Share to: share facebook share twitter share wa share telegram print page

Zhou Enlai

Zhou Enlai
周恩来
Zhou pada tahun 1972
Perdana Menteri Republik Rakyat Tiongkok
Masa jabatan
1 Oktober 1949 – 8 Januari 1976
PemimpinMao Zedong
Perdana Menteri Republik Rakyat Tiongkok PertamaDong Biwu
Chen Yun
Lin Biao
Deng Xiaoping
Menteri Luar Negeri Republik Rakyat Tiongkok
Masa jabatan
1 Oktober 1949 – 11 Februari 1958
Perdana MenteriDirinya sendiri
Sebelum
Pengganti
Chen Yi
Sebelum
Wakil Ketua Utama Partai Komunis Tiongkok
Masa jabatan
30 Agustus 1973 – 8 Januari 1976
KetuaMao Zedong
Sebelum
Pendahulu
Lin Biao (1971)
Pengganti
Hua Guofeng
Sebelum
Wakil Ketua Partai Komunis Tiongkok
Masa jabatan
28 September 1956 – 1 Agustus 1966
KetuaMao Zedong
Ketua Kedua Konferensi Permusyawaratan Politik Tiongkok
Masa jabatan
Desember 1954 – 8 Januari 1976
Ketua KehormatanMao Zedong
Sebelum
Pendahulu
Mao Zedong
Pengganti
Kosong (1976–1978)
Deng Xiaoping
Informasi pribadi
Lahir(1898-03-05)5 Maret 1898
Huai'an, Jiangsu, Dinasti Qing
Meninggal8 Januari 1976(1976-01-08) (umur 77)
Beijing, Tiongkok
Partai politikPartai Komunis Tiongkok (1921–1976)
Afiliasi politik
lainnya
Kuomintang (1923–1927)
Suami/istri
(m. 1925)
AnakSun Weishi, Wang Shu (keduanya diadopsi)[1][2]
PendidikanSekolah Menengah Atas Nankai Tianjin
AlmamaterUniversitas Nankai
Tanda tangan
Situs webzhouenlai.people.cn
Karier militer
Dinas/cabangAngkatan Darat Revolusioner Nasional (1937–1945)
Tentara Merah Buruh dan Petani Tiongkok
Tentara Pembebasan Rakyat
PangkatLetnan Jenderal Tentara Revolusioner Nasional
Pertempuran/perang
IMDB: nm0159288 Modifica els identificadors a Wikidata
Sunting kotak info
Sunting kotak info • L • B
Bantuan penggunaan templat ini
Zhou Enlai

"Zhou Enlai" dalam aksara Han sederhana (atas) dan tradisional (bawah)
Hanzi sederhana: 周恩来
Hanzi tradisional: 周恩來
Nama kehormatan
Hanzi: 翔宇

Zhou Enlai (Hanzi: 周恩来; Wade–Giles: Chou En-lai; (5 Maret 1898 – 8 Januari 1976) adalah seorang negarawan penting di Tiongkok yang menjabat sebagai Perdana Menteri Republik Rakyat Tiongkok Pertama dari sejak berdirinya negara Republik Rakyat Tiongkok (RRT) pada tahun 1949 sampai dengan sepeninggalnya. Zhou bertugas di bawah Ketua Mao Zedong dan berperan penting dalam perjalanan Partai Komunis Tiongkok (PKT) menjadi partai penguasa, kemudian mengonsolidasikan kendalinya, membentuk kebijakan luar negeri, serta mengembangkan ekonomi Tiongkok.

Seorang diplomat yang cakap dan handal, Zhou juga pernah menjabat sebagai Menteri Luar Negeri Republik Rakyat Tiongkok Pertama dari tahun 1949 hingga 1958. Mendukung perdamaian dan hidup berdampingan dengan Blok Barat setelah Perang Korea, ia berpartisipasi dalam Konferensi Jenewa 1954 dan Konferensi Asia-Afrika 1955, serta membantu mengatur kunjungan Nixon ke Tiongkok 1972. Dia juga membantu menyusun kebijakan untuk mengatasi perselisihan yang getir dengan Amerika Serikat, Taiwan, perpecahan Tiongkok-Soviet, India dan Vietnam.

