Renault dalam Formula Satu51°55′12″N 1°23′25″W / 51.92000°N 1.39028°W
Pabrikan mobil asal Prancis, Renault, turun di dalam ajang Formula Satu sebagai tim pabrikan penuh dalam tiga kesempatan yang terpisah. Yang pertama adalah dari tahun 1977 sampai dengan musim 1985, yang kedua adalah dari musim 2002 sampai dengan musim 2011, dan yang ketiga adalah dari musim 2016 sampai dengan musim 2020. Renault merupakan pelopor pemakaian mesin turbo di dalam ajang F1, ketika mereka memulai debut mereka di dalam ajang F1 di Grand Prix Inggris 1977.[1] Sampai dengan saat ini, Renault merupakan salah satu pabrikan mobil tersukses di dalam ajang F1, dengan memenangi beberapa gelar kejuaraan dunia konstruktor, ketika mereka masih menjadi pemasok mesin bagi tim Williams, Benetton, dan Red Bull Racing. Renault yang sempat mundur dari ajang F1 di akhir musim 1997, memutuskan untuk kembali lagi ke dalam ajang F1 sebagai konstruktor penuh pada musim 2002, setelah sebelumnya pada tahun 2001 mereka membeli tim Benetton Formula, dan mengubahnya menjadi Renault F1 Team. Sekali lagi, sebagai konstruktor penuh, tim Renault mampu menunjukkan giginya ketika mereka berhasil memenangi gelar juara dunia pembalap (melalui Fernando Alonso) dan konstruktor pada musim 2005 dan 2006. Pada musim 2009, tim Renault mengalami krisis kepercayaan yang cukup besar sebagai dampak dari kontroversi crashgate di Grand Prix Singapura 2008, yang menyebabkan sponsor-sponsor pergi, dan penjatuhan hukuman kepada pihak intern tim yang terlibat dalam hal tersebut. Sebagai langkah upaya penyelamatan tim, Renault France kemudian menjual mayoritas saham mereka kepada sebuah perusahaan investasi asal Luksemburg, yakni Genii Capital, yang sekaligus mengakhiri kontribusi Renault sebagai tim pabrikan penuh di dalam ajang F1 mulai musim 2010. Pada tanggal 14 Januari 2011, tim memutuskan untuk turun di bawah bendera negara Inggris Raya pada musim F1 tahun 2011, setelah sebelumnya selama 8 tahun (2002-2010), mereka turun dengan bendera lisensi Prancis.[2] Hal ini diakibatkan karena masuknya Group Lotus sebagai salah satu sponsor sekaligus juga sebagai pemegang saham tim ini. Pada musim 2012, tim ini kemudian berganti nama menjadi Lotus F1 Team. Pada akhir musim 2015, Renault kembali lagi sebagai tim pabrikan penuh di dalam ajang F1, usai membeli lagi saham tim Lotus, dan mengembalikan nama tim menjadi Renault Sport F1 Team.[3] Pada musim 2019, Renault menyederhanakan nama tim mereka menjadi Renault F1 Team, dengan menghilangkan kata "Sport". Tim tersebut tidak menang dalam lima musim berikutnya, dan diganti namanya menjadi Alpine pada tahun 2021, dengan merek Renault yang masih tetap bertahan sebagai pabrikan mesin.[4] Sebagai pemilik tim, Renault telah berhasil memenangkan dua gelar Kejuaraan Dunia Konstruktor dan Pembalap, sedangkan sebagai produsen mesin memiliki 12 gelar Kejuaraan Dunia Konstruktor dan 11 gelar Kejuaraan Dunia Pembalap. Pabrikan ini telah berhasil mengumpulkan lebih dari 160 kemenangan sebagai pemasok mesin, peringkat keempat di dalam sejarah ajang Formula Satu.[5] Sejarah1970-an![]() ![]() Renault pertama kali berkompetisi di dalam ajang F1 pada Grand Prix Inggris 1977. Pada saat itu, mereka dengan berani memperkenalkan mesin turbo yang pada saat itu masih terbilang asing di dalam arena F1. Pembalap Renault pada saat itu dipercayakan kepada Jean-Pierre Jabouille. Sasis dan mesin tim Renault pada saat itu dikenal dengan nama Renault-Gordini V6 1.5L turbocharged engine. Sayangnya, mesin turbo yang tim Renault gunakan ternyata kurang begitu andal dan reliabel, dengan hasil yaitu lima kali DNF dalam lima balapan