Share to: share facebook share twitter share wa share telegram print page

Al-Walid bin Abdul Malik

al-Walid I
الوليد الأول
Amirul Mukminin
Dinar emas Khalifah al-Walid I, dicetak di Damaskus ca 708/709 M.
Khalifah Kekhalifahan Umayyah ke-6
Berkuasa8 Oktober 705 – 23 Februari 715
(9 tahun, 139 hari)
PendahuluAbdul Malik bin Marwan
PenerusSulaiman bin Abdul Malik
Kelahiran668
Madinah
Kematian23 Februari 715
PasanganUmmu 'Abdullah binti 'Abdullah
'Izzah binti 'Abdul 'Aziz
Ummul Banin binti 'Abdul 'Aziz
Syah-i Afrid binti Peroz III
Keturunan'Abdul 'Aziz
Yazid
Ibrahim
Masrur
Al-'Abbas
Nama dan tanggal periode
Kekhalifahan Umayyah: 661–750
WangsaUmayyah (Marwani)
Ayah'Abdul Malik bin Marwan
IbuWalladah binti al-Abbas
AgamaIslam

Al-Walid bin Abdul Malik (bahasa Arab: الوليد بن عبد الملك) atau al-Walid I (668—23 Februari 715) adalah khalifah yang berkuasa pada tahun 705–715. Dia berasal dari Bani Umayyah cabang Marwani. Al-Walid mewarisi tampuk kekhalifahan dari ayahnya dan diteruskan saudaranya.

Tidak ada penentangan berarti atas kedudukan Al-Walid sebagai khalifah sebagaimana pada masa tiga pendahulunya. Ditambah keberadaan para gubernur yang cakap, kekhalifahan mampu meluaskan wilayah hingga mencapai Transoxiana di Asia Tengah, Sindh di anak benua India, dan semenanjung Iberia di Eropa. Al-Walid juga memerintahkan pembangunan berbagai infrastruktur, sehingga sejarah arsitektur Islam dapat dikatakan dimulai dengan serius mulai pada masa kekuasaannya.

Awal kehidupan

Al-Walid lahir pada tahun 668 pada masa kekuasaan Khalifah Mu'awiyah bin Abu Sufyan. Dia merupakan putra tertua dari ayahnya, 'Abdul Malik.

Pada masa kekhalifahan kakeknya, Marwan bin Al-Hakam, 'Abdul Malik ditetapkan sebagai putra mahkota dan saudara 'Abdul Malik, 'Abdul Aziz, ditetapkan sebagai putra mahkota kedua. Dengan demikian, saat 'Abdul Malik menjadi khalifah, 'Abdul 'Aziz berada di urutan pertama sebagai pewaris sepeninggal 'Abdul Malik. 'Abdul Malik berkeinginan agar takhta diwariskan kepada putranya, tetapi 'Abdul 'Aziz menolak menyerahkan statusnya. Namun perselisihan dapat dihindari lantaran 'Abdul 'Aziz meninggal pada Mei 705. Lima bulan kemudian, 'Abdul Malik mangkat.[1][2] Al-Walid kemudian mewarisi tampuk kekhalifahan tanpa ada halangan.

Khalifah

Penaklukan dan pemerintahan

Al-Walid melanjutkan kebijakan ayahnya untuk meluaskan wilayah kekhalifahan. Tidak ada yang menantang kedudukannya sebagai khalifah sebagaimana pada masa tiga pendahulunya, sehingga Al-Walid dapat lebih memusatkan perhatian pada upaya penaklukan di timur dan barat. Masa pemerintahannya dipandang sebagai salah satu periode terkuat kekhalifahan.

Peta perluasan wilayah kekhalifahan pada masa Umayyah

Keberhasilan dalam masa kekuasaan Al-Walid tidak terlepas dari para gubernur berpengaruh yang berkuasa atas namanya. Sepupunya, 'Umar bin 'Abdul 'Aziz, ditunjuk sebagai gubernur di kawasan Hijaz dan dia berhasil meredakan ketegangan yang disebabkan luka politik antara penduduk setempat dengan pihak Umayyah.