Zhou selamat dari pembersihan para pejabat tinggi PKT selama masa Revolusi Kebudayaan. Sementara Mao mendedikasikan sebagian besar tahun-tahun terakhirnya untuk perjuangan politik dan menjalankan ideologinya, Zhou adalah kekuatan pendorong utama dalam urusan negara selama masa Revolusi Kebudayaan. Usahanya untuk mengurangi tindakan perusakan yang dilakukan oleh Pengawal Merah dan upayanya untuk melindungi orang-orang dari amukan para Pengawal Merah tersebut membuatnya sangat populer di tahap akhir masa Revolusi Kebudayaan.

Ketika kesehatan Mao mulai menurun pada tahun 1971-1972 dan setelah kematian jenderal Lin Biao yang dinyatakan sebagai seorang pengkhianat, Zhou terpilih menjadi Wakil Ketua Partai Komunis Tiongkok oleh Komite Tetap Politbiro Partai Komunis Tiongkok ke-10 pada tahun 1973 dan dengan demikian ditunjuk sebagai penerus Mao, tetapi ia masih tetap harus berjuang melawan Kelompok Empat secara internal perihal kepemimpinan Tiongkok. Penampilan terakhirnya di depan umum adalah pada pertemuan pertama Kongres Rakyat Nasional ke-4 tanggal 13 Januari 1975, di mana ia mempresentasikan laporan kerja pemerintah.

Setelah itu ia menjauh dari publik karena perlu mendapat perawatan medis sehubungan dengan penyakit kankernya dan meninggal satu tahun kemudian. Kesedihan publik yang begitu besar di Beijing berubah menjadi kemarahan terhadap Kelompok Empat, yang memicu terjadinya Insiden Tiananmen 1976. Meskipun Zhou kemudian digantikan oleh Hua Guofeng, namun sekutu Zhou: Deng Xiaoping dapat mengalahkan Kelompok Empat secara politis dan menggantikan Hua sebagai Pemimpin Tertinggi Tiongkok pada tahun 1978.

Masa awal kehidupan

Masa muda

Zhou Enlai tahun 1912.

Zhou Enlai lahir di prefektur Huai'an, provinsi Jiangsu pada tanggal 5 Maret 1898, putra pertama dari silsilah keluarga Zhou. Keluarga Zhou berasal dari Shaoxing di provinsi Zhejiang. Selama akhir Dinasti Qing, Shaoxing terkenal sebagai rumah keluarga seperti keluarga Zhou ini, yang anggota keluarganya kebanyakan bekerja sebagai pegawai pemerintah (師爷, shiye) dari generasi ke generasi.[3] Untuk naik jabatan dalam dinas sipil, orang-orang di keluarga ini sering harus berpindah kota, dan pada tahun-tahun terakhir masa kekuasaan dinasti Qing, keluarga Zhou Enlai pindah ke Huai'an. Bahkan setelah pindah pun, keluarga itu masih menganggap Shaoxing sebagai rumah leluhurnya.[4]

Kakek Zhou bernama Zhou Panlong, dan saudara kakeknya yang bernama Zhou Jun'ang, adalah anggota keluarga pertama yang pindah ke Huai'an. Panlong tampaknya lulus ujian provinsi, dan Zhou Enlai pernah mengatakan bahwa Panlong menjabat sebagai hakim di wilayah Huai'an.[5] Ayah Zhou bernama Zhou Yineng, adalah anak kedua dari empat putra Zhou Panlong. Ibu kandungnya bermarga Wan, yang adalah putri seorang pejabat penting di Jiangsu.[note 1]

Sama seperti orang lain pada umumnya, kekayaan keluarga besar Zhou yang kebanyakan bekerja sebagai pejabat pemerintahan, menjadi hancur karena terkena dampak resesi ekonomi besar yang melanda Tiongkok pada akhir abad ke-19. Zhou Yineng terkenal karena kejujuran, kelembutan, kecerdasan, dan kepeduliannya terhadap orang lain, tetapi dia juga dianggap lemah dan kurang dalam hal disiplin dan tekad. Dia tidak berhasil dalam kehidupan pribadinya, pernah merantau ke berbagai kota di Tiongkok untuk bekerja dalam berbagai bidang di Beijing, Shandong, Anhui, Shenyang, Mongolia Dalam dan Sichuan. Zhou Enlai mengingat bahwa ayahnya selalu jauh dari rumah dan secara umum tidak mampu menghidupi keluarganya.[7]