debutnya, sehingga banyak disebut-sebut oleh para penonton F1 sebagai sebuah "Teko Kuning" yang akan mengepul asapnya (meledak) bila mesinnya sudah kepanasan. Balapan pertama yang diikuti oleh tim, dengan nama Equipe Renault Elf, adalah Grand Prix Prancis 1977, putaran kesembilan musim ini, tetapi mobil belum siap. Debut tim ditunda hingga babak berikutnya, yaitu Grand Prix Inggris. Sesi kualifikasi pertama mobil tidak sukses, dan Jabouille lolos ke urutan ke-21 dari 30 pembalap dan 26 pembalap yang berhasil start, 1,62 detik di belakang pole sitter James Hunt di tim McLaren. Jabouille melaju dengan baik dalam balapan, berhasil naik ke posisi ke-16, sebelum turbo mobilnya mengalami kegagalan pada putaran ke-17. Tim terpaksa melewatkan Grand Prix Jerman dan Austria selama mobil sedang diperbaiki setelah kekecewaan di Inggris. Mereka kembali untuk Grand Prix Belanda, dan kinerja di sesi kualifikasi jauh lebih baik setelah Jabouille lolos babak kualifikasi di posisi kesepuluh. Dia memulai balapan ini dengan buruk, tetapi berhasil naik ke posisi keenam, sebelum suspensi mobilnya mengalami kegagalan pada putaran ke-40. Bentuk sesi kualifikasi tim yang buruk kembali terjadi di Italia, pada saat Jabouille lolos ke urutan ke-20. Dia berada di luar posisi 10 besar sampai mesin mobilnya mati di putaran ke-24, melanjutkan keandalannya yang buruk. Segalanya membaik di Watkins Glen untuk Grand Prix Amerika Serikat, setelah Jabouille lolos babak kualifikasi ke posisi ke-14, tetapi kecepatan yang baik dari Zandvoort sepertinya hilang saat dia sekali lagi keluar dari posisi 10 besar sebelum pensiun dengan masalah keandalan lainnya, kali ini alternator, di putaran ke-31. Jabouille gagal lolos babak kualifikasi di Kanada; pada saat 27 pembalap memasuki balapan, hanya ada satu saja yang tidak berhasil lolos, dan ini adalah Jabouille saat dia menjadi yang terakhir, lebih dari 7,5 detik di belakang pembalap tercepat di sesi kualifikasi, yaitu Mario Andretti, dari tim Lotus, dan hampir dua detik di belakang rival terdekatnya, yaitu Rupert Keegan, di tim Hesketh. Setelah ini, tim Renault tidak melakukan perjalanan ke musim terakhir di Jepang. Tahun berikutnya hampir tidak lebih baik, ditandai dengan empat pengunduran diri secara berturut-turut, yang disebabkan oleh mesin mobil yang meledak, tetapi menjelang akhir tahun, tim menunjukkan tanda-tanda kesuksesan. Dua kali, RS01 lolos babak kualifikasi di posisi ke-3 di grid, dan sementara upaya untuk finis masih menjadi masalah, serangkaian perbaikan mendalam pada mesin selanjutnya dilakukan oleh tim asal Prancis ini, dan akhirnya membuahkan hasil di Grand Prix Amerika Serikat pada tahun 1978, pada saat mereka berhasil finish di P4, yang sekaligus pula menjadi poin perdana bagi tim Renault di dalam ajang F1. ![]() Tim tidak mengikuti dua balapan pertama tahun 1978, yaitu di Argentina dan Brasil, tetapi kembali lagi untuk Grand Prix Afrika Selatan di Kyalami. Jabouille mengamankan posisi kualifikasi terbaik tim Renault hingga saat ini, dengan posisi keenam, hanya 0,71 detik di belakang pole-sitter Niki Lauda di tim Brabham. Dia keluar dari zona poin di awal balapan, sebelum pensiun karena mobilnya mengalami masalah kelistrikan pada putaran ke-39. Di Long Beach, Jabouille lolos babak kualifikasi di posisi ke-13, tetapi berhenti karena turbo pada mobilnya mengalami kegagalan lagi di putaran ke-44, lolos babak kualifikasi di posisi kedua belas dalam kualifikasi untuk Grand Prix Monako pertama untuk tim, dan memberi tim finis yang pertama untuk mereka di dalam ajang Formula Satu, finis di tempat kesepuluh, dengan tertinggal empat putaran di bawah