CONEFO
Conference of the New Emerging Forces (CONEFO) adalah organisasi antarpemerintah yang berdiri sejak tahun 1965 hingga 1966. CONEFO merupakan gagasan Presiden Soekarno dari Indonesia yang dia kemukakan pada pidato di sidang umum PBB pada tanggal 30 September 1960 yang berjudul “ Membangun Dunia yang Baru” untuk mereformasi PBB dan pada awal tahun 1965 gagasan ini berkembang menjadi pembentukan blok baru [1] "negara-negara berkembang" yang akan menjadi pusat kekuatan alternatif bagi Perserikatan Bangsa-Bangsa dan "kekuatan-kekuatan lama yang sudah mapan" — sebuah kategori di mana Soekarno memasukkan Amerika Serikat dan Uni Soviet ke dalamnya.[2] Hal ini dimaksudkan untuk membangun warisan Konferensi Bandung 1955 dan Gerakan Non-Blok, dengan menegaskan kepentingan Dunia Ketiga dan bersikap netral terhadap Perang Dingin. CONEFO secara resmi didirikan pada tanggal 7 Januari 1965, setelah pemerintahan Soekarno menolak Malaysia menjadi anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB, pada saat terjadi konfrontasi tingkat rendah antara Indonesia–Malaysia antara kedua negara. Soekarno yang marah mengeluarkan Indonesia dari PBB (satu-satunya negara yang melakukan hal tersebut) dan membentuk organisasi dunia tandingan, setelah sebelumnya mengambil langkah serupa saat menciptakan Games of the New Emerging Forces (GANEFO) sebagai alternatif dari Olimpiade pada tahun 1963.[3] Indonesia membangun kompleks gedung baru di Jakarta untuk menjadi tuan rumah CONEFO dengan bantuan keuangan dari Republik Rakyat Tiongkok.[4] CONEFO tidak pernah bersidang sebelum dibubarkan pada tanggal 11 Agustus 1966 oleh Jenderal Soeharto setelah menggulingkan Soekarno dari kekuasaan. Indonesia bergabung kembali dengan Perserikatan Bangsa-Bangsa dan kompleks CONEFO, yang sekarang disebut gedung MPR/DPR/DPD, menjadi tempat kedudukan Majelis Permusyawaratan Rakyat.[3] Lihat pulaReferensi
|