugerahkan proyek ini kepada Pei. Salah seorang anggotanya berkata: "Kami yakin bahwa arsitek terhebat di dunia akan melakukan yang terbaik."[120]
Proyek ini menjadi tantangan tersendiri bagi Pei. Gedung konser digunakan untuk pagelaran musik secara langsung, sehingga rancangan aulanya harus mengutamakan segi akustik, setelah itu baru akses publik dan keindahan bagian luar. Untuk itu, seorang teknisi suara profesional dipekerjakan untuk merancang bagian dalamnya. Teknisi tersebut mengusulkan sebuah auditorium bergaya kotak sepatu, yang dipakai dalam rancangan gedung-gedung konser terkenal di Eropa seperti Amsterdam Concertgebouw dan Wiener Musikverein. Pei mendapatkan ilham dari hasil rancangan arsitek Jerman Johann Balthasar Neumann, khususnya gedung Basilika Empat Belas Penolong Kudus. Ia juga mencoba memadukan unsur-unsur panache dari gedung Opéra Paris yang dirancang oleh Charles Garnier.[121]
Pei menghadapi risiko yang tinggi saat mengerjakan proyek ini: misi-misi yang ingin digapai bersifat ambisius, dan kesalahan akustik tidak akan bisa diperbaiki setelah gedung konser selesai dibangun. Pei mengakui bahwa ia tak tahu hasil akhirnya akan bagaimana. "Aku hanya dapat membayangkan 60 persen ruang dalam bangunan tersebut," katanya pada tahun-tahap awal. "Sisanya akan mengejutkanku seperti halnya orang-orang lain."[122] Seiring dengan perkembangan proyek tersebut, biayanya terus meningkat dan beberapa sponsor menimbang-nimbang penghentian pendanaan. Walaupun begitu, miliuner Ross Perot memberikan sumbangan sebesar AS$10 juta, dengan syarat agar gedung tersebut dinamai dari Morton H. Meyerson, orang yang telah lama menjadi pendukung seni rupa di Dallas.[123]
Setelah dibuka untuk umum, gedung ini langsung mendapatkan banyak pujian, khususnya karena akustiknya. Sesudah menghadiri pertunjukan-pertunjukan yang diadakan dalam kurun waktu seminggu di balai tersebut, seorang kritikus musik dari surat kabar The New York Times menceritakan pengalamannya secara antusias dan mengucapkan selamat kepada perancangnya. Salah satu rekan Pei berkata kepadanya selama pesta yang digelar sebelum pembukaan secara resmi bahwa gedung konser tersebut adalah "gedung yang sangat matang"; Pei tersenyum dan berkata: "Oh, tapi apakah aku harus menunggu selama ini?"[124]
Bank of China, Hong Kong
Pei mendapatkan tawaran baru dari pemerintah Tiongkok pada tahun 1982. Untuk mempersiapkan penyerahan kedaulatan atas Hong Kong dari Britania Raya kepada Republik Rakyat Tiongkok pada tahun 1997, pemerintah Tiongkok meminta bantuan Pei untuk merancang sebuah menara baru untuk cabang Bank of China di Hong Kong. Pemerintah Tiongkok ingin agar menara tersebut melambangkan modernitas dan kekuatan ekonomi. Mengingat bahwa ayah Pei pernah memiliki riwayat di Bank of China sebelum dimulainya masa kekuasaan komunis, pejabat Tiongkok mendatangi ayah Pei yang sudah berumur 89 tahun di New York untuk meminta persetujuan atas keterlibatan putranya dalam proyek tersebut. Pei kemudian berbicara dengan ayahnya sehubungan dengan usulan tersebut. Meskipun Pei masih kesal dengan pengalamannya di Xiangshan, ia bersedia menerima tugas tersebut.[125]
Proyek tersebut direncanakan akan dibangun di Distrik Pusat Hong Kong, tetapi lokasinya bukanlah lokasi yang ideal. Lahannya tidak hanya dikepung oleh jalan raya di ketiga sisinya, tetapi tempat tersebut juga pernah menjadi markas besar kepolisian militer Jepang selama Perang Dunia II yang memiliki citra buruk akibat penyiksaan tahanan. Lahan yang tersedia cukup sempit, sehingga diperlukan sebuah menara yang tinggi. Pei biasanya menjaga jaraknya dari proyek semacam itu. Pei kekurangan inspirasi, sehingga ia berlibur di rumah keluarganya di Katonah, New York. Di tempat tersebut, ia melakukan uji coba dengan tongkat-tongkat hingga ia mendapati susunan yang berpancar ke bawah.[126]