Tidak lama setelah lahir, Zhou Enlai diadopsi oleh adik bungsu ayahnya bernama Zhou Yigan, yang menderita TBC. Tampaknya adopsi sudah diatur sedemikian rupa karena keluarga khawatir Yigan akan meninggal tanpa ahli waris.[note 2] Zhou Yigan kemudian meninggal setelah adopsi tersebut, dan Zhou Enlai dibesarkan oleh janda Yigan, yang nama keluarganya adalah Chen. Nyonya Chen berasal dari keluarga terpelajar dan mengenyam pendidikan sastra tradisional. Menurut kisah Zhou sendiri, dia sangat dekat dengan ibu angkatnya dan memperoleh minat yang mendalam pada sastra dan opera Tiongkok dari ibu angkatnya itu. Nyonya Chen mengajari Zhou baca tulis sejak usia dini, dan Zhou kemudian mengklaim telah membaca novel terkenal Perjalanan ke Barat dalam bahasa daerah pada usia enam tahun.[8] Pada usia delapan tahun, ia membaca berbagai novel tradisional Tiongkok lainnya, termasuk Batas Air, Kisah Tiga Negara , dan Impian Paviliun Merah .[6]

Ibu kandung Zhou, Wan, meninggal pada tahun 1907 ketika Zhou berusia 9 tahun, dan ibu angkatnya Chen meninggal pada tahun 1908 ketika Zhou berusia 10 tahun. Ayah Zhou bekerja di Hubei, jauh dari Jiangsu, sehingga Zhou dan dua adik lelakinya kembali ke Huai'an dan tinggal bersama adik laki-laki ayahnya yang masih tersisa bernama Yikui selama dua tahun.[9] Pada tahun 1910, paman Zhou yang bernama Yigeng, kakak lelaki ayahnya yang tinggal dan bekerja di kantor pemerintahan di kota Shenyang, pada waktu itu masuk wilayah Manchuria, menawarkan diri untuk mengasuh Zhou. Keluarga Zhou di Huai'an menyetujuinya dan mengirim Zhou ke sana.[note 3]

Pendidikan

Zhou Enlai ketika menjadi siswa di Sekolah Menengah Nankai.

Di Shenyang, Zhou sekolah di Dongguan Model Academy, sebuah sekolah bergaya modern. Pendidikan sebelumnya diperoleh seluruhnya dari sekolah rumah. Selain mata pelajaran baru seperti bahasa Inggris dan sains, Zhou juga terpengaruh oleh tulisan-tulisan dari para kaum reformis dan radikal seperti Liang Qichao, Kang Youwei, Chen Tianhua, Zou Rong dan Zhang Binglin.[10][11] Pada usia empat belas tahun, Zhou menyatakan bahwa motivasinya mengejar pendidikan adalah untuk "menjadi orang hebat yang akan memikul tanggung jawab berat negara di masa depan."[12] Pada tahun 1913, paman Zhou dipindahkan ke Tianjin, tempat Zhou masuk sekolah terkenal Sekolah Menengah Atas Tianjin Nankai.

Sekolah Menengah Atas Tianjin Nankai didirikan oleh Yan Xiu, seorang sarjana dan dermawan terkemuka, dan dipimpin oleh Zhang Boling, salah seorang pendidik Tiongkok terpenting di abad ke-20.[13] Metode pengajaran Nankai tidak umum menurut standar Tiongkok kontemporer. Pada saat Zhou mulai sekolah di sana, model pendidikan yang digunakan diadopsi dari sekolah Phillips Academy Andover, Massachusetts, Amerika Serikat.[14] Reputasi sekolah, dengan rutinitas harian yang "sangat disiplin" dan " standar moral yang ketat",[15] menarik banyak siswa yang di kemudian hari menjadi orang-orang terkemuka dalam kehidupan publik. Teman-teman dan teman sekelas Zhou sendiri seperti Ma Jun (seorang pemimpin masa awal komunis Tiongkok yang dieksekusi pada tahun 1927) dan Wu Guozhen atau yang akrab disapa K. C. Wu (wali kota Chongqing dan Shanghai kemudian gubernur Taiwan di bawah Partai Nasionalis).[16] Bakat Zhou juga menarik perhatian Yan Xiu dan Zhang Boling. Yan khususnya sangat memikirkan Zhou, dia bahkan membayarkan biaya sekolahnya di Jepang dan kemudian Prancis.[17]

