Akhir Januari 2012 menjadi akhir kariernya di Trans TV. Sejak 1 Februari 2012 hingga kini, ia menjadi presenter di program berita Fokus di Indosiar.[1]
Belakangan, ia mulai melebarkan sayap di luar bidang jurnalistik. Selain ikut menciptakan lagu tema ajang pencarian bakat Pop Academy di Indosiar berjudul Jadi Pemenang bersama Espe,[2] ia juga mengawali karirnya sebagai sutradara dan kreator konsep untuk video musik singel kemenangan Meli Nuryani, juara Liga Dangdut Indonesia 2020 berjudul Hikmah.[3] Ia juga menciptakan lagu sekaligus menjadi sutradara untuk video klip singel perdana juara kedua Pop Academy musim pertama, Agnes Cefira berjudul Nawaitu Surga.[4] Kemudian, ia aktif menggarap video klip maupun lagu dari para jebolan ajang pencarian bakat Indosiar lainnya yang bernaung di bawah naungan label Trinity Optima Production dan 3D Entertainment.[5][6] Ia juga sempat terjun di dunia perfilman dengan menjadi penggagas ide kreatif dalam seri web Dari Jogja Kisahku Bermula.[7]
Perjalanan karir
Mengenal dunia penyiaran diawalinya dari radio kampus di Yogyakarta. Dalam sebuah wawancara, ia mengaku sudah mencintai dunia penyiaran sejak kuliah dan bergabung dengan radio kampus. Ia melakukannya dari beberapa radio yang berbasis anak muda di Yogyakarta, sementara karier televisi sendiri ia mulai dari salah satu televisi lokal di Yogyakarta yang menawarkannya untuk menjadi presenter musik sebelum akhirnya bergabung dengan Trans TV.
Saat ia menunggu wisuda tahun 2006 di Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta sebagai lulusan Jurusan Teknik Informatika angkatan tahun 2000, ada pendaftaran untuk reporter berita dan presenter Trans TV. Ryan tahu dari sebuah iklan di Trans TV. Saat itu, ia lebih berminat jadi presenter musik (karena latar belakangnya sebagai penyiar radio). Tapi ia mendaftar saja dan kebetulan Trans TV mengadakan tes di Yogyakarta, tepatnya di gedung kampus UPN Condongcatur. September 2006 ia lolos masuk Trans TV. Trans TV melihat bakatnya bukan hanya presenter musik, tetapi justru di program berita. Tahun 2007 sampai 2012, ia menjadi presenter berita dalam program Reportase.
Pengalaman bergabung dengan Trans TV, dari basis hiburan menjadi berita yang memiliki beberapa karakter yang berbeda. Mengadaptasi penyampaian komunikasi dari hiburan ke berita, pada prinsipnya diselami saja dari apa yang sudah menjadi dasarnya di dunia penyiaran di Jogja dulu. Kemudian belajar mengenai cara penyampaian, gaya bahasa dan sebagainya. Dan ia bersyukur karena Trans TV sangat mendukungnya dalam melakukan itu semua. Perjuangan pun juga sangat berat mengingat harus bersaing dengan anak muda Ibukota yang notabene lebih percaya diri.
Dinamika kehidupan jurnalistik seperti mengingatkannya kembali pada sebuah pengalaman tak terlupakan ketika kerja keras itu sangat mengesankan meskipun lelah, yaitu liputan meninggalnya mantan Presiden Soeharto selama 24 hari pada Januari 2008 lalu. Melelahkan, tapi sangat berkesan, karena harus jaga liputan di kantor, liputan di Rumah Sakit Pusat Pertamina dan sebagainya. Breaking news yang panjang mulai dari jam 2 siang sampai malam dengan hanya dua kali istirahat, dan esok harinya ia harus membawakan Reportase Pagi spesial akhir perjalanan Soeharto selama dua jam. Selain itu, penyuka warna biru dan penggemar film The Da Vinci Code ini juga aktif sebagai jurnalis yang meliput berbagai hal, termasuk saat meletusnya gunung Merapi pada tahun 2010, dimana Ryan merasa seperti bertugas di kampung halaman. Kemudian ia diangkat menjadi News Associate Producer.
Awal Februari 2012, Ryan memutuskan pindah ke Indosiar menjadi produser dan juga presenter berita. Perubahan manajemen di Indosiar membuatnya tertantang sebagai pekerja dunia penyiaran untuk membuat gebrakan baru dalam pertelevisian Indonesia. Zona nyaman di Trans TV harus ia tinggalkan untuk memecut dirinya lebih keras dalam berkarya. Di Indosiar, ada 'kanvas putih' yang bisa ia lukis sesuai kemampuan dan kemauannya, dan ia berharap semoga berhasil. Ini tantangan yang harus Ryan taklukkan. Ia berharap semoga karyanya bisa diterima penonton televisi Indonesia.[8]