pemenang balapan, yaitu pembalap Tyrrell Patrick Depailler. Pada tahun 1979, René Arnoux bergabung bersama dengan Jabouille di tim. Jabouille berhasil meraih posisi pole di Afsel. Di pertengahan musim, kedua pembalap tersebut mendapatkan tambahan suntikan tenaga lewat ground-effect. Hasilnya mulai terasa di Grand Prix Prancis,[6] pada saat dua mobil tim Renault start terdepan, dan Jabouille akhirnya berhasil mengantarkan tim meraih gelar juara balapan, sekaligus pula menjadikan Renault sebagai tim F1 yang pertama yang mampu menang dengan mesin turbo,[7] sementara Arnoux dan Gilles Villeneuve terlibat dalam duel yang sangat kompetitif untuk memperebutkan posisi kedua, Arnoux nyaris saja kalah di garis depan. Sementara Jabouille mengalami masa-masa yang sulit setelah balapan itu, Arnoux berhasil finis di posisi kedua di Silverstone pada balapan berikutnya, dan kemudian mengulanginya lagi di Glen, membuktikan bahwa hal itu bukan kebetulan semata. 1980-an![]() Pada musim 1980, Arnoux kembali mengigit dengan dua kemenangan di Brazil dan Afrika Selatan.[8] Namun, Jabouille gagal menunjukkan performa terbaiknya, karena beberapa kali mobilnya bermasalah. Di akhir musim, Jabouille mengalami sebuah kecelakaan parah di Grand Prix Kanada, yang menyebabkan kakinya cedera, dan menyebabkan pula karier balapannya berakhir. Alain Prost direkrut untuk musim 1981, dengan jangka waktu kontrak selama tiga tahun. Prost berhasil membukukan sembilan kemenangan untuk tim sepanjang musim 1981 sampai dengan musim 1983, sementara rekan setimnya, yaitu Arnoux, hanya bisa meraih dua kemenangan saja di musim 1982. Arnoux kemudian keluar dari tim di akhir musim 1982, dan bergabung ke tim Scuderia Ferrari. Posisinya kemudian digantikan oleh Eddie Cheever untuk satu musim. Alain Prost menyusul keluar dari tim di akhir musim 1983, dan posisinya kemudian digantikan oleh Patrick Tambay, yang masuk bersama dengan Derek Warwick. Tim Renault kemudian gagal menunjukan performa terbaik mereka pada tahun 1984, dan akhirnya mereka memutuskan untuk keluar sebagai konstruktor penuh, dan memilih untuk menjadi pemasok mesin saja. Pada musim 1985, Renault menurunkan mobil ketiga di Jerman,[9] dan mobil tersebut dilengkapi dengan kamera on-board, untuk membantu para pemirsa TV melihat cara mengemudi pembalap di dalam mobil. 2000-an2002–2004: Pembangunan tim![]() Pada tanggal 16 Maret 2000, Renault secara resmi memutuskan bahwa mereka akan kembali ke dalam ajang F1 sebagai konstruktor penuh, terhitung mulai dari musim 2002. Mereka masuk kembali ke dalam ajang F1 dengan membeli tim Benetton Formula seharga 120 juta dollar AS. Renault mempertahankan nama Benetton untuk musim 2000 dan 2001, sebelum kemudian mengubah namanya menjadi Renault F1 Team di musim 2002.[10] Tim Renault kemudian memasangkan duet Jarno Trulli dan Jenson Button di musim "debutnya" tersebut. Button dan Trulli berhasil meraih 23 poin di musim 2002, dan finish di P4 klasemen akhir kejuaraan dunia konstruktor. Penampilan Jenson Button yang cukup cemerlang di musim 2002, ternyata tidak menjadi jaminan kursinya aman untuk musim 2003. Flavio Briatore kemudian memindahkan Jenson ke tim B.A.R-Honda, dan mempromosikan pembalap muda calon juara dunia Formula Satu musim 2005 dan 2006, yaitu Fernando Alonso, untuk masuk ke dalam tim. ![]() ![]() Pada musim 2003, dengan duet Fernando Alonso dan Jarno Trulli, tim Renault kerap kali disebut "roket", karena aksi start dua pembalap mereka yang fantastis. Tim Renault pada saat itu memang dikenal cepat dalam mengadaptasikan aplikasi launch control, sehingga membuat mereka mampu naik beberapa posisi pada saat start. Penampilan tim Renault yang bagus kembali menebarkan ancaman, pada saat Fernando Alonso berhasil meraih pole position di Grand Prix Malaysia,[11] dan finish di P3 pada keesokan harinya. Puncaknya adalah pada saat Alonso berhasil menang balapan di Grand Prix Hungaria, dengan mengalahkan Kimi Räikkönen dan tim McLaren.