Yan sangat terkesan dengan Zhou sehingga dia mendorong Zhou untuk menikahi putrinya, tetapi Zhou menolak. Zhou kemudian mengungkapkan kepada teman sekelasnya Zhang Honghao, alasan keputusannya untuk tidak menikahi putri Yan. Zhou mengatakan bahwa dia menolak pernikahan tersebut karena dia takut prospek keuangannya tidak akan menjanjikan, dan bahwa Yan, sebagai ayah mertuanya, kelak akan mendominasi hidupnya.[18]

Zhou berhasil dalam sekolahnya di Nankai, dia unggul dalam mata pelajaran bahasa Tionghoa, memenangkan beberapa penghargaan di klub pidato sekolah, dan menjadi editor koran sekolah pada tahun terakhirnya. Zhou juga sangat aktif dalam akting dan memproduksi serta bermain drama di Nankai; banyak siswa yang sebelumnya tidak mengenalnya kemudian mengenalnya melalui aktingnya.[19] Nankai masih menyimpan sejumlah esai dan artikel yang ditulis oleh Zhou sampai saat ini, dan hal ini mencerminkan disiplin, pelatihan, dan kepedulian terhadap negara yang coba ditanamkan oleh pendiri Nankai kepada para siswa mereka. Saat upacara kelulusan angkatan ke-10 sekolah itu pada bulan Juni 1917, Zhou adalah satu dari lima siswa penyandang predikat lulusan terbaik pada upacara tersebut, dan salah satu dari dua pembaca pidato perpisahan.[20]

Pada saat ia lulus dari Nankai, ajaran Zhang Boling tentang gong (semangat publik) dan neng (kemampuan) sangat berkesan baginya. Partisipasinya dalam acara debat dan melakoni pertunjukan drama di atas panggung teater telah berkontribusi besar pada kefasihan dan keterampilannya dalam hal membujuk. Zhou meninggalkan Nankai dengan keinginan besar untuk menjadi seorang pelayan publik, dan berusaha memperoleh keterampilan yang diperlukan untuk menjadi seorang pelayan publik.[21]

Mengikuti banyak teman sekelasnya, Zhou pergi ke Jepang pada Juli 1917 untuk belajar lebih lanjut. Selama dua tahun di Jepang, Zhou menghabiskan sebagian besar waktunya di Sekolah Persiapan Tinggi Asia Timur, sebuah sekolah bahasa untuk para mahasiswa Tiongkok. Sekolah Zhou didukung oleh pamannya, dan juga oleh Yan Xiu pendiri Nankai, tetapi dana mereka terbatas dan selama periode itu Jepang menderita inflasi yang parah.[22] Zhou awalnya berencana memenangkan salah satu beasiswa yang ditawarkan oleh pemerintah Tiongkok, beasiswa ini mewajibkan siswa Tiongkok untuk lulus ujian masuk di universitas Jepang. Zhou mengikuti ujian masuk untuk setidaknya di dua sekolah, tetapi gagal diterima.[23] Zhou menceritakan kegelisahannya pada saat itu yang diperparah oleh kematian pamannya, Zhou Yikui, ketidakmampuannya untuk menguasai bahasa Jepang, dan sauvinisme budaya Jepang akut yang diskriminatif terhadap orang-orang Tionghoa. Pada saat Zhou kembali ke Tiongkok pada musim semi 1919, dia menjadi sangat kecewa dengan budaya Jepang, menolak gagasan bahwa model politik Jepang relevan dengan Tiongkok dan merendahkan nilai-nilai elitisme dan militerisme yang dia pelajari.[24]

Buku harian dan surat-surat Zhou pada saat di Tokyo menunjukkan minatnya yang mendalam pada politik dan peristiwa terkini saat itu, khususnya Revolusi Rusia tahun 1917 dan kebijakan baru Bolshevik. Dia mulai rajin membaca majalah Chen Duxiu yang progresif dan majalah yang condong "kiri", New Youth.[25] Dia mungkin membaca beberapa karya penulis Jepang awal tentang Karl Marx, dikabarkan bahwa dia bahkan menghadiri kuliah Hajime Kawakami di Universitas Kyoto. Kawakami adalah tokoh penting dalam sejarah awal Marxisme di Jepang, dan terjemahan serta artikelnya mempengaruhi generasi komunis Tiongkok.[26] Namun, sekarang sepertinya tidak mungkin Zhou pernah bertemu dengannya atau menghadiri kuliahnya pada waktu itu.[27] Buku harian Zhou juga menunjukkan keprihatinannya terhadap aksi mogok mahasiswa Tiongkok di Jepang pada Mei 1918, ketika pemerintah Tiongkok gagal mengirimkan beasiswa kepada para mahasiswanya, tetapi tampaknya ia tidak terlibat dalam aksi tersebut. Peran aktifnya dalam gerakan politik dimulai setelah ia kembali ke Tiongkok.

