Kisah Para Rasul 6 (disingkat Kis 6) adalah bagian Kitab Kisah Para Rasul dalam Perjanjian Baru di Alkitab Kristen. Ditulis oleh Lukas, seorang Kristen yang merupakan teman seperjalanan Rasul Paulus.[1][2]
Teks
- Naskah aslinya ditulis dalam bahasa Yunani.
- Sejumlah naskah tertua yang memuat salinan pasal ini antara lain adalah
- Pasal ini dibagi atas 15 ayat.
- Berisi riwayat pemilihan 7 orang Diaken pertama dilanjutkan dengan pekerjaan salah seorang dari mereka, Stefanus.
Struktur
Pembagian isi pasal:
Ayat 1
- Pada masa itu, ketika jumlah murid makin bertambah, timbullah sungut-sungut di antara orang-orang Yahudi yang berbahasa Yunani terhadap orang-orang Ibrani, karena pembagian kepada janda-janda mereka diabaikan dalam pelayanan sehari-hari.[3]
- "Pelayanan" (bahasa Yunani: διακονίᾳ, diakonia) untuk janda merupakan tanggung jawab keluarga mendiang suami atau kerabat lainnya, atau di kalangan murid-murid, dilakukan bersama oleh jemaat. Namun ini menjadi bibit perselisihan di antara murid-murid yang berbudaya Yunani dan Yahudi, sehingga perlu diselesaikan dengan pengangkatan diaken.[4]
Ayat 5
- Usul itu diterima baik oleh seluruh jemaat, lalu mereka memilih Stefanus, seorang yang penuh iman dan Roh Kudus, dan Filipus, Prokhorus, Nikanor, Timon, Parmenas dan Nikolaus, seorang penganut agama Yahudi dari Antiokhia.[5]
Dengan keputusan rapat jemaat, 7 orang dipilih menjadi diaken (=pelayan) pertama. Ketujuh orang ini mempunyai nama Yunani, jadi rupanya termasuk ke dalam golongan orang-orang Yahudi yang berbahasa Yunani, sama seperti mereka yang bersungut-sungut dan menyulut perpecahan di ayat 1. Ini merupakan tindakan jemaat yang bijaksana dan penuh kasih bagi mereka yang menyampaikan keluhan untuk janda-janda.[4]
Ayat 7
- Firman Allah makin tersebar, dan jumlah murid di Yerusalem makin bertambah banyak; juga sejumlah besar imam menyerahkan diri dan percaya.[6]
Diperkirakan ada sekitar 8000 imam di Yerusalem. Kebanyakan bukan dari keluarga Imam Besar Yahudi, melainkan orang-orang dari suku Lewi yang mempunyai tugas-tugas di Bait Allah sebagaimana Zakharia, ayah Yohanes Pembaptis. Pelayanan mereka di Bait Allah menjadi lebih sungguh-sungguh setelah mereka mengakui Yesus sebagai Mesias, karena mereka lebih memahami makna di balik ritual yang mereka kerjakan.[4]
Referensi
Lihat pula
Pranala luar