[12] ![]() Pada musim 2004, tim Renault menjadi salah satu kandidat kuat untuk merebut tempat kedua di klasemen kejuaraan dunia konstruktor di belakang tim Ferrari. Jarno Trulli memenangi Grand Prix Monako[13] dengan spektakuler, sementara Fernando Alonso menabrak pembatas. Akan tetapi, hubungan antara Jarno dengan bosnya, yaitu Flavio Briatore, memburuk. Jarno bahkan kehilangan posisi podium ketiganya di Prancis, setelah kalah oleh Barrichello di tikungan terakhir sebelum garis finish. Trulli keluar dari tim sebelum musim ini usai, dan ia pindah ke tim Toyota. Tim Renault lantas menggantikan posisinya dengan Jacques Villeneuve. Sayangnya, JV gagal menunjukkan performa bagusnya, dan tim Renault pun pada akhirnya harus rela tergusur ke P3 di klasemen akhir kejuaraan dunia konstruktor di belakang tim B.A.R.. 2005–2006: Menjadi juara dunia![]() Pada musim 2005, tim Renault mendominasi balapan dengan pasangan pembalap Giancarlo Fisichella dan Fernando Alonso. Pada saat tes pramusim, tim Renault mulai menunjukkan potensinya sebagai salah satu kandidat juara dunia, dengan beberapa kali meraih waktu tercepat. Giancarlo Fisichella lantas memulai musim 2005 dengan baik, pada saat ia berhasil menang di Melbourne. ia mengambil keuntungan dari sesi kualifikasi yang berlangsung dalam kondisi hujan, yang membuat tim-tim lain tampak kesulitan dengan format kualifikasi yang baru. Fernando Alonso kemudian memenangkan tiga balapan berikutnya, dan naik menjadi pemimpin klasemen kejuaraan dunia pembalap, serta mengantarkan tim Renault memimpin di klasemen kejuaraan dunia kontruktor. Sementara itu, Fisichella mengalami kegagalan di beberapa balapan. Setelah sempat tampil labil di pertengahan musim, tim McLaren kemudian mengambil alih pimpinan klasemen kejuaraan dunia konstruktor dari tangan tim Renault di São Paulo setelah finish di posisi 1-2, namun di sisi lain, Fernando Alonso berhasil mengunci gelar juara dunianya yang pertama. Tim Renault kembali mengambil alih puncak klasemen kejuaraan dunia konstruktor di Cina, sekaligus memantapkan tim untuk menjadi juara dunia konstruktor untuk kali pertama sepanjang sejarah. ![]() ![]() Pada musim 2006, Alonso berhasil mempertahankan gelar juara dunianya, di tengah kabar bahwa ia pindah ke tim McLaren mulai dari musim 2007.[14] Alonso mengawali musim ini dengan keberhasilannya memenangi lomba di Bahrain dan Australia. Di Malaysia, Fisichella ganti berhasil memenangi lomba, dan Alonso finish di posisi kedua. Dengan hasil ini, maka tim Renault berhasil menjadi juara balapan 1-2 yang pertama sejak Rene Arnoux dan Alain Prost di musim 1982. Alonso mengambil dua kali finis di tempat kedua lagi, dan kemudian berhasil menang di Grand Prix yang berlangsung di rumahnya sendiri di Spanyol, dan di Grand Prix Monako. Fisichella menempati posisi ke-8, ke-6, dan ke-3 di Grand Prix San Marino, Grand Prix Eropa, dan Grand Prix Spanyol. Tim Renault lantas merayakan balapan F1 ke-200nya di Grand Prix Inggris, dengan hasil kemenangan dari Alonso. Pada saat musim ini berlanjut ke tugasnya di kawasan Amerika Utara, Alonso berhasil memenangkan Grand Prix Kanada di Montreal, Kanada. Di Grand Prix AS, tim Ferrari memiliki keunggulan performa yang berbeda sepanjang akhir pekan ini berlangsung. Namun, tim Renault adalah yang tercepat dari semua pengguna