Kegiatan politik awal

Zhou Enlai muda (tahun 1919).

Zhou kembali ke Tianjin sekitar musim semi 1919. Sejarawan tidak setuju bahwa ia pernah ikut berpartisipasi dalam Gerakan Empat Mei yang terjadi pada bulan Mei hingga Juni 1919. Biografi Zhou versi resmi dari pemerintah Tiongkok menyatakan bahwa ia adalah pemimpin protes mahasiswa Tianjin dalam Gerakan Empat Mei itu,[28] tetapi banyak sarjana modern percaya bahwa Zhou tidak mungkin pernah berpartisipasi dalam gerakan itu, berdasarkan pada kurangnya bukti langsung pada catatan-catatan yang masih bisa diselamatkan pada periode itu.[28][29] Pada bulan Juli 1919, Zhou menjadi editor Buletin Serikat Pelajar Tianjin, tampaknya atas permintaan teman sekelasnya sewaktu di Nankai bernama Ma Jun, seorang pendiri organisasi komunis.[30] Selama keberadaannya yang singkat dari Juli 1919 hingga awal 1920, buletin itu telah dibaca secara luas oleh kelompok mahasiswa di seluruh negeri dan pernah diperingatkan setidaknya satu kali oleh pemerintah nasional sebagai sesuatu hal yang "berbahaya bagi keselamatan publik dan ketertiban sosial."[31]

Ketika Sekolah Menengah Atas Tianjin Nankai menjadi Universitas Nankai pada Agustus 1919, Zhou berada di kelas satu, tetapi menjadi seorang aktivis penuh waktu. Kegiatan politiknya terus berkembang, dan pada bulan September, ia dan beberapa siswa lainnya sepakat untuk mendirikan organisasi Awakening Society (Perhimpunan Kebangkitan), sebuah kelompok kecil, tidak pernah berjumlah lebih dari 25 orang.[32] Dalam menjelaskan visi dan misi dari organisasi Perhimpunan Kebangkitan itu, Zhou mengatakan bahwa "segala sesuatu yang tidak sesuai dengan perkembangan kemajuan zaman sekarang seperti militerisme, borjuis, birokrat, ketidaksetaraan gender antara pria dan wanita, dewa-dewa partai, ide-ide keras kepala, moral usang, etika lama ... harus dihapus atau direformasi", dan menegaskan bahwa tujuan organisasi adalah untuk menyebarkan kesadaran tentang hal-hal tersebut kepada orang-orang Tiongkok. Dalam organisasi inilah Zhou pertama kali bertemu dengan calon istrinya, Deng Yingchao.[33] Dalam beberapa hal, Perhimpunan Kebangkitan ini menyerupai kelompok belajar klandestin Marxis di Universitas Peking yang dipimpin oleh Li Dazhao, di mana para anggota kelompok ini menggunakan angka alih-alih nama mereka untuk menjaga kerahasiaan identitas anggotanya. (Zhou adalah "Nomor Lima", nama samaran yang terus ia gunakan pada tahun-tahun berikutnya.)[34] Tentu saja, segera setelah organisasi itu didirikan, mereka mengundang Li Dazhao untuk memberikan ceramah tentang Marxisme.

Beberapa bulan kemudian, Zhou berperan aktif dan lebih menonjol dalam kegiatan politik.[35] Yang terbesar dari kegiatannya saat itu adalah aksi unjuk rasa untuk mendukung boikot nasional terhadap barang-barang produksi Jepang. Ketika boikot terjadi di mana-mana, pemerintah nasional di bawah tekanan Jepang, berusaha untuk meredamnya. Pada tanggal 23 Januari 1920, akibat dari keributan yang terjadi selama berlangsungnya unjuk rasa boikot di Tianjin menyebabkan penangkapan sejumlah orang, termasuk beberapa anggota Perhimpunan Kebangkitan, dan pada tanggal 29 Januari Zhou memimpin pawai di depan Kantor Gubernur Tianjin untuk mengajukan petisi yang menyerukan pembebasan para tahanan. Zhou dan tiga pemimpin lainnya ditangkap. Para tahanan ditahan selama lebih dari enam bulan, selama masa penahanan mereka, Zhou diduga mengorganisir diskusi tentang Marxisme.[36] Dalam persidangan mereka pada bulan Juli, Zhou dan enam lainnya dijatuhi hukuman dua bulan, sisanya ditemukan tidak bersalah. Semua segera dibebaskan karena mereka sudah ditahan selama enam bulan.