Al-Walid menaruh perhatian besar pada pengembangan militer. Dia membangun angkatan laut terkuat pada masa Umayyah dan menjadi kunci penting penaklukan Iberia. Pada tahun 711, pasukan kekhalifahan telah menyeberang Selat Gibraltar dan di bawah kepemimpinan dari Musa bin Nushair dan Thariq bin Ziyad, pasukan Umayyah yang terdiri dari bangsa Arab dan Berber mulai menaklukkan kawasan tersebut. Tahun 716, Umayyah sudah berhasil menguasai Iberia dan sebagian Franka (Prancis).[3][4]

Seperti ayahnya, ia melanjutkan untuk memberikan kebebasan pada Al-Hajjaj bin Yusuf, dan kepercayaan tersebut berbuah kemenangan. Al-Hajjaj bertanggung jawab memilih panglima yang berhasil membawa kemenangan di timur. Muhammad bin Qasim berhasil menundukkan Sindh pada 711, membuka jalan penaklukan India pada masa-masa selanjutnya.[5] Qutaibah bin Muslim, salah satu panglima Umayyah dan gubernur Khurasan, menaklukkan Samarkand,[6][7][8] dan mengirim duta ke Tiongkok.[9][10]

Dalam menjalankan pemerintahan di kawasan timur, Al-Hajjaj sendiri sangat keras dalam menekan para penentang Umayyah, di antaranya adalah kelompok Syi'ah. Keadaan ini membuat mereka mengungsi ke Madinah dan hidup dalam perlindungan 'Umar bin 'Abdul 'Aziz di sana. Al-Hajjaj mengkritik 'Umar karena dinilai terlalu lemah terhadap para penentang yang berpotensi menggoyahkan kekuasaan Umayyah sehingga dia meminta Al-Walid untuk memberhentikan 'Umar. Al-Walid sepakat, kemudian mengangkat 'Utsman bin Hayyan sebagai Gubernur Makkah dan Khalid bin 'Abdullah sebagai Gubernur Madinah.

Kebijakan lain

Al-Walid merupakan penggemar arsitektur dan memerintahkan berbagai pembangunan di masanya. Sekitar tahun 701 pada masa kekuasaan ayahnya, Al-Walid memerintahkan pembangunan Jami' Al-Aqsha, tempat shalat di Masjid Al-Aqsha bagian selatan.[11] Pada tahun 707, Al-Walid memerintahkan perluasan Masjid Nabawi di Madinah.[12] Untuk pertama kalinya, menara masjid dibangun dengan didirikannya empat menara di Masjid Nabawi.[13] Al-Walid juga memerintahkan pembangunan jalan dan sumur-sumur di Hijaz.[14]

Masjid Agung Umayyah saat malam

Di Damaskus, Al-Walid mengubah basilika Kristen yang dipersembahkan untuk Yohanes Pembaptis (Nabi Yahya dalam Islam) menjadi masjid agung.[15][16][17][18] Basilika ini sendiri awalnya adalah kuil Romawi untuk pemujaan Dewa Yupiter. Masjid ini, kemudian dikenal dengan Masjid Agung Umayyah, selesai dibangun pada 715, beberapa saat setelah Al-Walid mangkat. Dikatakan bahwa kepala Nabi Yahya dikebumikan di kompleks masjid ini.

Al-Walid juga termasuk yang pertama membangun rumah perawatan untuk tunagrahita dan membangun rumah sakit pertama yang menampung mereka sebagai bagian dari layanannya. Setiap penderita juga memiliki perawat yang ditugaskan merawat mereka.[19] Dia juga mengembangkan sistem kesejahteraan, lembaga pendidikan, dan langkah-langkah untuk apresiasi seni.

Al-Walid juga dikenal karena kesalehan pribadinya dan banyak cerita menyebutkan bahwa ia terus-menerus mengutip Al-Qur'an dan selalu menjadi tuan rumah yang menyajikan jamuan besar untuk orang-orang yang berpuasa selama bulan Ramadhan.

Pewaris takhta

Pada masa akhir kekuasaan 'Abdul Malik, Al-Walid diangkat sebagai putra mahkota pertama dan Sulaiman, adik kandung Al-Walid, sebagai putra mahkota kedua. Hal ini membuat saat Al-Walid menjadi khalifah, Sulaiman berada di urutan pertama sebagai pewaris takhta menurut keputusan 'Abdul Malik.

