Ode to My Father (Hangul: 국제시장; RR: Gukjesijang; lit. "Gukje (Internasional) Pasar") adalah filmKorea Selatan produksi tahun 2014 bergenre drama yang disutradarai oleh Yoon Je-kyoon.[3][4] Film ini dibintangi oleh Hwang Jung-min dan Yunjin Kim. Ode to My Father menggambarkan sejarah modern Korea dari tahun 1950-an sampai sekarang melalui kehidupan seorang manusia biasa, yang mengalami peristiwa seperti Evakuasi Hungnam tahun 1950 selama Perang Korea, keputusan pemerintah untuk pengiriman perawat dan penambang ke Jerman pada tahun 1960-an, dan Perang Vietnam.[5] Saat ini Ode to My Father menempati peringkat kedua tertinggi, film sejarah terlaris di bioskop Korea, dengan 14,2 juta tiket yang terjual.
Proses pengambilan gambar Ode to My Father dilakukan pada 3 September sampai dengan 25 Desember 2013dengan mengambil lokasi diBusan, tempat di mana sutradara Yoon Je-kyoon pernah juga melakukan syuting sebelumnya untuk Miracle on 1st Street (2007) dan Busan (2009).[6][7][8][9]
Film ini dirilis di Korea Selatan pada tanggal 17 Desember 2014 dan menduduki puncak box office, dengan raihan 1,5 juta penonton dalam lima hari pertama dengan laba kotor ₩1.5 billion.[10][11] Film ini tetap berada di peringkat pertama untuk lima minggu berturut-turut, meskipun menghadapi persaingan dari berbagai rilis baru.[12] Pada 13 Januari 2015, tercatat 10,001,709 penjualan tiket, sehingga menempati peringkat film negeri kesebelas yang mencapai 10 juta penerimaan dalam sejarah negara itu.[13][14][15][16][17][2]
Di Amerika Utara, film ini ditayangkan di Los Angeles pada tanggal 31 Desember 2014, yang menarik lebih dari 6.000 penonton setelah empat hari rilis, sebagian besar generasi pertama Korea-Amerika keturunan imigran berusia lima puluhan tahun atau lebih. 9 Januari 2015, prestasi ni meluas menjadi 43 kota di Amerika Serikat dan Kanada seperti New York City, Chicago, Washington DC, Boston, Seattle, Toronto, dan Vancouver.
Ode to My Father juga pernah diputar sesi Panorama perhelatan Festival Film Internasional Berlin ke-65pada bulan Februari 2015, dan di antara penonton adalah 20 etnis imigran Korea generasi pertama yang mengalami peristiwa yang digambarkan dalam film tersebut. Film ini menuai beragam ulasan termasuk kontroversi dugaan upaya untuk mengidealkan masa lalu di bawah kekuasaan rezim otoriter.