Share to: share facebook share twitter share wa share telegram print page

Saint-Denis

Saint-Denis
NegaraPrancis
ArondisemenSaint-Denis
KantonIbukota 3 kanton
AntarkomuneCommunauté
d'agglomération
Plaine Commune
Kode INSEE/pos

Saint-Denis merupakan sebuah komune di pinggiran utara Paris, Prancis. Terletak 9.4 kilometer (5.8 mil) dari pusat kota Paris. Saint-Denis merupakan sous-préfecture di département Seine-Saint-Denis, menjadi ibu kota Arondisemen Saint-Denis.

Saint-Denis adalah rumah bagi nekropolis kerajaan Basilika Saint Denis dan juga lokasi biara berhubungan. Juga rumah bagi stadion nasional Prancis, Stade de France, yang dibangun untuk Piala Dunia FIFA 1998.

Saint-Denis merupakan pinggiran kota industri yang mengembalikan basis ekonominya. Banyak penghuninya adalah imigran Muslim dari bekas koloni Prancis.

Penduduk Saint-Denis disebut Dionysiens.

Nama

Hingga abad ke-3 Saint-Denis adalah permukiman kecil bernama Catolacus atau Catulliacum, mungkin berarti "kediaman Catullius", seorang tuan tanah Galia-Romawi. Sekitar tahun 250, uskup Paris pertama, Saint Denis, dimartirkan di bukit Montmartre dan dimakamkan di Catolacus. Kemudian makamnya menjadi kuil dan pusat ziarah, dengan bangunan Biara Saint Denis, dan permukiman ini berganti nama menjadi Saint-Denis.

Tahun 1793, selama Revolusi Prancis, Saint-Denis mengganti namanya menjadi Franciade dalam penolakan agama. Tahun 1803, di bawah Konsulat Napoléon Bonaparte, kota ini menggunakan nama lamanya Saint-Denis.

Sejarah

Selama sejarahnya, Saint-Denis dikaitkan dengan kediaman kerajaan Prancis; mulai Dagobert I, hampir setiap raja Prancis dimakamkan di basilika itu.

Tetapi, Saint-Denis lebih tua. Pada abad ke-2, terdapat sebuah desa Galia-Romawi bernama Catolacus di tempat yang diduduki Saint-Denis saat ini. Saint Denis, uskup pertama Paris dan santa patron Prancis, dimartirkan tahun 250 dan dimakamkan di pemakaman Catolacus. Makam Denis menjadi tempat ziarah.

Sainte Geneviève, sekitar 475, memiliki sebuah kapel kecil yang didirikan di makam Denis, kemudian menjadi tujuan populer untuk ibadah.

Kapel ini yang dibangun kembali oleh Dagobert I dan diubah menjadi kediaman kerajaan. Dagobert memberikan berbagai kebebasan ke kediaman tersebut: kemerdekaan dari uskup Paris, hak memegang pasar, dan, paling penting, ia disumpah di Saint-Denis; sebuah tradisi yang diikuti oleh hampir semua raja selanjutnya.

Selama Abad Pertengahan, karena kebebasan yang diberi oleh Dagobert, Saint-Denis tumbuh pesat. Pedagang dari seluruh Eropa (dan dari Kekaisaran Bizantium) datang untuk mengunjungi pasarnya.

Saint-Denis terkena dampaknya dalam Perang Seratus Tahun; dari 10.000 penduduk, hanya 3.000 yang masih hidup.

Selama Perang Agama Prancis, Pertempuran Saint-Denis dilakukan antara Katolik dan Protestan pada 10 November 1567. Protestan dikalahkan, tetapi komandan Katolik Anne de Montmorency tewas. Tahun 1590, kota ini tunduk pada enry IV, yang berpindah agama ke Katolik tahun 1593 di biara Saint-Denis.

Raja Louis XIV mendirikan beberapa industri di Saint-Denis: kincir angin dan pengering. Penerusnya, Louis XV, yang anaknya adalh biarawati di tempat tinggal biarawati Carmelite, tertarik dengan kota ini: ia mendirikan kapel di tempat itu dan juga merenovasi bangunan biara kerajaan.

Maison d'Education de la Legion d'Honneur de Saint-Denis.

Selama Revolusi Prancis, tidak hanya kota ini yang dinamai "Franciade" sejak 1793 hingga 1803, tetapi nekropolis kerajaan dirampas dan dihancurkan. Sisanya dipindahkan dari makam dan dilempar bersama-sama; selama Restorasi Prancis, sejak tidak dapat lagi dibuat ulang, dan dikuburkan di osuari umum.

Raja terakhir yang disumpah di Saint-Denis adalah Louis XVIII. Setelah Prancis menjadi republik dan kekaisaran, Saint-Denis kehilangan hubungannya dengan kerajaan.

Tanggal 1 Januari 1860, kota Paris diperluas dengan menganeksasi komune sekitarnya. Karena itu, komuen La Chapelle-Saint-Denis dihapus dan dibagi antara kota Paris, Saint-Denis, Saint-Ouen, dan Aubervilliers. Saint-Denis menerima bagian barat laut La Chapelle-Saint-Denis.

