Sarang Building adalah sebuah galeri seni lukis yang dibangun di atas tanah seluas 1.400 meter di Kalipakis, Tirtonirmolo, Kasihan, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Galeri seni ini dibangun dengan konsep hijau terbuka seperti oasis di tengah kota. Galeri ini dibangun oleh seorang seniman asal Sumatera Barat yaitu Jumaldi Alfi Chaniago.[1]
Sejarah
Perkembangan seni rupa kontemporer di Yogyakarta didukung oleh bermunculan art world yang kondusif seperti banyak art space alternatif. Hal ini juga didukung dengan hadirnya para penulis dan kurator muda sehingga terjadi banyak kegiatan diskusi untuk mengembangkan wacana seni dan budaya kontemporer. Seni kontemporer Yogyakarta mengajak masyarakat untuk terlibat lebih akrab dengan kegiatan seni rupa.[2] Persebaran galeri seni yang berada di Yogyakarta dominan banyak dibangun di sekitar tengah kota Yogyakarta hingga menuju selatan dan barat daya Kota Yogyakarta. Galeri seni muncul di Kota Yogyakarta banyak dibangun pada dekade 1980 saat adanya eksistensi Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta. Hal ini disadur dari dokumen Rencana Induk Kawasan Budaya Perkotaan Yogyakarta 2014-2034 tentang peta persebaran art space.[3] Dengan berkembangnya eksistensi galeri seni di Yogyakarta, maka pemerintah setempat lewat Dinas Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta membentuk Seksi Seni Rupa pada tahun 2016. Dinas Kebudayaan Yogyakarta bersama pihak galeri seni melakuka kerja sama dalam bentuk event, residensi, serta penyediaan dana untuk art space, serta publikasi event atau kegiatan galeri seni.[4]
Alfi Chaniago yang merupakan lulusan Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta tersebut merespons adanya semangat perkembangan eksistensi art space dengan mendirikan Sarang Building untuk memberikan ruang nyaman bagi para seniman sebagai ruang berkumpul dan berbagi gagasan. Pemberian nama galeri ‘Sarang’ dimaksudkan agar tempat ini dimanfaatkan menjadi tempat diskusi dan mengerami gagasan sehingga gagasan-gagasan tersebut dapat dieksekusi. Harapan pendiri tesebut terealisasi pada tahun 2012. Alfi Chaniago sebagai penggagas dibangunnya Sarang Building sangat terbuka dengan komunitas-komunitas yang membutuhkan ruang untuk mendisuksikan kesenian.[5]
Ruangan
Lokasi Sarang Building berada di tengah permukiman penduduk. Karya seni yang dipamerkan dalam ruang publik menyiratkan banyak pesan tertentu yang telah dikemas secara matang berdasarkan penelitian dengan konteks tertentu baik dalam konteks budaya maupun hingga konteks kritik global. Ruang publik di Yogyakarta dapat memberikan sebuah tawaran ruang yang lebih utuh dengan bangunan, ekologi di sekitar ruang, dan tentu masyarakatnya.[2]
Ruang Pameran
Ruang pameran Sarang Building memiliki langit-langit berkubah. Aula pameran dilengkapi dengan sistem pencahayaan untuk memberikan paparan pada karya seni selama pameran.[6]
Pendopo
Seni rupa kontemporer memanfaatkan elemen yang dipinjam dari seni tradisional, seni modern, dan sebelum seni modern, untuk mengartikulasi dan merefleksi keadaan masa kini begitu juga.[2] Hal ini tercermin dari bentuk ruangan pendopo dengan gaya joglo sebagai atapnya. Hal ini menunjukkan bahwa referensi arsitektur masa lalu berdampingan dengan masa kini.[3] Area pendopo menjadi ruang favorit bagi para seniman atau pengunjung untuk tempat nongkrong dan diskusi. Area ini juga dapat dimanfaatkan untuk sekadar bersantai.[7]
Unit Residensi
Sarang Building secara konsep dibanguns sebagai residensi bagi seniman. Seniman untuk waktu yang lama dapat tinggal dan bekerja di Sarang Building.[8] Sarang Building memiliki tiga unit residensi. Masing-masing residensi terdapat kamar tidur, dapur, dan kamar mandi serta teras yang menghadap area belakang. Adanya pemandangan hijau memberi kesan keamanan dan kehangatan yang ditawarkan Sarang Building kepada para seniman dan pengunjung.[6]
Ada Sarang
Ada Sarang adalah sebuah coffee shop yang masih dalam kawasan Sarang Building. Coffee shop ini beroperasi setiap harinya mulai pukul 10 pagi jam 12 malam. Ada Sarang menyediakan makanan berat dan cemilan hingga minuman mulai dari kopi, teh, susu, dan minuman rempah. Para pengunjung sembari menikmati makanan juga dapat menyaksikan event yang disediakan oleh Ada Sarang dalam waktu-waktu tertentu seperti live music atau live accoustic night, sayembara puisi, pertunjukan seni, diskusi buku, bazar tanaman, hingga pasar raya buku.