ban Michelin. Fisichella finis di posisi ke-3, sedangkan Alonso finis di urutan ke-5. ![]() Pada Grand Prix Prancis, tim Renault diharapkan lebih cepat dari tim Ferrari, tetapi tim Ferrari kembali diuntungkan. Alonso berada di urutan ketiga untuk sebagian besar balapan, dan tidak mampu menantang duet pembalap Ferrari, yaitu Schumacher dan Massa. Namun, peralihan taktis ke strategi dua langkah memungkinkannya untuk melewati Massa dan finis di urutan kedua. Pada tanggal 21 Juli 2006, FIA melarang penggunaan sistem mass damper, yang dikembangkan dan pertama kali digunakan oleh tim Renault, dan selanjutnya digunakan oleh 7 tim yang lain, termasuk tim Ferrari. Flavio Briatore mengklaim bahwa tim McLaren telah mengangkat masalah legalitas sistem dengan FIA.[15] Sistem ini menggunakan massa yang dipasang pegas di kerucut hidung untuk mengurangi kepekaan mobil terhadap getaran. Sistem ini sangat efektif di tikungan dan di atas trotoar untuk menjaga kontak ban lebih dekat ke permukaan trek daripada yang seharusnya.[16] Namun, pengawas balapan di Grand Prix Jerman menganggap bahwa sistem tersebut legal. FIA mengumumkan niatnya untuk mengajukan banding atas keputusan tersebut, dan tim Renault mengumumkan bahwa mereka tidak akan balapan dengan sistem tersebut karena takut akan hukuman retrospektif jika banding tersebut dikabulkan. Penampilan tim Renault di Grand Prix Jerman adalah salah satu yang terburuk pada musim ini; namun, tim menyalahkan ban Michelin mereka yang melepuh daripada hilangnya sistem peredam massa. Pengadilan Banding Internasional FIA bertemu di Paris pada tanggal 22 Agustus 2006, untuk memeriksa banding yang dibuat oleh FIA terhadap keputusan pengurus Grand Prix Jerman. Pengadilan memutuskan bahwa penggunaan perangkat yang dikenal sebagai Tuned Mass Damper tersebut merupakan sebuah pelanggaran terhadap Pasal 3.15 Regulasi Teknis Formula Satu. Sama seperti musim sebelumnya, gelar juara dunia pembalap dan konstruktor baru bisa dipastikan di seri terakhir di Brasil, pada saat Fernando Alonso berhasil finish di posisi kedua tepat di belakang pembalap lokal yang kelak akan menjadi partnernya, yakni Felipe Massa. Pada tanggal 16 Oktober 2006, tim Renault secara resmi mengumumkan bahwa raksasa perbankan asal Belanda, yaitu ING, akan menggantikan posisi Mild Seven sebagai sponsor utama selama tiga tahun mulai dari musim 2007.[17] 2007–2009: Tahun angin-anginan![]() Pada tahun 2007, tim Renault memperkenalkan Heikki Kovalainen sebagai pengganti Alonso. Giancarlo Fisichella masih tetap dipertahankan oleh tim. Tim Renault lantas memperkenalkan sebuah sponsor utama yang baru, yaitu ING Group, yang menggantikan sponsor utama sebelumnya, yaitu Mild Seven.[18] Mobil tahun 2007, yaitu R27, diresmikan pada tanggal 24 Januari 2007 di Amsterdam, dan memiliki livery kuning, biru, oranye, dan putih baru untuk menghormati warna korporat ING, grup keuangan Belanda yang berbasis di Amsterdam. Mesin Renault juga dipasok ke tim Red Bull Racing untuk musim 2007. Sepanjang musim 2007, tim gagal menampilkan performa terbaik. Tim Renault kesulitan dibandingkan dengan performa mereka di musim sebelumnya di Australia, dengan Giancarlo Fisichella yang menyelesaikan balapan di posisi ke-5. Rookie Heikki Kovalainen berjuang lebih keras daripada pembalap asal Italia itu, memutar mobilnya pada saat dia sedang mengejar pembalap Toyota, yaitu Ralf Schumacher, dan berakhir di posisi ke-10. Hasil tidak membaik sampai dengan awal musim di benua Eropa, meskipun kedua pembalap mampu menyelesaikan poin pada balapan berikutnya di Malaysia. Heikki Kovalainen berjuang di Bahrain juga, meskipun jarak