Setelah Zhou dibebaskan, ia dan Perhimpunan Kebangkitan bertemu dengan beberapa organisasi dari Beijing dan setuju untuk membentuk "Federasi Reformasi", selama kegiatan ini Zhou menjadi lebih akrab dengan Li Dazhao dan bertemu Zhang Shenfu, yang merupakan seorang perantara antara Li Dazhao di Beijing dan Chen Duxiu di Shanghai. Kedua pria itu mengorganisir sel-sel Komunis bawah tanah bekerja sama dengan Grigori Voitinsky,[37] seorang agen Internasionale Ketiga atau Komintern, tetapi Zhou tampaknya tidak bertemu dengan Voitinsky pada saat itu.

Segera setelah dibebaskan, Zhou memutuskan pergi ke Eropa untuk belajar. (Dia dikeluarkan dari Universitas Nankai selama masa penahanannya) Meskipun bermasalah dalam hal keuangan, dia menerima beasiswa dari Yan Xiu.[38] Untuk mendapatkan dana yang lebih besar, dia berhasil mendekati koran Tianjin, Yishi bao, untuk bekerja sebagai "koresponden khusus" di Eropa. Zhou meninggalkan Shanghai menuju Eropa pada tanggal 7 November 1920 bersama-sama dengan 196 mahasiswa lainnya yang mengikuti program Gerakan Studi Rajin Bekerja-Hemat, termasuk teman-teman dari Nankai dan Tianjin.[39]

Pengalaman Zhou setelah aksi Gerakan Empat Mei tampaknya sangat penting bagi karier Komunisnya. Teman-teman Zhou di organisasi Perhimpunan Kebangkitan juga terpengaruh. 15 anggota kelompok menjadi Komunis setidaknya untuk beberapa waktu, dan setelah itu hubungan sesama anggota kelompok tersebut tetap akrab. Zhou dan enam anggota kelompok tersebut pergi ke Eropa selama dua tahun, Zhou akhirnya menikahi Deng Yingchao yang merupakan anggota termuda dari kelompok itu.

Kegiatan di Eropa

Zhou ketika di Prancis tahun 1920-an.

Kelompok Zhou tiba di Marseille pada tanggal 13 Desember 1920. Tidak seperti kebanyakan mahasiswa Tiongkok lainnya yang pergi ke Eropa mengikuti program belajar sambil bekerja, dengan mendapat beasiswa dan posisi Zhou di koran harian Yishi bao berarti bahwa ia telah mempersiapkan diri dengan baik dan tidak perlu melakukan pekerjaan seperti mahasiswa lainnya selama dia tinggal di Eropa. Karena keadaan keuangannya, ia dapat mengabdikan dirinya penuh waktu untuk kegiatan revolusioner.[39] Dalam sepucuk surat kepada sepupunya pada 30 Januari 1921, Zhou mengatakan bahwa tujuannya ke Eropa adalah untuk menyurvei kondisi sosial di negara-negara asing dan mengamati metode yang mereka pakai dalam menyelesaikan masalah sosial, supaya bisa diterapkan di Tiongkok setelah ia kembali. Dalam surat yang sama, Zhou mengatakan kepada sepupunya mengenai adopsi ideologi tertentu, "Aku masih menimbang-nimbang."[40]

Sewaktu di Eropa, Zhou sering dipanggil dengan nama John Knight, ia mempelajari berbagai pendekatan untuk menyelesaikan konflik yang terjadi antar kelas dalam masyarakat yang diadopsi oleh berbagai negara Eropa. Di London pada bulan Januari 1921, Zhou menyaksikan aksi mogok besar yang dilakukan para pekerja tambang dan menulis serangkaian artikel untuk koran "Yishi bao" (umumnya berisi rasa simpati kepada para penambang), mempelajari kasus konflik yang terjadi antara pekerja dengan pengusaha, dan cara penyelesaian konflik tersebut. Setelah lima minggu di London, ia kemudian pindah ke Paris, minatnya sangat besar terhadap peristiwa Revolusi Oktober di Uni Sovyet 1917. Dalam sepucuk surat kepada sepupunya, Zhou mengidentifikasi ada dua cara reformasi yang bisa diterapkan di Tiongkok: cara "bertahap" seperti di Inggris atau cara "kekerasan" seperti di Uni Sovyet. Zhou menulis bahwa "Saya tidak memiliki preferensi untuk cara Inggris atau Uni Sovyet ... Saya lebih suka sesuatu di tengah-tengah keduanya, daripada salah satu dari dua cara yang ekstrem itu".[40]