Kegiatan
Sarang Building sebagai ruang seni dapat menjadi ruang pertemuan atau tempat berkumpul bagi kelompok atau masyarakat. Sarang Building dapat menjadi sorotan dalam acara-acara tradisi masyarakat. Pada ruang ini juga dapat terjadi sebuah diskusi pokok pembicaraan atau perbincangan sosial yang penting bagi masyarakat.[2] Oleh karena itu, Sarang Building sebagai ruang seni membuka diri untuk berlangsungnya kegiatan-kegiatan selain pameran. Berikut contoh kegiatan-kegiatan yang berlangsung di art space Sarang Building Yogyakarta:
Pameran
- Pameran solo oleh Jumaldi Alfi.[5]
- Pameran Seni Rupa - Pause Rewind Forward #3.[9]
- Pameran Seni Rupa Bakaba 2022.[10]
Artis Talk
- BIENNALE JOGJA XII : Pertemuan Indonesia dan Dunia Arab.[11]
- Re-PLAY #8 with Mella Jaarsma.
- Festival Kebudayaan Yogyakarta 2022.[12]
- Pantomim Bengkel Mime Theatre 2019.[13]
Diskusi Kritik Seni
- Diskusi Nyir-Nyiran Fragmen-Fragmen 10 Tahun BIENNALE JOGJA Seri Equtor dan Sekitarnya.[14]
- Forum Ceblang Ceblung (FCC).[15]
Event
- Satu Dekade Gusdur 2020.[16]
- Sarang Classic Night 2020.[17]
Referensi
- ^ Tauvani, Erik (2020-02-23). "Sarang Building dan Peluang Seni-Budaya di Muhammadiyah". IBTimes.ID. Diakses tanggal 2022-10-20.
- ^ a b c d H.B.Raditya, Michael (2016). Mata Jendela (PDF). Yogyakarta: Taman Budaya Yogyakarta. hlm. 13. ISSN 0126-1401.
- ^ a b Guspita Sari, Marchelia (2020). "IDENTIFIKASI PENDEKATAN WHITE CUBE DAN REGIONALISME KRITIS PADA ARSITEKTUR GALERI SENI DI YOGYAKARTA". Langkau Betang Jurnal Arsitektur. Volume 7 (No. 2, Tahun 2020 (E-ISSN 2550-1194)): 164.
- ^ Suminar, Lintang (20170926). "GALERI SENI SEBAGAI RUANG PUBLIK DAN PENDUKUNG IDENTITAS KOTA YOGYAKARTA". Diakses tanggal 21 Oktober 2022.
- ^ a b Stefanus, Ajie (2020-01-27). "A way with words: Painter Jumaldi Alfi presents solo exhibition in Yogyakarta". TheJakartaPost. Diakses tanggal 21 Oktober 2022.
- ^ a b Luthfiyanto, Anis (2019-01-01). "SALATIGA CONTEMPORAR ART SPACE DENGAN PENDEKATAN TEORI URBAN KONTEMPORER LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR" (PDF). Diakses tanggal 21 Oktober 2019.
- ^ Hahijary, Barbara (2018-12-02). "SaRanG Building: A Nest for Artists". Diakses tanggal 21 Oktober 2022.
- ^ Team, HI (2022-09-21). "SaRanG Building: Oase Seniman Mengerami Gagasan". Howdy Indonesia. Diakses tanggal 22 Oktober.
- ^ Nugroho, R.Hanif Suryo (2021-05-01). "Pameran Seni Rupa- Pause Rewind Forward #3 Hadirkan Karya Delapan Perupa Perempuan Indonesia". Tribunnews.com. Diakses tanggal 21 Oktober 2022.
- ^ Baktora, Muhammad Ilham (2022-08-08). "Empat Tahun Hiatus, Sakato Art Community Kembali Gelar Pameran Seni Rupa Bakaba di Bantul". Suara.com. Diakses tanggal 21 Oktober 2022.
- ^ Fernandez, Noviarizal (2013-11-16). "BIENNALE JOGJA XII : Pertemuan Indonesia dan Dunia Arab". Diakses tanggal 21 Oktober 2022.
- ^ FKY 2022, Tim Penulis (2022). "Ada FKY di ADA SaRanG". fky.id. Diakses tanggal 21 Oktober 2022.
- ^ "Tawa dan Air Mata Warnai Seni Pantomim". Kedaulatan Rakyat Jogja. 2019-12-01. Diakses tanggal 21 Oktober 2022.
- ^ R.A.E.Harbie, Putri (2020). "FRAGMEN-FRAGMEN 10 TAHUN BIENNALE JOGJA SERI EQUATOR DAN SEKITARNYA". The Equator. 8 (2): 32.
- ^ Bertandang ke Galeri. Yogyakarta: BASABASI. 2020. hlm. 276. ISBN 978-623-6631-95-9.
- ^ Kiai Menggugat Gus Dur Menjawab. Yogyakarta: IRCISOD. 2020. hlm. 234. ISBN 978-623-6699-04-1.
- ^ Expat, Indonesia (2021-01-13). "A Night with Marskanskey String Quartet". Diakses tanggal 21 Oktober 2022.