Bahasa Inggris
Bahasa Inggris (English language) adalah sebuah bahasa Jermanik yang pertama kali dituturkan di Inggris pada Abad Pertengahan Awal dan saat ini merupakan bahasa yang paling umum digunakan di seluruh dunia.[8] Bahasa Inggris dituturkan sebagai bahasa pertama oleh mayoritas penduduk di berbagai negara, antara lain di Inggris Raya, Irlandia, Amerika Serikat, Kanada, Australia, Selandia Baru, dan sejumlah negara-negara Karibia; serta menjadi bahasa resmi di hampir 60 negara berdaulat. Bahasa Inggris adalah bahasa ibu ketiga yang paling banyak dituturkan di seluruh dunia, setelah bahasa Mandarin dan Spanyol.[2] Bahasa Inggris juga digunakan sebagai bahasa kedua dan bahasa resmi oleh Uni Eropa, Negara Persemakmuran, dan Perserikatan Bangsa-Bangsa, serta beragam organisasi lainnya. Bahasa Inggris berkembang pertama kali di kerajaan-kerajaan Anglia-Sachsen dan di wilayah yang saat ini merupakan Skotlandia tenggara. Setelah meluasnya pengaruh Inggris Raya pada abad ke-17 dan ke-20 melalui Imperium Inggris Raya, bahasa Inggris tersebar luas di seluruh dunia.[9][10][11][12] Di samping itu, luasnya penggunaan bahasa Inggris juga disebabkan oleh penyebaran kebudayaan dan teknologi Amerika Serikat yang mendominasi di sepanjang abad ke-20.[13] Hal-hal tersebut telah menyebabkan bahasa Inggris saat ini menjadi bahasa utama dan secara tidak resmi (de facto) dianggap sebagai bahasa penghubung (lingua franca) di berbagai belahan dunia.[14][15] Menurut sejarahnya, bahasa Inggris berasal dari peleburan beragam dialek yang saling berkerabat, yang di zaman sekarang secara kolektif dikenal sebagai bahasa Inggris Kuno, yang dibawa ke pantai timur Pulau Britania Raya oleh pendatang Jermanik (Anglia-Sachsen) pada abad ke-5; kata English berasal dari nama suku Anglia.[16] Bangsa Anglia-Sachsen ini sendiri berasal dari wilayah Anglia (saat ini Schleswig-Holstein, Jerman). Bahasa Inggris awal juga dipengaruhi oleh bahasa Nordik Kuno setelah Viking menaklukkan Inggris pada abad ke-9 dan ke-10. Penaklukan Inggris oleh Norman pada abad ke-11 menyebabkan bahasa Inggris juga mendapat pengaruh dari bahasa Prancis Norman, dan kosakata serta ejaan dalam bahasa Inggris mulai dipengaruhi oleh bahasa Latin Romawi (meskipun bahasa Inggris sendiri bukan termasuk rumpun bahasa Roman),[17][18] yang kemudian dikenal dengan bahasa Inggris Pertengahan. Pergeseran Vokal Besar yang dimulai di Inggris bagian selatan pada abad ke-15 adalah salah satu peristiwa bersejarah yang menandai peralihan bahasa Inggris Pertengahan menjadi bahasa Inggris Modern. Selain bahasa Anglia-Sachsen dan bahasa Prancis Norman, sejumlah besar kata dalam bahasa Inggris juga berakar dari bahasa Latin, karena bahasa Latin adalah lingua franca Gereja Kristen dan bahasa utama di kalangan intelektual Eropa,[19] dan telah menjadi dasar kosakata bagi bahasa Inggris modern. Karena telah mengalami perpaduan beragam kata dari berbagai bahasa di sepanjang sejarah, bahasa Inggris modern memiliki kosakata yang sangat banyak, dengan ejaan yang kompleks dan tidak teratur (irregular), khususnya vokal. Bahasa Inggris modern tidak hanya merupakan perpaduan dari bahasa-bahasa Eropa, tetapi juga dari berbagai bahasa di seluruh dunia. Oxford English Dictionary memuat daftar lebih dari 250.000 kata berbeda, tidak termasuk istilah-istilah teknis, sains, dan slang (bahasa gaul) yang jumlahnya juga sangat banyak.[20][21] EtimologiKata English berasal dari eponim Angle, nama suku Jermanik yang diperkirakan berasal dari wilayah Angeln di Jutlandia (sekarang Jerman utara).[22] Untuk kemungkinan etimologi kata ini, lihat artikel Angeln dan suku Anglia. SignifikasiBahasa Inggris modern, kadang digambarkan sebagai lingua franca global pertama,[23][24] adalah bahasa dominan, atau dalam beberapa kasus bahkan ditetapkan sebagai bahasa internasional dalam bidang komunikasi, sains, teknologi informasi, bisnis, kelautan,[25] kedirgantaraan,[26] hiburan, radio, dan diplomasi.[27] Penyebaran bahasa Inggris di luar Kepulauan Britania dimulai dengan pertumbuhan Imperium Britania, dan pada abad ke-19 jangkauannya telah global.[28] Setelah kolonisasi Britania sejak abad ke-16 hingga ke-19, bahasa Inggris menjadi bahasa dominan di Amerika Serikat, Kanada, Australia, dan Selandia Baru. Pertumbuhan pengaruh budaya dan ekonomi Amerika Serikat dan statusnya sebagai negara adidaya global sejak Perang Dunia II turut mempercepat penyebaran bahasa Inggris ke seluruh dunia.[24] Bahasa Inggris menggantikan bahasa Jerman sebagai bahasa sains yang dominan dalam penghargaan Hadiah Nobel pada paruh kedua abad ke-20.