Karena masih tertarik dengan program akademik, Zhou melakukan perjalanan ke Inggris pada Januari 1921 untuk mengunjungi Universitas Edinburgh. Kuatir dengan masalah keuangan dan persyaratan bahasa, ia tidak jadi mendaftar dan kembali ke Prancis pada akhir Januari. Tidak ada catatan yang mengatakan Zhou pernah memasuki program akademis apa pun di Prancis. Pada musim semi 1921, ia bergabung dengan sel Komunis Tiongkok.[note 4] Zhou direkrut oleh Zhang Shenfu, yang dia temui pada Agustus tahun sebelumnya sewaktu berhubungan dengan Li Dazhao. Dia mengenal Zhang melalui istri Zhang, Liu Qingyang yang juga seorang anggota dari Perhimpunan Kebangkitan. Zhou sering digambarkan "tidak pasti" sikap politiknya pada saat itu,[41] tetapi perpindahannya yang cepat menjadi seorang Komunis mengisyaratkan sebaliknya.[note 5]

Sel komunis milik Zhou berpusat di Paris,[42] selain Zhou, ada juga 4 anggota mahasiswa lainnya Zhang, Liu, Zhao Shiyan dan Chen Gongpei. Selama beberapa bulan berikutnya, kelompok ini akhirnya membentuk sebuah organisasi dan bersatu dengan kelompok radikal Tiongkok dari Hunan, yang tinggal di daerah Montargis bagian selatan Paris. Banyak anggota dari kelompok ini yang di kemudian hari menjadi tokoh-tokoh penting seperti Cai Hesen, Li Lisan, Chen Yi, Nie Rongzhen, Deng Xiaoping dan Guo Longzhen yang juga anggota dari Perhimpunan Kebangkitan. Tidak seperti Zhou, sebagian besar mahasiswa dalam kelompok ini adalah peserta dalam program belajar sambil bekerja. Serangkaian konflik yang terjadi dengan administrator Tiongkok soal upah yang rendah dan kondisi kerja yang buruk mengakibatkan lebih dari seratus mahasiswa terpaksa menempati kantor program belajar sambil bekerja Sino-French Institute yang ada di kota Lyon pada September 1921. Para mahasiswa, termasuk beberapa orang dari kelompok Montargis ditangkap dan dideportasi. Zhou tampaknya bukan salah satu dari mahasiswa yang menetap dan tinggal di Prancis hingga Februari atau Maret 1922, karena ia pindah bersama Zhang dan Liu dari Paris ke Berlin. Kepindahan Zhou ke Berlin mungkin karena atmosfer politik yang relatif lebih "lunak" di Berlin membuatnya menyukai kota ini untuk dijadikan basis pengorganisasian di Eropa secara keseluruhan.[43] Selain itu, Sekretariat Komintern Eropa Barat juga berada di Berlin dan jelas bahwa Zhou memiliki koneksi-koneksi penting di Komintern, meskipun sifatnya masih diperdebatkan.[44] Setelah memindahkan operasinya ke Jerman, Zhou secara teratur bolak-balik antara Paris dan Berlin.

Zhou kembali ke Paris pada bulan Juni 1922, di mana ia adalah salah satu dari dua puluh dua peserta yang hadir di organisasi Liga Pemuda Komunis Tiongkok yang didirikan sebagai cabang Partai Komunis Tiongkok (PKT) di Eropa.[note 6] Zhou membantu menyusun piagam partai dan terpilih menjadi salah satu komite dari tiga anggota komite eksekutif, dia menjabat sebagai direktur propaganda.[45] Dia juga menulis dan membantu mengedit majalah partai, Shaonian (Pemuda) yang kemudian berganti nama menjadi Chiguang (Lampu Merah). Sewaktu menjadi editor umum majalah ini, Zhou pertama kali bertemu dengan Deng Xiaoping yang pada saat itu baru berusia tujuh belas tahun, Zhou kemudian mempekerjakan Deng untuk mengoperasikan mesin stensil (salinan).[46] Partai itu mengalami beberapa kali reorganisasi dan perubahan nama, tetapi Zhou selalu menjadi anggota kunci kelompok itu selama ia tinggal di Eropa. Kegiatan penting lainnya yang dilakukan Zhou termasuk merekrut dan menyediakan transportasi untuk para mahasiswa yang kuliah di Universitas Sun Yat-sen Moskow, serta pembentukan Partai Nasionalis Tiongkok Kuomintang (KMT) cabang Eropa.