Rancangan Menara Bank of China yang dikembangkan oleh Pei terlihat unik sekaligus merupakan gedung yang layak secara teknis dan dapat memenuhi standar resistensi angin kota Hong Kong. Beberapa penganut feng shui di Hong Kong dan Tiongkok mengkritik rancangan tersebut, tetapi Pei dan para pejabat pemerintah tidak banyak melakukan penyesuaian.[127] Saat pembangunan menara tersebut hampir rampung, Pei sangat dikejutkan oleh peristiwa pembantaian warga tak bersenjata selama unjuk rasa Lapangan Tiananmen 1989. Ia menuliskan pendapatnya di surat kabar The New York Times dan mengatakan bahwa "Tiongkok Sudah Tidak Seperti Dulu". Ia juga berkata bahwa pembantaian tersebut "melukai hati sebuah generasi yang membawa harapan bagi masa depan negara tersebut".[128] Pembantaian tersebut membuat marah keluarganya, dan ia menyatakan bahwa "reputasi Tiongkok sudah hancur."[128]
1990–2019: proyek-proyek museum
Semenjak permulaan dasawarsa 1990-an, Pei mulai mengurangi keterlibatannya di perusahaannya sendiri. Jumlah karyawannya mulai berkurang, dan Pei ingin fokus mengerjakan proyek-proyek kecil yang memberikan lebih banyak ruang bagi kreativitas. Namun, sebelum ia mulai melakukan hal tersebut, ia masih mengerjakan satu proyek besar terakhir: Rock and Roll Hall of Fame di Cleveland, Ohio. Walaupun ia merasa bahwa karyanya ini terkait dengan budaya agung yang setingkat dengan Louvre dan Galeri Nasional AS, banyak kritikus yang kaget karena ia mau mengaitkan dirinya dengan apa yang dianggap banyak orang sebagai "budaya rendahan". Atas dasar inilah sponsor-sponsor gedung tersebut mempekerjakan Pei: mereka ingin agar bangunan tersebut menunjukkan aura kehormatan sedari awal. Seperti sebelum-sebelumnya, Pei menerima proyek ini salah satunya karena proyek ini memang menantang baginya.[129]
Dengan menggunakan tembok kaca di pintu masuknya (mirip dengan piramida Louvre buatannya), Pei melapisi bagian luar bangunan utama dengan logam putih, dan menempatkan struktur besar berbentuk tabung di ketinggian untuk dijadikan ruang pentas. Menurut Pei, perpaduan bagian melingkar dengan tembok-tembok bersudut dimaksudkan untuk menghasilkan "nuansa energi muda yang menggebu-gebu, memberontak (...)".[130]
Bangunan tersebut dibuka pada 1995 dan mendapatkan pujian yang biasa-biasa saja. The New York Times menyebutnya "bangunan yang bagus", tetapi Pei merupakan salah satu orang yang merasa tak puas dengan hasilnya. Misi museum tersebut sejak awal tidak jelas, sehingga para pelaksana proyek bingung dengan apa yang sebenarnya dibutuhkan.[131] Meskipun kota Cleveland sangat diuntungkan dengan adanya tujuan wisata yang baru, Pei tidak menyukai karyanya yang ini.[131]
Pada saat yang sama, Pei merancang sebuah museum baru untuk Luksemburg, Musée d'art moderne Grand-Duc Jean, yang umumnya dikenal dengan nama Mudam. Rancangan museum ini terilhami dari bentuk awal tembok-tembok di Benteng Thüngen, yang merupakan lokasi museum tersebut. Pei berencana menghilangkan sebagian dari fondasi awalnya. Namun, masyarakat menentang tindakan ini karena dirasa akan merusak peninggalan bersejarah, sehingga rancangannya harus direvisi dan proyeknya bahkan hampir batal. Ukuran bangunannya dikecilkan setengah dan tidak lagi merambah ke tembok benteng agar fondasinya tetap terjaga. Pei kecewa dengan perubahan tersebut, tetapi ia masih terlibat dalam prosesnya.[132]
Pada 1995, Pei dipekerjakan dalam proyek perluasan Deutsches Historisches Museum (Museum Sejarah Jerman) di Berlin. Tantangannya mirip dengan Gedung Timur Galeri Nasional AS. Ia mencoba memadukan pendekatan modernis dengan struktur klasik di bangunan utama. Ia ingin menambahkan tabung kaca sebagai "mercu suar",[133] dan ingin menutup bagian atasnya dengan atap kaca yang dapat ditembus sinar matahari. Pei menghadapi kesulitan saat sedang berurusan dengan pemerintah Jerman; pendekatan mereka yang bersifat pragmatis bertentangan dengan Pei yang lebih mengutamakan estetika. "Mereka merasa aku hanya mengakibatkan masalah", katanya.[134]