Meski demikian, Al-Walid berencana untuk mengangkat putranya sendiri, 'Abdul 'Aziz, menjadi putra mahkota pertama menggantikan Sulaiman. Rencana Al-Walid didukung oleh Al-Hajjaj dan Qutaibah bin Muslim. Sulaiman sendiri menolak untuk menyerahkan kedudukannya saat diminta Al-Walid. Saat Al-Walid mengundangnya ke Damaskus yang direncanakan akan dilangsungkan peralihan posisi putra mahkota secara resmi, Sulaiman mengulur waktu untuk memenuhi undangan tersebut. Al-Walid mangkat pada tahun 715 sebelum rencana tersebut diresmikan. Pemuka Umayyah kemudian melantik Sulaiman sebagai khalifah yang baru. Al-Walid sendiri kemudian dikebumikan di pemakaman Bab ash-Shaghir.

Dua putra Al-Walid baru menjadi khalifah pada masa-masa akhir kekuasaan Umayyah di Syria.

Keluarga

Orangtua dan moyang

Ayah'Abdul Malik. Khalifah yang berkuasa pada 685–705.

  • KakekMarwan bin Al-Hakam. Khalifah yang berkuasa pada 684–685.
  • Nenek'Aisyah binti Mu'awiyah bin Al-Mughirah

IbuWalladah (Walidah) binti Al-'Abbas bin Al-Jaz. Berasal dari Bani 'Abs, suku Arab yang berasal dari Arab tengah.

Pasangan

Putra

Rujukan

  1. ^ Gibb 1960, hlm. 77.
  2. ^ Biesterfeldt & Günther 2018, hlm. 986.
  3. ^ Collins 1989, hlm. 97.
  4. ^ "El País". 2008-12-05. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2011-05-20. Diakses tanggal 2023-04-26. 
  5. ^ Wink 2004, hlm. 201–205.
  6. ^ Gibb 1923, hlm. 35–36.
  7. ^ Shaban 1979, hlm. 65.
  8. ^ Wellhausen 1927, hlm. 435.
  9. ^ Bosworth 1986, hlm. 542.
  10. ^ Gibb 1923, hlm. 48–51.
  11. ^ Bacharach 1996, hlm. 30.
  12. ^ NE McMillan. Fathers and Sons: The Rise and Fall of Political Dynasty in the Middle East. Palgrave Macmillan. hlm. 33. ISBN 978-1-137-29789-1. 
  13. ^ Ariffin, hlm. 62.
  14. ^ Ath-Thabari 1990, hlm. 144.
  15. ^ Grafman 1999, hlm. 7.
  16. ^ Flood 2001, hlm. 1–2.
  17. ^ C. Rudolph, ed. (2006). "The concept of spolia". A companion to medieval art: Romanesque and Gothic in northern Europe. Oxford: Oxford University Press. hlm. 177. 
  18. ^ Takeo Kamiya (2004). "Umayyad Mosque in Damascus, Syria". Eurasia News. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-09-14. Diakses tanggal 31 December 2015. 
  19. ^ Al-Aoufi, Hiam; Al-Zyoud, Nawaf; Shahminan, Norbayah (2012). "Islam and the cultural conceptualisation of disability". International Journal of Adolescence and Youth. 17 (4): 205–219. doi:10.1080/02673843.2011.649565. 
  20. ^ a b Ahmed 2010, hlm. 123.
  21. ^ Hinds 1990, hlm. 219.
  22. ^ Crone 1980, hlm. 126.
  23. ^ Bacharach 1996, hlm. 34–35.

Daftar pustaka

Al-Walid bin Abdul Malik
Marwani
Cabang kadet Bani Umayyah
Lahir: 668 Meninggal: 23 Februari 715
Jabatan Islam Sunni
Didahului oleh:
'Abdul Malik bin Marwan
Khalifah
8 Oktober 705 – 23 Februari 715
Diteruskan oleh:
Sulaiman bin 'Abdul Malik
Kembali kehalaman sebelumnya