Pada tanggal 19 Oktober 2011, Abbott Laboratories mengumumkan rencana untuk membagi organisasinya menjadi dua perusahaan publik. Abbott Laboratories akan fokus pada produk terdiversifikasi, seperti alat kesehatan, peralatan diagnostik, dan produk nutrisi, sementara AbbVie akan beroperasi sebagai sebuah produsen farmasi berbasis riset.[3] Pemisahan tersebut akhirnya mulai berlaku pada tanggal 1 Januari 2013, dan AbbVie pun resmi melantai di Bursa Saham New York (ABBV) keesokan harinya.[4]
Menurut Miles White, CEO pada saat itu, tujuan pemisahan adalah untuk memungkinkan pasar menilai dua perusahaan tersebut secara terpisah.[5] Sejumlah investor khawatir bahwa pemisahan tersebut dilakukan untuk melindungi nilai bisnis alat kesehatan dari berkurangnya nilai divisi obat akibat paten Humira yang akan kadaluarsa, padahal Humira menyumbang sekitar separuh dari pendapatan divisi obat.[5]
Hingga bulan Desember 2015, perusahaan ini mempekerjakan 28.000 orang di seluruh dunia, dan menyediakan produk untuk individu di lebih dari 170 negara.[6]
Pada bulan Maret 2020, saat pandemi COVID-19 berkembang menjadi sebuah krisis internasional, pemerintah Israel mengumumkan bahwa mereka akan menekan AbbVie untuk melisensikan patennya atas Kaletra, nama merek dari lopinavir/ritonavir, sebuah medikasi kombinasi dosis tetap untuk mengobati dan mencegah HIV/AIDS yang diduga memiliki sejumlah kecocokan untuk melawan COVID-19. Sebagai tanggapan, AbbVie mengumumkan bahwa mereka akan berhenti menegakkan paten atas semua obatnya.[7]
Akuisisi
Pada bulan Januari 2014, perusahaan ini resmi mengakuisisi ImmuVen.[8] Pada tanggal 3 September 2014, AbbVie dan Infinity Pharmaceuticals mengumumkan bahwa mereka telah menjalin kolaborasi global untuk mengembangkan dan mengkomersialisasikan duvelisib, penghambat PI3K buatan Infinity untuk mengobati pasien kanker. Pada hari yang sama, AbbVie dan Calico mengumumkan bahwa mereka telah menjalin kolaborasi riset dan pengembangan untuk menciptakan, mengembangkan, dan membawa terapi baru untuk para penderita penyakit yang terkait dengan usia, seperti neurodegenerasi dan kanker. California Life Company, beroperasi dengan nama Calico, adalah anak usaha Alphabet Inc. yang fokus pada penyakit yang terkait dengan usia dan penuaan. Calico dipimpin oleh mantan chairman dan CEO Genentech, Arthur D. Levinson serta mantan EVP dan direktur medis Genentech, Hal V. Barron.[9]
Pada bulan Oktober 2014, setelah lama bernegosiasi, AbbVie menghentikan upayanya untuk mengakuisisi Shire, yang andai terjadi akan menjadi salah satu kesepakatan akuisisi terbesar pada tahun 2014, dan menjadi salah satu inversi pajak terbesar dalam sejarah, karena adanya perubahan peraturan perpajakan dari Departemen Keuangan Amerika Serikat membuat AbbVie harus membayar biaya perpisahan sebesar $1,6 milyar.[10]
Pada tanggal 4 Maret 2015, AbbVie mengumumkan bahwa mereka telah setuju untuk mengakuisisi perusahaan onkologiPharmacyclics dan obat kanker darahnya, ibrutinib. AstraZeneca sebelumnya juga telah mengajukan tawaran untuk mengakuisisi Pharmacyclics.[11][12] Pada akuisisi tersebut, AbbVie setuju untuk membayar $261,25 per lembar saham Pharmacyclics, dan akuisisi senilai $21 milyar tersebut akhirnya selesai pada tanggal 26 Mei 2015.[13] Nama Pharmacyclics tetap dipertahankan, dan beroperasi sebagai anak usaha dari AbbVie.[14] Pada tanggal 3 Juni 2015, AbbVie dan Halozyme Therapeutics mengumumkan bahwa mereka telah menjalin kolaborasi global dan perjanjian lisensi untuk mengembangkan dan mengkomersialisasikan produk yang menggabungkan obat buatan AbbVie dan teknologi pengantaran obat ENHANZE buatan Halozyme. Kolaborasi tersebut akhirnya dihentikan pada bulan November 2016.[15]
Pada tanggal 28 April 2016, perusahaan ini mengumumkan bahwa mereka akan mengakuisisi Stemcentrx dengan harga $9,8 milyar.[16] Keesokan harinya, perusahaan ini mengumumkan perluasan kesepakatan fibrosis kistik dengan Galapagos, yang berpotensi menggandakan pembayaran bertahap menjadi $600 juta.[17]
Pada tanggal 25 Juni 2019, AbbVie mengumumkan bahwa mereka akan mengakuisisi Allergan plc asal Irlandia dengan harga $63 milyar. Namun transaksi tersebut tidak akan dijalankan sebagai sebuah inversi pajak, dan pasca transaksi tersebut, AbbVie (dan anak usahanya) akan tetap berdomisili di Amerika Serikat untuk tujuan perpajakan;[18][19] Akuisisi AbbVie terhadap Allergan plc akhirnya disetujui oleh Federal Trade Commission pada tanggal 4 September 2020 dengan beberapa syarat.[20] Pada bulan Juli 2019, perusahaan ini mengumumkan bahwa mereka akan mengakuisisi Mavupharma, untuk memperkuat portofolio obat kankernya.[21][22]
Sejarah akuisisi
Berikut ini adalah ilustrasi akuisisi dan penggabungan besar yang pernah dilakukan, serta pendahulu AbbVie (ini bukan daftar lengkap):
Pada tanggal 10 Februari 2016, AbbVie dan Synlogic asal Cambridge, Massachusetts mengumumkan sebuah kolaborasi riset dan pengembangan tahun jamak. Synlogic adalah sebuah perusahaan biologi sintetis yang didirikan berdasarkan riset dari James Collins dan Tim Lu di MIT. Sebagai bagian dari kolaborasi tersebut, AbbVie mendapat hak atas teknologi berbasis probiotik buatan Synlogic untuk mengobati penyakit radang usus. Tim riset akan fokus pada penyakit Crohn dan kolitis ulseratif.[24] Pada bulan April 2016, perusahaan ini resmi bermitra dengan Universitas Chicago untuk menginvestigasi sejumlah bidang onkologi, yakni kanker payudara, paru-paru, prostat, usus besar, dan darah.[25] Pada bulan yang sama, perusahaan ini mengumumkan bahwa mereka akan ikut mengkomersialisasikan imunoterapi praklinis ARGX-115 buatan Argenx. ARGX-115 adalah imunoterapi pertama di kelasnya yang menargetkan GARP (glycoprotein A repetitions predominant), sebuah protein membran yang dipercaya dapat menambah dampak imunosupresif dari sel T.[26] Perusahaan ini juga mengumumkan kesepakatan untuk ikut mengembangkan / mengkomersialisasikan setidaknya satu konjugat buatan CytomX Probody untuk melawan CD71 (reseptor transferin 1).[27]