antara dirinya dan Fisichella di akhir balapan tidak sebesar yang terlihat di Melbourne, dengan Fisichella yang hanya mampu finis di urutan ke-8. Kecepatan tim mulai meningkat di Barcelona, dengan kedua pembalap yang berhasil mencapai sesi Q3, menetapkan waktu putaran kompetitif dalam balapan (putaran tercepat ke-4 untuk Kovalainen), dan bersiap untuk posisi ke-5 dan ke-8, hanya terhambat oleh masalah yang sama pada keduanya, yaitu rig bahan bakar, memaksa kedua pembalap melakukan pit-stop ekstra yang menjatuhkan mereka kembali ke posisi ke-7 dan ke-9. Satu-satunya hasil spektakuler adalah pada saat Heikki Kovalainen tampil luar biasa di Grand Prix Jepang, dengan menahan laju Kimi Räikkönen dari tim Ferrari, sehingga akhirnya Heikki mampu finish di posisi kedua. Pada tanggal 8 November 2007, FIA menuduh bahwa tim Renault F1 memiliki informasi teknis F1 tim McLaren yang mereka miliki.[19] Menurut tuduhan, informasi di tangan "termasuk tata letak dan dimensi kritis mobil McLaren serta detail sistem pengisian bahan bakar McLaren, perakitan roda gigi, sistem kontrol hidrolik, dan suspensi". Sidang tentang masalah ini berlangsung di Monako pada tanggal 6 Desember 2007. Tuduhan yang dihadapi oleh tim Renault F1 – melanggar pasal 151c Peraturan Olahraga – sama dengan yang dihadapi oleh tim McLaren sebelumnya pada tahun 2007 di kontroversi spionase yang melibatkan tim Ferrari & McLaren. FIA menemukan bahwa tim Renault F1 telah melanggar pasal 151c, tetapi tidak menghukum tim. Tim mengakhiri musim 2007 dengan finish di P3 di klasemen akhir kejuaraan dunia konstruktor. ![]() ![]() Pada musim 2008, Alonso kembali lagi ke tim Renault, dan Heikki pindah ke tim McLaren. Alonso lantas disambut hangat oleh seisi tim yang bermarkas di Enstone, Inggris tersebut. Partner Alonso untuk musim 2008 adalah Nelson Angelo Piquet, yang merupakan putra dari juara dunia tiga kali era dasawarsa 1980-an, yakni Nelson Piquet.[20][21] Alonso kali ini merasakan kurang andalnya Renault dalam balapan. Sampai dengan pertengahan musim, tim Renault mssih kesulitan mendapatkan settingan mobil terbaik. Podium pertama tim Renault di musim 2008 dicetak di Jerman, pada saat Nelsinho Piquet berhasil mengakali safety car yang keluar karena kecelakaan yang menimpa Timo Glock (Toyota), sehingga pada akhirnya ia bisa finish di urutan kedua. Kemenangan balapan yang ditunggu akhirnya datang juga di Singapura, pada saat Fernando Alonso berhasil memenangi lomba tersebut (walaupun kemudian diketahui bahwa tim Renault bermain dengan curang di dalam balapan tersebut), dan dilanjutkan dua minggu sesudahnya di Jepang. ![]() ![]() ![]() Pada musim 2009, tim Renault sangat berharap agar mereka bisa kembali menjadi penantang gelar juara dunia lagi. Sayangnya, harapan mereka tersebut tidak terlaksana setelah mobil Renault R29 kembali tampil amburadul. Fernando Alonso berhasil meraih posisi pole di Hungaria, namun pada saat lomba berlangsung, mekanik pitnya salah memasang baut ban, dan menyebabkan ban kanan mobil Alonso terlepas pada saat ia keluar dari pit. Tim lantas mendapat hukuman larangan satu kali ikut balapan, namun kemudian hukuman tersebut dibatalkan setelah banding tim Renault diterima oleh FIA.[22][23] Kejutan lain kemudian dibuat oleh tim Renault, dengan mendepak Nelson Piquet Junior[24] dan menggantikannya dengan Romain Grosjean. Podium pertama bagi tim Renault di musim 2009 diraih di Grand Prix Singapura melalui Fernando Alonso. Sayangnya, hanya berselang satu jam saja setelah berhasil meraih podium, Alonso secara resmi mengumumkan bahwa ia akan pindah ke tim raksasa Italia, yaitu Scuderia Ferrari, mulai musim 2010, dan ia kemudian menegaskan bahwa bahwa tim Ferrari akan menjadi tim F1-nya yang terakhir sampai pensiun nanti, sehingga tidak mungkin bagi tim Renault untuk memanggilnya pulang suatu hari nanti. Posisi Alonso untuk musim 2010 kemudian digantikan oleh pembalap asal Polandia, yaitu Robert Kubica.