Share to: share facebook share twitter share wa share telegram print page

Mitos penciptaan

Lukisan Penciptaan Adam karya Michelangelo.
Lukisan Penciptaan Hawa karya Michelangelo.

Setiap kebudayaan dan bangsa mempunyai mitos penciptaan masing-masing. Mitos-mitos ini berkembang sebagai upaya setiap bangsa untuk menjawab pertanyaan mengenai asal usul manusia dan tempat tinggalnya, atau penyebab makhluk hidup berada di muka bumi.

Pengertian mitos

Suatu mitos merupakan himpunan kepercayaan yang tidak harus didukung fakta ilmiah. Pengunaan istilah mitos yang sering kali bermakna peyoratif[1] (merendahkan atau meremehkan) bermula dari sikap meremehkan mitos dan kepercayaan agama/budaya lain dan menganggapnya sebagai kekeliruan.[2] Maka dari itu, kata 'mitos' berkonotasi negatif dan sering digunakan untuk menyebut kepercayaan yang tidak berdasarkan fakta ilmiah, atau kisah yang tidak benar.[3]

Makna 'mitos' yang kurang bagus bermula dari pemakaian kata mythos oleh umat Kristen awal untuk menyebut kepercayaan Romawi dan Yunani sebagai hal yang berbau "dongeng, fiksi, bohongan".[4] Namun, kata itu bisa bermakna "kisah yang berfungsi untuk menjabarkan wawasan fundamental dari suatu budaya",[5] atau bisa bermakna kisah yang diyakini benar-benar terjadi oleh empunya cerita.[6]

Suku Minahasa mempunyai cerita tentang Toar dan Lumimuut yang digambarkan sebagai nenek moyang mereka. Orang Batak percaya bahwa mereka adalah keturunan satu leluhur yang bernama Si Raja Batak.

Suku Lakota di Amerika percaya bahwa sebelum bumi diciptakan, dewa-dewa tinggal di surga sementara manusia hidup di dunia bawah yang tidak mempunyai budaya.

Bangsa Mande di Mali selatan percaya bahwa pada mulanya hanya ada Mangala. Mangala adalah makhluk tunggal yang kuat dan dahsyat. Di dalam Mangala terdapat empat bagian, yang antara lain melambangkan empat hari dalam satu minggu, empat unsur alam, dan empat arah (ruang). Mangala juga mengandung dua pasang kembar yang berjenis kelamin ganda. Mangala bosan menyimpan semua unsur ini di dalam dirinya, karena itu dewa mengeluarkannya dan membentuknya menjadi sebuah benih. Benih inilah yang menjadi penciptaan dunia ini.

Cerita Dumuzi dan Inanna adalah mitos dimana Inanna turun ke Dunia Bawah (dunia orang mati). Saat itu mitos ini dibentuk terpisah-pisah. Namun sekarang dalam bentuk lengkapnya dikenal sebagai mitos ‘Dumuzi dan Inanna’. Dumuzi adalah bentuk Sumeria dari nama yang lebih populernya, yaitu Tammuz, sedangkan nama Inanna dalam mitos Sumeria setara dengan Ishtar dari Semit. Jadi, Ishtar adalah Inanna, ratu surga, (dengan kata lain dia adalah ratu dari langit). Seperti yang Anda tahu ada dewa-dewa tetumbuhan. Dewa-dewa ini memiliki akar dalam siklus vegetasi musim dingin – musim semi. Mereka mati di musim gugur-musim dingin dan bangkit kembali di musim semi. Dumuzi adalah salah satunya. Dia turun atau diturunkan oleh setan ke Dunia Bawah , dan Inanna datang untuk membawanya ke dunia mahluk hidup lagi. Jelas ini merupakan mitos ritual. Dengan berkuasanya kaum Semitik (Akkadian) di wilayah ini, maka semua nama dewa diubah menjadi nama Akkadia. Dumuzi menjadi Tammuz, Inanna menjadi Ishtar. Dalam liturgi Ishtar dan Tammuz sering direpresentasikan sebagai sosok pohon cemara jantan dan betina. Tapi pohon-pohon cemara tidak terdapat di delta Tigris-Efrat, sebaliknya mereka ditemukan di daerah pegunungan dari mana leluhur Sumeria datang. Bukti menunjukkan bahwa bangsa Sumeria dan Semit menduduki delta tersebut untuk waktu yang lama sebelum invasi kaum Amori, dan sampai penaklukan akhir Sumeria oleh bangsa Semit. Bangsa Semit mengambil alih aksara paku (cuneiform), sebagian besar kepercayaan dan mitos dari bangsa Sumeria. Tentu saja bangsa Semit memiliki dan memperkenalkan tafsir mereka sendiri atas mitos tersebut, yang mungkin menyebabkan perubahan yang dapat kita lihat dalam mitos Tammuz-Ishtar dari periode Assyro-Babilonia.