Pei juga mengerjakan dua proyek lain untuk sebuah gerakan keagamaan yang baru di Jepang yang disebut Shinji Shumeikai. Ia didekati oleh pemimpin spiritual gerakan tersebut, Kaishu Koyama. Koyama berhasil membuat kagum Pei dengan ketulusannya dan kesediaannya dalam memberikan kebebasan seni. Salah satu proyek yang dikerjakan oleh Pei adalah sebuah menara lonceng yang dirancang untuk meniru bachi yang dipakai saat memainkan alat musik tradisional seperti shamisen. Pei tidak mengenal kepercayaan kelompok tersebut, tetapi ia mencoba mempelajarinya agar menara yang dibangun dapat melambangkan sesuatu.[135]
Pengalaman ini sangat memuaskan bagi Pei, dan ia bersedia bekerja sama dengan kelompok ini lagi. Proyek baru yang ia kerjakan dengan kelompok ini adalah Museum Miho, yang dimaksudkan untuk menyimpan koleksi artefak-artefak upacara minum teh milik Koyama. Pei mengunjungi situsnya di Prefektur Shiga, dan Pei berhasil meyakinkan Koyama untuk menambah koleksinya. Ia melakukan pencarian di berbagai belahan dunia dan berhasil mengumpulkan lebih dari 300 barang yang berkaitan dengan sejarah Jalur Sutra.[137]
Tantangan besar yang harus dihadapi oleh Pei adalah jalan masuk ke museum tersebut. Tim Jepang mengusulkan agar didirikan jalan yang berkelok-kelok di gunung. Namun, Pei malah memerintahkan agar digali terowongan yang menembus gunung. Museum Miho sendiri memang dibangun di gunung, dan 80 persen bangunan tersebut berada di bawah tanah.[138]
Saat merancang bagian luarnya, Pei mengikuti tradisi kuil-kuil Jepang, terutama kuil-kuil yang berada di sekitaran Kyoto. Pei juga mengurus rincian dekorasi di bagian dalam, termasuk kursi di lobi pintu masuk yang dibuat dari pohon keyaki berusia 350 tahun. Koyama adalah orang yang kaya raya, sehingga uang tidaklah menjadi masalah; diperkirakan proyek ini menghabiskan biaya sebesar US$350 juta.[139]
Pada dasawarsa 2000-an, Pei merancang berbagai bangunan, termasuk Museum Suzhou di dekat kampung halamannya. Ia juga merancang Museum Seni Rupa Islam di Doha, Qatar, atas permintaan keluarga Al-Thani. Meskipun awalnya museum tersebut akan didirikan di jalan corniche di sepanjang Teluk Doha, Pei berhasil meyakinkan para koordinator proyek untuk mendirikan sebuah pulau baru untuk menyediakan ruang. Ia kemudian berkelana selama enam bulan dan meninjau masjid-masjid di Spanyol, Suriah, dan Tunisia. Ia sangat terkesan dengan kesederhanaan Masjid Ibnu Tulun di Kairo. Pei lagi-lagi ingin memadukan unsur rancangan yang baru dengan unsur-unsur klasik yang sesuai dengan lokasi bangunan tersebut. Koordinator museum ini menyukai hasil rancangannya.[140]
Pusat Sains Makau di Makau dirancang oleh Pei Partnership Architects yang bekerja sama dengan I.M. Pei. Proyek pembangunan pusat sains tersebut dicanangkan pada tahun 2001 dan pembangunannya dimulai pada tahun 2006.[141] Pusat sains tersebut diselesaikan pembangunannya pada tahun 2009 dan kemudian diresmikan oleh Presiden Tiongkok Hu Jintao.[142]
Bagian utama dari gedung tersebut adalah sebuah bangunan berbentuk kerucut. Bangunan ini terletak di pinggir laut dan kini menjadi salah satu markah tanah di Makau.[142]
Gaya dan metode
Pei dianggap memiliki gaya yang bersifat modernis dengan unsur-unsur kubisme.[143] Ia dikenal sebagai seorang arsitek yang gemar memadukan unsur-unsur tradisional dengan rancangan-rancangan progresif yang didasarkan pada pola geometris yang sederhana. Seorang kritikus berkata bahwa Pei "memadukan bentuk klasik dengan penguasaan metode kontemporer."[144] Pada tahun 2000, penulis biografi Pei, Carter Wiseman, menyebut Pei sebagai "anggota generasi Modernis Akhir yang paling terkemuka".[145] Pada saat yang sama, Pei sendiri menolak dikotomi tren-tren arsitektur. Ia sampat berkata: "Pembahasan soal modernisme melawan pascamodernisme tidaklah penting. (...) Suatu bangunan akan dirancang dan dibangun dengan gaya apa, ini bukanlah hal yang penting. Sebenarnya yang penting adalah masyarakatnya. Bagaimana bangunan tersebut akan berdampak terhadap kehidupan?"[146]
