Artikel ini berisi tentang partai di Republik Tiongkok (Taiwan). Untuk partai politik yang saat ini aktif di Republik Rakyat Tiongkok, lihat Komite Revolusioner Kuomintang.
Kuomintang, atau Partai Nasionalis Tiongkok (disingkat KMT) (aksara Tionghoa tradisional: 中國國民黨; Hanyu Pinyin: Zhōngguó Guómíndǎng) adalah partai politik tertua dalam sejarah modern Tiongkok. Partai ini didirikan oleh Sun Yat-sen, dengan tujuan revolusi melawan Kekaisaran Qing dan mendirikan Republik Tiongkok demi adanya pembaruan di Tiongkok. Saat ini, partai ini menjadi oposisi dengan jumlah anggota parlemen terbanyak di Taiwan, bahkan jumlahnya melebihi anggota parlemen dari partai pengusung pemerintah DPP.
Ideologi di Tiongkok Daratan
Sosialisme dan hasutan anti-kapitalis
KMT memiliki sayap kiri dan kanannya, kaum kiri menjadi lebih radikal dalam kebijakan pro-Sovietnya, tetapi kedua sayap dengan kata lain pedagang yang dipersekusi, menuduh mereka karena menjadi kontrarevolusioner dan reaksioner. Sayap kanan di bawah Chiang Kai-shek menang, dan melanjutkan kebijakan radikalnya terhadap pedagang swasta dan industrialis, sewaktu meninggalkan komunismenya.[11]
Salah satu dari Tiga Prinsip Rakyat-nya KMT, Mínshēng, didefinisikan sebagai sosialisme oleh Dr. Sun Yat-sen. Beliau menafsirkan prinsip ujarannya ini "sosialisme ini dan komunisme ini". Konsepnya juga dipahami sebagai kesejahteraan sosial. Sun memahaminya sebagai ekonomi industri dan kesetaraan kepemilikan lahan bagi kaum petani Tiongkok. Di sini ia dipengaruhi oleh pemikir Amerika Henry George (lihat Georgisme) dan pemikir Jerman Karl Marx; pajak bumi dan bangunan adalah warisan darinya. Ia membagi mata pencaharian menjadi empat bidang: makanan, pakaian, perumahan, dan transportasi; dan merencanakan bagaimana pemerintahan (Tiongkok) ideal dapat mengurusi hal ini untuk rakyatnya.[11]
Kepemimpinan
Kepemimpinan Kuomintang berganti nama jabatan dari Perdana Menteri pada zaman Sun Yat-sen, Presiden pada zaman Chiang Kai-shek tahun 1938 dan akhirnya Ketua Partai pada zaman Chiang Ching-kuo. Untuk pertama kalinya, partai yang hampir berumur 100 tahun ini menyelenggarakan pemilihan langsung Ketua Partai pada tanggal 16 Juli 2005 dengan 2 kandidat Ma Ying-jeou dan Wang Jin-pyng. Ma kemudian memenangkan pemilihan ini dengan 70% suara pemilih dan akan memimpin KMT untuk masa jabatan 4 tahun. Ketua Partai dibatasi masa jabatannya maksimum 2 kali masa jabatan.
Setelah Ma menerima jabatan ketua partai, ketua partai sebelumnya Lien Chan diangkat menjadi Ketua Kehormatan Kuomintang.
Kuomintang Indonesia saat ini dipimpin oleh Chandra Wirawan (Sun Kwang Seng), bermukim di Sunter, Jakarta Utara
Chandra Wirawan merupakan keturunan Tionghoa-Indonesia langsung dari Sun Yat Sen, yang berimigrasi ke indonesia di awal tahun 1920-an.
Kuomintang Indonesia baru aktif membuka cabang sejak tahun 2008, untuk saling menghubungkan keturunan Tionghoa yang berimigrasi ke Indonesia sejak Partai Komunis menguasai Tiongkok daratan.
"New face for KMT in Taiwan". The Australian. Diarsipkan dari versi aslinya tanggal 9 January 2021. Diakses tanggal 26 December 2019. The problems for the centre-right KMT in retaining the presidency over the centre-left DPP...
Qi, Dongtao (11 November 2013). "Globalization, Social Justice Issues, Political and Economic Nationalism in Taiwan: An Explanation of the Limited Resurgence of the DPP during 2008–2012". The China Quarterly. 216: 1018–1044. doi:10.1017/S0305741013001124. S2CID154336295. Furthermore, the studies also suggest that the DPP, as a centre-left party opposed to the centre-right KMT, has been the leading force in addressing Taiwan's various social justice issues.
Rigger, Shelley (2016). "Kuomintang Agonistes: Party Politics in the Wake of Taiwan's 2016 Elections". Orbis. 60 (4): 408–503. doi:10.1016/j.orbis.2016.08.005. Diarsipkan dari versi aslinya tanggal 9 January 2021. Diakses tanggal 27 May 2020. Instead of reshaping its priorities to fit the expectations of a changing society, the KMT (at least for the moment) seems to be doubling down on its self-marginalizing approach. The new party chair is Hung Hsiu-chu, the erstwhile presidential candidate whose far-right views made it necessary to replace her.
Yoshiyuki Ogasawara (12 December 2019). "Taiwan's 2020 Presidential Elections". The Diplomat. Diarsipkan dari versi aslinya tanggal 1 September 2022. Diakses tanggal 12 February 2021. These supporters, called 'Han maniacs,' elevated Han to presidential nominee. Ultimately, though, they were a minority, possibly some twenty percent of the overall electorate, and Han's political position, friendly to Beijing and inclined to right-wing populism, started to erode his support.
^"Members". IDU. Diarsipkan dari asli tanggal 16 Juli 2015.
^Fell, Dafydd (2005). Party Politics in Taiwan: Party Change and the Democratic Evolution of Taiwan, 1991–2004. Routledge. hlm. 98, 117. ISBN1-134-24021-X.
^Rigger, Shelley (2016). "Kuomintang Agonistes: Party Politics in the Wake of Taiwan's 2016 Elections". Orbis. 60 (4): 408–503. doi:10.1016/j.orbis.2016.08.005. Diarsipkan dari versi aslinya tanggal 9 Januari 2021. Diakses tanggal 27 Mei 2020. Instead of reshaping its priorities to fit the expectations of a changing society, the KMT (at least for the moment) seems to be doubling down on its self-marginalizing approach. The new party chair is Hung Hsiu-chu, the erstwhile presidential candidate whose far-right views made it necessary to replace her.
^Yoshiyuki Ogasawara (12 Desember 2019). "Taiwan's 2020 Presidential Elections". The Diplomat. Diakses tanggal 12 Februari 2021. These supporters, called 'Han maniacs,' elevated Han to presidential nominee. Ultimately, though, they were a minority, possibly some twenty percent of the overall electorate, and Han's political position, friendly to Beijing and inclined to right-wing populism, started to erode his support.