[25] 2010-an2010: Reformasi tim![]() ![]() Pada musim 2010, tim Renault tampil dengan pulas warna klasik, kuning dan hitam. Di awal musim,[26] Renault France mengumumkan secara resmi bahwa mereka telah menjual 75% saham tim Renault F1 kepada Genii Capital,[27] sebuah perusahaan investasi dari Luxemburg.[28] Renault France sendiri masih mempertahankan sisa 25% saham di dalam tim. Untuk duet pembalap sendiri, tim Renault akhirnya berhasil mendapatkan Robert Kubica,[29][30][31] dan memasangkannya dengan pembalap debutan dari Rusia yang ditenggarai berhasil masuk ke dalam tim Renault karena membawa sponsor, yaitu Vitaly Petrov. Genii Capital kemudian mengumumkan bahwa Eric Boullier akan menjadi team principal Renault yang baru, dengan menggantikan posisi Bob Bell yang kembali lagi ke posisi asalnya sebagai direktur teknik sampai dengan pertengahan musim 2010, ketika Bell kemudian mengundurkan diri dari tim Renault. ![]() Penampilan tim Renault di musim 2010 termasuk baik, dan banyak dikatakan oleh orang sebagai salah satu tim kuda hitam. Kubica membuktikan kualitasnya pada saat berhasil finish di P3 sebanyak dua kali di Monako dan Belgia, dan menjadi aktor utama tim dalam meraih peringkat kelima di klasemen akhir kejuaraan dunia konstruktor. Sementara Vitaly Petrov, sekalipun terkesan angin-anginan ketika berlaga, dan kerap kali membuat kesalahan yang tidak perlu, ternyata sukses meraih 27 poin, dan menempatkannya sebagai rookie teratas dari seluruh rookie yang berlaga di musim 2010. Petrov bahkan sempat terancam posisinya ketika tim Renault mengumumkan bahwa mereka berusaha untuk mengincar Kimi Räikkönen untuk musim 2011, tetapi Kimi kemudian membantah hal tersebut, dan menganggap bahwa tim Renault hanya menggunakan namanya untuk tujuan pemasaran saja.[32] Petrov sendiri akhirnya sukses dipertahankan oleh tim ini setelah dia berhasil menarik beberapa sponsor baru dari negara Rusia. 2011: Lotus Renault GP (Renault mundur)![]() Pada tanggal 5 November 2010, Renault kemudian mengadakan kolaborasi dengan Group Lotus seputar kerjasama masa depan di dalam ajang F1, dan memunculkan gosip bahwa Renault akan menutup timnya, dan mengubah namanya menjadi Team Lotus. Kerjasama kemitraan ini kemudian difinalisasikan pada awal bulan Desember 2010, dengan Group Lotus yang membeli 25% saham tim yang dimiliki oleh Renault Cars,[33] yang sekaligus membuat Renault hanya berperan sebagai pemasok mesin saja, dan memberikan kesempatan bagi Lotus Cars untuk menambahkan embel-embel nama Lotus pada tim Renault, yang kemudian diwujudkan dengan nama Lotus Renault GP. Untuk penamaan sasis sendiri, mereka masih menggunakan warisan nama Renault, yaitu inisial "R". Di sisi lain, tampilnya tim Lotus Renault GP di musim 2011 juga memberikan masalah bagi para penggemar F1, karena ada dua tim Lotus yang berlaga di dalam ajang F1, dengan tim Lotus yang satunya lagi yang dimiliki oleh Tony Fernandes yang bernama Team Lotus.[34] Tim Lotus Renault GP memilih untuk menggunakan warna emas-hitam (sehingga mendapatkan julukan Lotus Hitam) sebagai corak warna mobilnya, sementara tim Lotus Racing akan menggunakan warna hijau (sehingga dijuluki Lotus Hijau). Kedua "Lotus" kemudian saling mengklaim bahwa mereka memiliki syarat yang sah untuk menggunakan nama "Lotus" di dalam ajang F1, dan kemudian mereka membawa masalah ini ke Pengadilan Tinggi di London untuk membuktikan siapakah yang berhak memakai nama "Lotus".