Karya Pei dielu-elukan di panggung arsitektur dunia. Koleganya John Portman sempat berkata: "Sesekali aku ingin mengerjakan sesuatu yang seperti Gedung Timur."[147] Namun, orisinalitas rancangannya tidak selalu mengganjarnya dengan bayaran yang besar; jawaban Pei kepada Portman terkait dengan pernyataannya adalah "Sesekali aku ingin mendapatkan bayaran sebesar kamu."[147] Selain itu, konsep-konsepnya terlalu terindividualisasi dan tergantung pada konteks, sehingga rancangannya tidak dapat menghasilkan mazhab tersendiri. Ketika menjelaskan soal ketiadaan "mazhab Pei", ia berkata bahwa pendekatannya adalah "pendekatan analitis". Pei menyatakan bahwa pendekatan analitis mempertimbangkan "waktu, tempat, dan tujuan", dan ia juga menambahkan bahwa "pendekatan analitisku membutuhkan pemahaman yang menyeluruh dari ketiga unsur yang penting ini ... untuk mencapai keseimbangan yang ideal di antara ketiganya."[148]
Penghargaan dan kehormatan
Menurut Wiseman, Pei memenangkan "setiap penghargaan yang penting dalam bidang arsitektur",[145] yang meliputi Penghargaan Arnold Brunner dari National Institute of Arts and Letters (1963), Gold Medal for Architecture dari American Academy of Arts and Letters (1979), AIA Gold Medal (1979), Praemium Imperiale untuk bidang arsitektur pertama dari Japan Art Association (1989), Lifetime Achievement Award dari Cooper-Hewitt, National Design Museum, Edward MacDowell Medal in the Arts pada tahun 1998,[149] dan Royal Gold Medal dari Royal Institute of British Architects pada tahun 2010. Pada tahun 1983, ia dianugerahi Penghargaan Pritzker, yang sering kali digadang-gadang sebagai Penghargaan Nobel untuk bidang arsitektur. Para anggota juri pun berkata: "Ieoh Ming Pei telah menganugerahkan kepada abad ini beberapa ruang interior dan bentuk eksterior yang paling indah ... Keserbagunaan dan kemampuannya dalam menggunakan bahan-bahan hampir dapat dikatakan sebagai sebuah puisi."[150] Penghargaan tersebut disertai dengan hadiah sebesar US$100.000 yang kemudian digunakan oleh Pei untuk memberikan beasiswa kepada para mahasiswa Tionghoa untuk belajar arsitektur di AS, asalkan mereka bersedia kembali ke Tiongkok setelah lulus.[151] Selama penganugerahan Henry C. Turner Prize tahun 2003 oleh National Building Museum, ketua badan museum Carolyn Brody berkata: "Rancangan-rancangan luar biasanya menantang para insinyur agar dapat membuat solusi-solusi struktural yang inovatif, dan ekspektasinya yang tinggi terhadap mutu konstruksi telah mendorong para kontraktor untuk meraih standar-standar yang tinggi."[152]
I.M. Pei menikahi Eileen Loo selama lebih dari tujuh puluh tahun, tetapi istrinya telah berpulang terlebih dahulu pada tanggal 20 Juni 2014.[154] Mereka dikaruniai tiga anak laki-laki, yaitu T'ing Chung (1946–2003),[155] Chien Chung (lahir 1946), dan Li Chung (lahir 1949), serta seorang putri yang bernama Liane (lahir 1960). T'ing Chung adalah seorang perancang kota dan juga merupakan lulusan MIT dan Harvard seperti ayahnya. Chieng Chung dan Li Chung merupakan lulusan Harvard Graduate School of Design, dan mendirikan dan mengelola Pei Partnership Architects. Liane berprofesi sebagai seorang pengacara.[156] I.M. Pei merayakan hari ulang tahunnya yang ke-100 pada 26 April 2017.[157]
Pada 16 Mei 2019, Pei tutup usia pada usia 102 tahun.[158]
^Dikutip di von Boehm, hlm. 42; kata-kata yang agak berbeda dapat dilihat di Wiseman, hlm. 39: "Jika kamu tahu bagaimana caranya membangun bangunan, kamu tahu bagaimana menghancurkannya."