Agama Yahudi, Kristen, dan Islam sama-sama memiliki mitos penciptaan yang dimulai dari Adam dan Hawa.

Yahudi / Kristen

Dalam Yudaisme atau agama Yahudi diakui penciptaan sebagaimana yang dicatat dalam Kitab Kejadian terutama pasal 1 dan pasal 2. Kepercayaan Kristen memegang pengakuan yang sama karena umat Kristen mengakui Alkitab Ibrani sebagai bagian Alkitab mereka. Penciptaan oleh Elohim terjadi selama 6 hari dan kemudian Elohim berhenti pada hari ketujuh dan menguduskan hari itu, yang disebut sebagai hari Sabat (hari Sabtu) dan sebagai hari terakhir dalam seminggu. Proses lengkap dari hari ke hari penciptaan dapat dilihat di pranala ini Penciptaan menurut Kitab Kejadian.

Konsep penciptaan Surga dan Bumi dan posisi Taman Eden menurut tradisi Yahudi.

Tentang penciptaan, dikatakan pada mulanya Elohim (sebagai pengganti kata Allah yang jamak dalam bahasa ibrani), Elohim menciptakan surga (langit) dan bumi. Kata Langit di alkitab ibrani adalah kata shâmayim artinya surga dan eh'-rets artinya tanah/daratan/bangsa/bumi. Inilah yang disebut dengan penciptaan dunia rohani dan dunia fana. Disini diperkenalkan konsep satu dunia dalam dua dimensi yang berbeda. Di hari pertama, Tuhan menciptakan WAKTU, dengan menjadikan terang dan gelap. Tuhan melihat bahwa terang / cahaya itu baik, disinilah standar mengenai apa yang "baik" dikenal sebagai "kebaikan / kebenaran" menurut versi Tuhan. Dengan perkataan "Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah pertanda pergantian hari sesuai waktu yang Tuhan ciptakan.

Pada Kejadian1:6–8, di sini Tuhan juga memisahkan air yang ada di atas dan air yang ada dibawah dengan membaginya melalui semacam tirai pembatas. Ini sesuai sifat angkasa luar yang seperti tidak memiliki oksigen dan seperti sifat air dimana mahluk bumi tidak dapat bernapas. Cakrawala disini dalam Alkitab ibrani ditulis sebagai râqı̂ya‛ yaitu lapisan yang memisahkan atau semacam tirai tembus pandang (cakrawala). Pada Kejadian 1:9, terlihat Tuhan mengumpulkan air yg berada dibawah cakrawala ke dalam satu kumpulan, ini mendukung teori bumi bulat. Konsep air berkumpul di bawah cakrawala ini lebih cocok diterapkan di teori bumi bulat karena kalau bumi datar, maka air yang berkumpul akan tumpah ke suatu tempat dibawah. Sementara alkitab tidak pernah berbicara tentang "bawah" selain dari dibawah cakrawala. Manusia diciptakan menurut gambar dan rupa Elohim dari debu tanah. Walaupun dibuat dari debu tanah, manusia diangkat ke taman eden dan diberi otoritas sebagai wakil dan gambaran Tuhan untuk mengatur dan menguasai dunia fana (bumi). Tuhan juga membuat sebuah taman diantara surga dan bumi, yang saling bersinggungan antara surga dan bumi, disebut dengan Taman Eden yaitu taman dimana dunia roh bersatu dengan dunia fana. Di gambar di atas mengenai konsep surga dan bumi, digambarkan Tuhan bertahta di Surga dan gambaran Tuhan yaitu manusia diberi tahta di bumi atas (Taman Eden), oleh karena taman eden sendiri adalah surga paling bawah, maka Tuhan juga menguasai seluruh bumi melalui wakilnya yaitu manusia.

Kejadian 3:14 Lalu berfirmanlah TUHAN Allah kepada ular itu: "Karena engkau berbuat demikian, terkutuklah engkau di antara segala ternak dan di antara segala binatang hutan; dengan perutmulah engkau akan menjalar dan debu tanahlah akan kaumakan seumur hidupmu.

Kejadian 3:15 Aku akan mengadakan permusuhan antara engkau dan perempuan ini, antara keturunanmu dan keturunannya; keturunannya akan meremukkan kepalamu, dan engkau akan meremukkan tumitnya."