[35][36] Pengadilan Tinggi London kemudian memutuskan pada tanggal 27 Mei 2011 bahwa tim Lotus Racing (Tony Fernandes) merupakan pemilik sah hak nama "Team Lotus", sementara Group Lotus (yang memiliki saham di tim Renault) hanya memiliki hak nama "Lotus" berikut skema warna hitam-emas.[37][38] Pada awal bulan Februari 2011, Robert Kubica mengalami kecelakaan parah pada saat dirinya mengikuti sebuah balapan reli di Italia.[39] Ia divonis tidak bisa mengikuti musim 2011 karena cedera tangannya yang cukup parah, dan memerlukan waktu yang lama untuk pemulihan.[40][41] Sebagai pengganti, tim kemudian menunjuk pembalap asal Jerman, yaitu Nick Heidfeld. Kubica sendiri, sekalipun tidak bisa berlaga di musim 2011, tetap dinyatakan dalam kondisi terkontrak oleh tim.[42] ![]() Musim 2011 diawali oleh tim Lotus Hitam dengan baik, di mana Vitaly Petrov mampu finish di P3 di Australia, dan disusul kemudian oleh Nick Heidfeld yang finish di P3 di Malaysia. Selanjutnya, kedua pembalap hanya mampu meraih poin seadanya saja di balapan-balapan selanjutnya, tanpa mampu meraih lagi podium. Hasil dua kali tersingkir dari lomba secara berturut-turut yang dialami oleh Heidfeld di Jerman dan Hungaria, membuat posisinya di dalam tim harus rela tergusur oleh Bruno Senna.[43] Heidfeld sempat berencana untuk membawa masalah pemecatan dirinya ke pengadilan, namun kemudian tim Renault memutuskan untuk menyelesaikannya secara kekeluargaan pada tanggal 2 September 2011.[44] Pada akhir musim 2011, tim Renault resmi berganti nama menjadi Lotus F1 Team untuk musim 2012.[45] Mantan juara dunia Kimi Räikkönen di tarik masuk sebagai pembalap untuk musim 2012 dan 2013.[46] 2016–2020: Renault Sport Formula One Team dan Renault F1 TeamMusim 2016![]() Pada tanggal 28 September 2015, Renault Sport F1 secara resmi mengumumkan bahwa letter of intent antara Renault Group dan Gravity Motorsports, yang dimiliki oleh Genii Capital, telah ditandatangani, dan selama beberapa minggu berikutnya, akan dibahas transaksi pengambilalihan untuk Lotus F1 Team (yang sebelumnya dimiliki oleh Renault hingga musim 2010), dengan harapan bahwa tim tersebut akan bersaing di musim 2016 sebagai Renault Sport Formula One Team. Ada spekulasi bahwa veteran F1 asal Prancis, yakni Alain Prost, yang pernah mengendarai mobil tim Renault dari musim 1981-1983, bisa mengambil sebuah peran senior di dalam tim ini.[47] Pada tanggal 3 Desember 2015, Renault mengumumkan secara resmi bahwa mereka telah membeli Lotus F1 Team, dan sedang mempersiapkan musim 2016, dengan informasi lebih lanjut yang akan dirilis pada awal tahun 2016.[48] Dengan Renault yang kembali lagi ke dalam ajang Formula Satu sebagai tim konstruktor yang bekerja secara penuh, maka tim Red Bull Racing secara resmi diturunkan menjadi tim pelanggan mesin Renault, dan dengan demikian menerima sponsor rebadging TAG Heuer dari musim 2016 hingga 2018. ![]() Pada tanggal 3 Februari 2016, tim Renault secara resmi meluncurkan livery pengujian untuk mobil musim 2016 mereka, yakni Renault R.S.16, dan mengonfirmasi Kevin Magnussen dan Jolyon Palmer sebagai dua pembalap utamanya, juara umum Seri GP3 musim 2015, yakni Esteban Ocon, sebagai pembalap cadangan, Carmen Jordá sebagai pembalap pengembangan, dan bahwa banyak pembalap, termasuk juara umum Formula Renault 3.5 musim 2015, yaitu Oliver Rowland, Jack Aitken, Louis Delétraz, dan Kevin Jorg, adalah bagian dari akademi pembalap mudanya. Selain itu, Bob Bell (sebelumnya dari tim Mercedes, Marussia, dan inkarnasi tim Renault sebelumnya) dikukuhkan se |