Pada Juni 1923, Kongres Ketiga PKT menerima instruksi dari Komintern untuk bersekutu dengan KMT, yang pada saat itu dipimpin oleh Sun Yat-sen. Instruksi ini meminta semua anggota PKT untuk bergabung dengan Partai Nasionalis KMT tersebut sebagai "individu", sambil tetap mempertahankan hubungan mereka dengan PKT. Setelah bergabung dengan KMT, mereka akan bekerja untuk memimpin serta mengarahkannya, dan pada akhirnya mengubahnya menjadi kendaraan revolusi bagi komunis. Dalam beberapa tahun, strategi ini akan menjadi sumber konflik serius antara KMT dan PKT.[47]

Selain bergabung dengan KMT, Zhou juga membantu mengorganisasi pendirian Partai Nasionalis cabang Eropa pada November 1923. Di bawah pengaruh Zhou, sebagian besar para pejabat Partai Nasionalis cabang Eropa sebenarnya sudah menjadi antek-antek komunis. Koneksi Zhou yang luas dan hubungan pribadi yang terbentuk selama periode ini merupakan pusat kariernya. Para pemimpin penting partai, seperti Zhu De dan Nie Rongzhen, pertama kali diterima masuk ke dalam PKT oleh Zhou.

Pada 1924, aliansi Soviet-Nasionalis berkembang pesat dan Zhou dipanggil kembali ke Tiongkok untuk pekerjaan lebih lanjut. Dia meninggalkan Eropa mungkin pada akhir Juli 1924,[note 7] dan kembali ke Tiongkok sebagai salah satu anggota PKT yang paling senior di Eropa.

Kerja politik dan militer di Whampoa

Pendirian di Guangzhou

Zhou Enlai menjabat sebagai Direktur Departemen Politik di Akademi Militer Whampoa (1924).

Zhou kembali ke Tiongkok pada akhir Agustus atau awal September 1924 guna bergabung dengan Departemen Politik Akademi Militer Whampoa, mungkin karena pengaruh dari Zhang Shenfu, yang sebelumnya telah bekerja di sana.[48] Jabatan apa yang dipegang Zhou serta kapan persisnya tidak ada catatan yang jelas. Beberapa bulan setelah kedatangannya, mungkin Oktober 1924, ia menjadi wakil direktur Departemen Politik Akademi, dan kemudian, mungkin sekitar November 1924, menjadi Direktur Departemen.[note 8] Meskipun secara teknis bertanggung jawab kepada pemerintah pusat, departemen politik Zhou beroperasi di bawah mandat langsung untuk mengindoktrinasi para taruna Whampoa dengan ideologi KMT guna meningkatkan loyalitas dan moral. Saat ia bertugas di Whampoa, Zhou juga diangkat sebagai sekretaris Partai Komunis Guangdong-Guangxi, dan menjabat sebagai perwakilan PKT dengan pangkat Mayor Jenderal.[50]

Pulau Whampoa terletak sepuluh mil (16 Km) ke arah hilir Guangzhou, merupakan jantung dari aliansi Partai Nasionalis-Soviet. Dikenal sebagai pusat pelatihan Tentara Partai Nasionalis, yang kemudian dijadikan sebagai basis pangkalan militer di mana nantinya kaum Nasionalis akan meluncurkan kampanye penyatuan Tiongkok, tempat ini terbagi menjadi lusinan divisi militer. Sejak awal sekolah ini didanai, dipersenjatai, dan sebagian dikelola oleh Uni Soviet.[51]

Zhou bekerja pada divisi Departemen Politik, ia bertanggung jawab atas proses indoktrinasi dan pengendalian politik. Tidak heran jika Zhou menjadi sosok yang terkenal pada acara-acara pertemuan di Akademi, ia orang yang paling sering berbicara di akademi setelah komandan