Ulangan 32:8 Ketika Sang Mahatinggi membagi-bagikan milik pusaka kepada bangsa-bangsa, ketika Ia memisah-misah anak-anak manusia, maka Ia menetapkan wilayah bangsa-bangsa menurut bilangan anak-anak Israel.

Ulangan 32:9 Tetapi bagian TUHAN ialah umat-Nya, Yakub ialah milik yang ditetapkan bagi-Nya.

Mazmur 82:1 Mazmur Asaf. Allah berdiri dalam dewan ilahi, di antara para allah Ia menghakimi:

Mazmur 82:2 "Berapa lama lagi kamu menghakimi dengan lalim dan memihak kepada orang fasik?

Mazmur 82:6 Aku sendiri telah berfirman: "Kamu adalah allah, dan anak-anak Yang Mahatinggi kamu sekalian.

— Alkitab Terjemahan Baru (TB), 1974

sementara di versi Brenton dan serat dari gua qumran, kalimat anak-anak Israel sebenarnya adalah anak-anak Elohim.

Ulangan 32:8 Ketika Sang Mahatinggi membagi-bagikan milik pusaka kepada bangsa-bangsa, ketika Ia memisah-misah anak-anak manusia, maka Ia menetapkan wilayah bangsa-bangsa menurut bilangan anak-anak Elohim.

— Brenton's LXX, 1844

Kejatuhan manusia dalam dosa karena godaan Iblis membuat Tuhan membuang manusia dan iblis serta pengikutnya yaitu para mahluk rohani yang ikut memberontak yang disebut juga sebagai roh-roh jahat. Mereka semua dilempar ke bumi di bawah dari bumi atas (Taman Eden). Tuhan menaruh sosok Kerubim sebagai penjaga di Taman Eden. Para roh-roh jahat itu dibiarkan oleh Tuhan menjadi para berhala sembahan di masing-masing bangsa, Tetapi kaum keturunan Abraham tetap dimiliki dan dilindungi oleh Elohim YAHWEH sendiri dan itulah kenapa mereka disebut sebagai Yahudi.

Islam

Umat Islam meyakini bahwa Nabi Adam diciptakan oleh Allah dengan kedua belah tanganNya,[7] kemudian ada penjelasan pula dari salah seorang sahabat Abdullah bin Umar mengatakan bahwa yang diciptakan oleh Allah dengan kedua belah tanganNya adalah Al-'Arsy, Adn, Adam dan Al-Qalam.[8] Kemudian makhluk lain diciptakan oleh Allah dengan berfirman "kun" (jadilah), maka jadilah ia.[9]

Agama Islam meyakini akan kisah Nabi Adam dan Hawa yang disebutkan pada Al Baqarah ayat 30-39. Sebagai terjemahan yang digunakan adalah Tafsir Al Misbah yang ditulis oleh Quraish Shihab. Ayat 30 berbunyi sebagai berikut:

Ingatlah ketika Tuhan-mu berfirman kepada para malaikat, "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan satu khalifah di muka bumi". Mereka berkata, "Apakah Engkau hendak menjadikan di bumi itu siapa yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji-Mu dan menyucikan-Mu?" Tuhan berfirman, "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui." (Al Baqarah 2:30)

Dari ayat di atas tampak bahwa malaikat mempunyai dugaan bahwa khalifah yang akan diciptakan Allah ini adalah makhluk yang akan membuat kerusakan di muka bumi dan menumpahkan darah dalam perselisihan. Dalam Tafsir Jalalain disebutkan bahwa perbuatan itu juga dilakukan bangsa jin yang dulunya mendiami bumi sebelum manusia. Sesudah mereka berbuat kerusakan, Allah mengirimkan malaikat dan dibuanglah mereka ke gunung-gunung dan pulau-pulau terpencil .

Dalam Tafsir Al Misbah dijelaskan bahwa selain berdasarkan pengalaman makhluk sebelumnya, dugaan itu mungkin timbul dari sebutan khalifah itu sendiri. Arti kata ini mengesankan makna pelerai perselisihan dan penegak hukum, sehingga dengan demikian pasti ada di antara mereka yang berselisih dan menumpahkan darah. Manusia tetap akan dijadikan khalifah di muka bumi oleh Allah. Hal tersebut dijelaskan dalam ayat berikut ini:

Dia mengajari Adam tentang nama-nama (benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para malaikat lalu berfirman, "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu benar!" Mereka menjawab, "Maha Suci Engkau, tidak ada pengetahuan bagi kami selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkau, Engkaulah Yang Maha Mengetahui (lagi) Maha Bijaksana." Dia (Allah) berfirman, "Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka nama-nama benda-benda ini". Maka setelah diberitahukannya kepada mereka nama-nama benda-benda itu, Dia (Allah) berfirman, "Bukankah sudah Ku-katakan kepada kamu, bahwa sesungguhnya Aku mengetahui rahasia langit dan bumi dan mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu sembunyikan?" (Al Baqarah 2:31-33)

Dalam ayat ini dijelaskan bahwa Allah menunjukkan kepada malaikat bahwa khalifah yang dia tugaskan mempunyai kelebihan dibandingkan dengan mereka. Diberi-Nya khalifah ini potensi pengetahuan untuk dapat mengenal benda-benda. Potensi ini yang bisa membuat manusia mampu menjalankan perintah sebagai khalifah di muka bumi. Walaupun nantinya akan ada sebagian manusia yang akan berbuat kerusakan di muka bumi atau menumpahkan darah tetapi dengan potensi yang diberikan kepada manusia maka manusia akan sanggup menjalankan tugas sebagai khalifah. Walaupun malaikat mempunyai ketaatan yang lebih baik, selalu menyucikan dan memuji Allah tetapi tanpa potensi pengetahuan yang diajarkan kepada Adam maka tidak akan bisa malaikat ini menjalankan tugas sebagai khalifah di muka bumi ini.

Kemudian manusia pertama ini dan pasangannya diizinkan oleh Allah untuk tinggal di surga. Di dalam surga, Allah memberi karunia yang banyak, salah satunya berupa makanan yang banyak dan baik yang boleh dimakan oleh Adam dan pasangannya. Mereka boleh menikmati yang mana saja, kapan saja mereka suka. Tapi Allah melarang Adam dan pasangannya untuk mendekati sebuah pohon. Dari sekian banyak makanan dan pepohonan di surga, Allah hanya melarang satu pohon untuk tidak boleh didekati.

Ketika ada larangan tersebut, manusia melanggarnya. Manusia melakukannya dengan tidak sengaja. Semua dikarenakan lemahnya manusia terhadap godaan setan. Allah tidak membiarkan Adam dalam kesengsaraan akibat perbuatannya. Allah mengajarinya beberapa kalimat yang sering dipahami sebagai bentuk penyesalan. Allah tahu bahwa bersamaan dengan potensi pengetahuan yang telah diberikan-Nya, tersembunyi kelemahan yang dapat dimanfaatkan oleh setan untuk menjerumuskan manusia. Karenanya Allah memberi sebuah fasilitas bagi manusia yang terjerumus untuk kembali kepada-Nya. Ia berjanji bahwa bila manusia mau mengakui kelemahannya dan menerima petunjuk dari Allah, maka Allah akan mengizinkan manusia itu mencapai keberhasilan menjalankan tugasnya sebagai khalifah di muka bumi dan pada akhirnya kembali kepada Allah di surga untuk selama-lamanya.

Hindu

Ada beragam kisah penciptaan alam semesta yang dituturkan secara mitologis dan berbeda-beda dalam kitab-kitab Purana. Menurut kitab Weda, unsur dasar alam semesta ini adalah aditi yang berarti ketiadaan atau kehampaan. Segala sesuatu yang ada merupakan diti yang artinya terikat. Sebelum adanya alam semesta, yang ada hanyalah Brahman, sesuatu yang sulit dilukiskan. Brahman berada di luar kehidupan dan kematian, tak terikat oleh waktu, abadi, tak bergerak, ada dimana-mana, memenuhi segala sesuatu.

Menurut kepercayaan Hindu, alam semesta terbentuk secara bertahap dan berevolusi. Brahman menciptakan alam semesta dengan tapa. Dengan tapa itu, Brahman memancarkan panas. Setelah menciptakan, Brahman menyatu ke dalam ciptaannya. Menurut kitab Purana, pada awal proses penciptaan, terbentuklah Brahmanda. Pada awal proses penciptaan juga terbentuk Purusa dan Prakerti. Kedua kekuatan ini bertemu sehingga terciptalah alam semesta. Tahap ini terjadi berangsur-angsur, tidak sekaligus. Mula-mula yang muncul adalah Citta (alam pikiran), yang sudah mulai dipengaruhi oleh Triguna, yaitu Sattwam, Rajas dan Tamas. Tahap selanjutnya adalah terbentuknya Triantahkarana, yang terdiri dari Buddhi (naluri); Manah (akal pikiran); Ahamkara (rasa keakuan). Selanjutnya, munculah Pancabuddhindria dan Pancakarmendria, yang disebut pula Dasendria (sepuluh indria).