Selama abad ke-19, Saint-Denis menjadi daerah industri. Angkutan lebih diperbarui: tahun 1924 Canal Saint-Denis dibangun, menghubungkan Canal de l'Ourcq di timur laut Paris dengan Sungai Seine di L'Île-Saint-Denis, dan pada 1843 jalur kereta pertama mencapai Saint-Denis. Di akhir abad, terdapat 80 pabrik di Saint-Denis.

Pendirian banyak industri juga memberikan peningkatan pergerakan sosial penting. Tahun 1892, Saint-Denis memilih administrasi sosialis pertamanya, dan pada akhir 1920-an, kota ini memperoleh julukan la ville rouge, kota merah. Hingga Jacques Doriot pada tahun 1934, semua wali kota Saint-Denis adalah anggota Partai Komunis.

Selama Perang Dunia Dua, setelah kekalahan Prancis, Saint-Denis diduduki oleh Jerman tanggal 13 Juli 1940. Terdapat beberapa aksi sabotase dan pemogokan, yang terkenal pada 14 April 1942 di pabrik Hotchkiss. Setelah keadaan darurat yang dimulai pada 18 Agustus 1944, Saint-Denis dibebaskan oleh Jenderal Leclerc tanggal 27 Agustus.

Setelah perang, krisis ekonomi 1970-an dan 1980-an melanda kota, yang bergantung pada industri besarnya.

Selama 1990-an, kota ini mulai tumbuh. Piala Dunia FIFA 1998 memberikan dampak yang luar biasa; stadion utama untuk turnamen tersebut, Stade de France, dibangun di Saint-Denis, bersama pembaruan infrastruktur, seperti perpanjangan metro ke Saint-Denis-Université.

Sejak 2000, Saint-Denis bekerja sama dengan tujuh commune sekitar (Aubervilliers, Villetaneuse, Pierrefitte-sur-Seine, Épinay-sur-Seine, L'Île-Saint-Denis (sejak 2003), Stains (sejak 2003) dan La Courneuve (sejak 2005) di Plaine Commune.

Tahun 2003, bersama Paris, Saint-Denis menyelenggarakan Forum Sosial Eropa kedua.

Demografi

Imigrasi

Tempat lahir penduduk Saint-Denis tahun 1999
Lahir di Prancis Metropolitan Lahir di luar Prancis Metropolitan
64.4% 35.6%
Lahir di
Prancis Seberang Laut
Lahir di luar negeri dengan kewarganegaraan Prancis ketika lahir1 Imigran EU-152 Imigran Non-EU-15
4.3% 2.5% 5.5% 23.3%
1 Kelompok ini terdiri atas pieds-noirs dari Afrika Baratlaut, diikuti dengan bekas warga negara kolonial yang memiliki kewarganegaraan Prancis ketika lahir (seperti kaum elit asli di koloni Prancis), dan anak ekspatriat Prancis yang lahir di luar negeri. Negara lain dimengerti sebagai negara yang bukan merupakan bagian dari Prancis pada tahun 1999, sehingga seseorang yang lahir, contohnya tahun 1950 di Aljazair, ketika Aljazair merupakan bagian integral dari negara Prancis, maka akan tercatat sebagai seseorang yang lahir di luar negeri dalam data statistik Prancis.

2 Imigran adalah seseorang yang lahir di luar negeri tanpa kewarganegaraan Prancis ketika lahir. Seorang imigran bisa mendapatkan kewarganegaraan Prancis sejak pindah ke Prancis, tetapi masih dianggap sebagai imigran dalam data statistik Prancis. Selain itu, penduduk yang lahir di Prancis dengan kewarganegaraan luar negeri (anak imigran) tidak tercatat sebagai imigran.

Angkutan

RER B di La Plaine - Stade de France.

Saint-Denis dilayani oleh empat stasiun pada Métro de Paris Jalur 13: Carrefour Pleyel, Saint-Denis - Porte de Paris, Basilique de Saint-Denis (di pusat kota, dekat Saint Denis Basilica), dan Saint-Denis - Université.

Saint-Denis juga dilayani stasiun La Plaine – Stade de France pada RER jalur B Paris, yang merupakan stasiun terdekat dengan arena olahraga Stade de France.

Terakhir, Saint-Denis dilayani dua stasiun pada RER jalur D Paris: Stade de France – Saint-Denis dan Saint-Denis. Stasiun terakhir, berupa satu-satunya stasiun kereta di Saint-Denis sebelum datangnya Métro dan RER, melayani juga sebagai stasiun persimpangan untuk jalur rel pinggiran Transilien Paris – Nord.

Kejahatan

Saint Denis terkenal di Prancis untuk tingkat kejahatannya. Memiliki 150.71 insiden kriminal per 1000 penduduk, lebih tinggi dari rata-rata nasional (83/1000) dan bahkan lebih tinggi dari tingkat kejahatan departemen Seine Saint Denis (95.67/1000). Efisiensi polisi juga dilaporkan sangat rendah dengan hanya 19.82% kejahatan yang diusut polisi. Karena tingkat yang tinggi ini, kota ini terkena dampak Kerusuhan 2005.

Orang terkenal

Saint Denis Arc in the 1930's, oleh Konstantin Korovin.

Tempat menarik

Kota kembar

Pranala luar

Kembali kehalaman sebelumnya