Produksi minyak sawit vital bagi perekonomian Malaysia, yang merupakan produsen komoditas minyak sawit terbesar kedua di dunia setelah Indonesia.[1][2]Lembaga Minyak Sawit Malaysia (MPOB) merupakan sebuah lembaga pemerintah yang bertanggung untuk promosi dan pengembangan sektor minyak kelapa sawit di negara tersebut. Industri minyak kelapa sawit di negara ini menghasilkan sekitar 90 juta ton biomassa lignoselulosa, termasuk tandan buah kosong, batang pohon kelapa sawit, dan daun kelapa sawit, serta limbah cair pabrik minyak kelapa sawit (POME).[3] Pada tahun 2010, sebagai tanggapan atas kekhawatiran mengenai dampak sosial dan lingkungan dari minyak kelapa sawit, Pemerintah Malaysia berjanji untuk membatasi perluasan perkebunan kelapa sawit dengan mempertahankan setidaknya setengah dari tanah negara tersebut sebagai penutupan hutan.[4]
Sejarah
Pohon kelapa sawit diperkenalkan ke Malaya Britania oleh pemerintah Britania pada awal tahun 1870-an sebagai tanaman hias. Budidaya kelapa sawit komersial pertama dilakukan di Selangor pada tahun 1917. Pada awal tahun 1960-an, budidaya kelapa sawit meningkat secara signifikan di bawah program diversifikasi pemerintah untuk mengurangi ketergantungan Malaysia pada karet dan timah.
Geologi
Per Desember 2012, perkebunan kelapa sawit mencatat total penggunaan lahan sebesar 51.000 km2 di Malaysia. Ini merupakan 77% lahan pertanian atau sekitar 15% dari total luas lahan di Malaysia.[5]
Ekonomi
Pada tahun 2012, industri kelapa sawit Malaysia mempekerjakan sekitar 491.000 pekerja.[6]
Sime Darby Malaysia merupakan perusahaan minyak sawit terbesar secara global yang sahamnya tercatat di bursa, berdasarkan areal perkebunan dan produksi tandan buah segar.[7] Perusahaan ini dibentuk melalui merger yang diprakarsai oleh pemerintah Malaysia pada Desember 2006.[8][9] Perusahaan perkebunan kelapa sawit terbesar kedua di dunia, Felda Global Ventures Holdings (FGV), juga berpusat di Malaysia.[10][11]Felda Global Ventures Holdings merupakan perusahaan minyak sawit terbesar ketiga di dunia berdasarkan areal tanam,[12]
menguasai lebih dari 850.000 hektare lahan di negara tersebut, termasuk sekitar 500.000 hektare yang disewakan dan dikelola untuk petani kecil.[13]
Lembaga penelitian
Pada tahun 1960-an, penelitian dan pengembangan (R&D) dalam pembibitan kelapa sawit mulai berkembang setelah Departemen Pertanian Malaysia membentuk sebuah program pertukaran dengan ekonomi Afrika Barat dan empat perkebunan swasta membentuk Laboratorium Genetika Kelapa Sawit.[14] Pemerintah Malaysia juga mendirikan Kolese Serdang, yang menjadi Universitas Putra Malaysia (UPM) pada tahun 1970-an untuk melatih insinyur pertanian dan agroindustri dan lulusan agribisnis untuk melakukan penelitian di lapangan.
Pada tahun 1979, dengan dukungan dari Institut Penelitian dan Pengembangan Pertanian Malaysia (MARDI) dan UPM, pemerintah mendirikan Institut Penelitian Minyak Sawit Malaysia (PORIM),[15] sebuah lembaga yang dikoordinasi oleh negeri dan swasta, yang berarti PORIM dijalankan oleh perwakilan pemerintah dan industri.[16]B.C. Sekhar diangkat sebagai pembina dan ketua dan Yusof Basiron menjabat sebagai Direktur Jenderal.