Setelah timbulnya Pancabuddhindria dan Pancakarmendria, maka sepuluh indria tersebut berevolusi menjadi Pancatanmatra, yaitu lima benih unsur alam semesta yang sangat halus, tidak berukuran. Pancatanmatra merupakan benih saja. Pancatanmatra berevolusi menjadi unsur-unsur benda materi yang nyata. Unsur-unsur tersebut dinamai Pancamahabhuta, atau Lima Unsur Zat Alam. Kelima unsur tersebut yaitu: Akasa (ether); Bayu (zat gas, udara); Teja (plasma, api, kalor); Apah (zat cair); Pertiwi (zat padat, tanah, logam).

Pancamahabhuta berbentuk Paramānu, atau benih yang lebih halus daripada atom. Pada saat penciptaan, Pancamahabhuta bergerak dan mulai menyusun alam semesta dan mengisi kehampaan. Setiap planet dan benda langit tersusun dari kelima unsur tersebut, namun kadang kala ada salah satu unsur yang mendominasi. Sari-sari Pancamahabhuta menjadi Sadrasa, yaitu enam macam rasa. Unsur-unsur tersebut dicampur dengan Citta, Buddhi, Ahamkara, Dasendria, Pancatanmatra dan Pancamahabhuta. Dari pencampuran tersebut, timbulah benih makhluk hidup, yaitu Swanita dan Sukla. Pertemuan kedua benih tersebut menyebabkan terjadinya makhluk hidup.

Kehidupan dimulai dari yang paling halus sampai yang paling kasar. Sebelum manusia diciptakan, terlabih dahulu Brahman dalam wujud sebagai Brahma, menciptakan para gandharwa, pisaca, makhluk gaib, dan sebagainya. Setelah itu terciptalah tumbuhan dan binatang. Manusia tercipta sesudah munculnya tumbuhan dan binatang di muka bumi. Karena memiliki unsur-unsur yang menyusun alam semesta, maka manusia disebut Bhuwana Alit, sedangkan jagat raya disebut Bhuwana Agung.

Menurut kepercayaan Hindu, manusia pertama adalah Swayambu Manu. Nama ini bukan nama seseorang, melainkan nama spesies. Swayambu Manu secara harfiah berarti "makhluk berpikir yang menjadikan dirinya sendiri".

Referensi

  1. ^ Howells, Richard (1999). The Myth of the Titanic. Macmillan. 
  2. ^ Eliade, Myths, Dreams and Mysteries, 1967, pp. 23, 162.
  3. ^ "Myth Diarsipkan 2020-11-12 di Wayback Machine.." Lexico. Oxford: Oxford University Press. 2020. Retrieved 21 May 2020. § 2.
  4. ^ Eliade, Myth and Reality, 1968, p. 162.
  5. ^ Grassie, William (March 1998). "Science as Epic? Can the modern evolutionary cosmology be a mythic story for our time?". Science & Spirit. 9 (1). The word 'myth' is popularly understood to mean idle fancy, fiction, or falsehood; but there is another meaning of the word in academic discourse. A myth, in this latter sense of the word, is a story that serves to define the fundamental worldview of a culture 
  6. ^ Eliade, Myth and Reality, p. 1, 8-10; The Sacred and the Profane, p. 95
  7. ^ Allah Ta’ala berfirman, قَالَ يَا إِبْلِيسُ مَا مَنَعَكَ أَنْ تَسْجُدَ لِمَا خَلَقْتُ بِيَدَيَّ “Hai iblis, apakah yang menghalangi kamu sujud kepada yang telah Ku-ciptakan dengan kedua tangan-Ku.” (Shaad 38:75)
  8. ^ Abdullah bin Umar pernah berkata, خلق الله أربعة أشياء بيده: العرش، وجنات عدن، وآدم، والقلم “Allah menciptakan empat hal dengan tangan-Nya: Al-‘Arsy, Surga Al-‘Adn, Nabi Adam, dan Al-Qalam (pena).” (HR. Hakim dalam Mustadrak, Adz-Dzahani berkata dalam At-Talkhis Shahih)
  9. ^ Dalam riwayat yang lain, oleh At-Thabrabi dalam tafsirnya, قال لكل شيء كن فكان “(Kemudian Allah) berfirman kepada seluruh makhluk “kun” (‘jadilah’), maka jadilah ia.” Jadi selain empat hal yang disebutkan, makhluk lainnya diciptakan dengan kata “kun”.

Pranala luar

Kembali kehalaman sebelumnya