[29] Bahasa Inggris telah menyamai dan bahkan telah melampaui bahasa Prancis sebagai bahasa dominan dalam dunia diplomasi pada paruh kedua abad ke-19. Kemampuan berbahasa Inggris telah menjadi kebutuhan dalam sejumlah bidang ilmu, pekerjaan, dan profesi semisal kedokteran dan komputasi; sebagai akibatnya, lebih dari satu miliar orang di dunia bisa berbahasa Inggris setidaknya pada tingkat dasar (lihat bahasa Inggris sebagai bahasa kedua atau internasional). Bahasa Inggris adalah salah satu dari enam bahasa resmi Perserikatan Bangsa-Bangsa.[30] Salah satu dampak pertumbuhan bahasa Inggris adalah berkurangnya keragaman bahasa di berbagai belahan dunia. Pengaruh bahasa Inggris berperan penting dalam kepunahan bahasa.[31] Sebaliknya, berbagai keragaman bahasa Inggris juga berpotensi menciptakan bahasa-bahasa baru dari waktu ke waktu, bersama dengan bahasa kreol dan bahasa pijin.[32] Klasifikasi Inggris Anglo-Frisiamencakup Anglik dan Frisia (mencakup Frisia Barat, Utara, dan Saterland) Jermanik Laut Utaramencakup Anglo-Frisia dan Jermanik Barat mencakup Jermanik Laut Utara dan ...... Jerman (Hulu): ...... Yiddi ![]() Bahasa Inggris merupakan bahasa Indo-Eropa yang termasuk ke dalam cabang Jermanik Barat dari subrumpun Jermanik.[33] Bahasa Inggris Kuno berasal dari sebuah wilayah kesinambungan dialek dan budaya di sekujur pesisir Laut Utara Frisia. Ragam tutur di wilayah ini secara bertahap berkembang menjadi bahasa-bahasa Anglik di Kepulauan Britania serta bahasa-bahasa Frisia dan Jerman Hulu/Saksen Hulu di Eropa Daratan. Bahasa-bahasa Frisia merupakan kerabat terdekat bagi bahasa Inggris dan bahasa-bahasa Anglik lainnya; keseluruhan bahasa ini tergabung dalam subkelompok Anglo-Frisia. Ragam tutur Jerman Hulu/Saksen Hulu juga berkerabat dekat dengan subkelompok ini; terkadang bahasa-bahasa Inggris, Frisia, dan Jerman Hulu digolongkan ke dalam subkelompok Ingvaeonik (Jermanik Laut Utara), walaupun pengelompokan ini masih diperselisihkan keabsahannya.[34] Bahasa Inggris Kuno berevolusi menjadi bahasa Inggris Pertengahan, yang kemudian menurunkan bahasa Inggris Modern.[35] Beberap ragam tutur bahasa Inggris Kuno dan Pertengahan juga berkembang menjadi bahasa-bahasa Anglik lainnya, seperti Bahasa Skot yang dituturkan di Skotlandia,[36] atau ragam Fingal serta Forth dan Bargy (Yola) di Irlandia.[37] Sebagaimana bahasa Islandia dan Faroe yang berkembang di kepulauan terpisah dari daratan Eropa, perkembangan bahasa Inggris di Kepulauan Britania membuatnya terisolasi dari pengaruh bahasa-bahasa Jermanik daratan. Bahasa Inggris pun berubah secara signifikan. Bahasa Inggris tidak berkesalingpahaman dengan bahasa Jermanik kontinental mana pun, akibat perbedaan dalam hal kosakata, sintaksis, dan fonologi. Walaupun begitu, beberapa di antaranya, seperti bahasa Belanda dan Frisia, memiliki kedekatan yang kuat dengan bahasa Inggris, terutama pada tahap-tahap awal pembetukannya.[38] Namun, tidak seperti bahasa Islandia dan Faroe yang terisolasi, bahasa Inggris berkembang dengan pengaruh yang didapatkan melalui serangkaian invasi pihak luar ke Kepualaun Britania, terutama oleh penutur bahasa Norse Kuno dan Perancis Norman. Bahasa-bahasa ini meninggalkan pengaruh yang dalam, sampai-sampai bahasa Inggris memiliki beberapa kesamaan dalam hal kosakata dan tata bahasa dengan banyak bahasa di luar kladus linguistiknya—walaupun hal ini tidak lantas menjadikan penutur bahasa Inggris dapat saling paham dengan penutur bahasa-bahasa tersebut. Beberapa peneliti bahkan berpendapat bahwa bahasa Inggris dapat dianggap sebagai bahasa campuran atau kreol. Pandangan ini juga dikenal sebagai hipotesis kreol Inggris Pertengahan. Meski begitu, terlepas dari pengaruh bahasa-bahasa lain terhadap kosakata dan tata bahasa Inggris Modern yang diakui secara luas, sebagian besar ahli di bidang kontak bahasa tidak menganggap bahasa Inggris sebagai bahasa campuran sejati.[39][40] Bahasa Inggris digolongkan sebagai bahasa Jermanik karena ia mengalami beberapa inovasi bahasa yang sama dengan bahasa-bahasa Jermanik lainnya seperti bahasa Belanda, Jerman, dan Swedia.[41] Inovasi-inovasi ini menunjukkan bahwa bahasa-bahasa tersebut diturunkan dari leluhur bersama, yaitu bahasa Proto-Jermanik. Termasuk di antara ciri khas bahasa Jermanik adalah: pemabgian verba-verba menjadi kelas verba kuat dan verba lemah, penggunaan verba modal, serta perubahan-perubahan bunyi yang berdampak pada konsonan-konsonan dari bahasa Proto-Indo-Europa, seperti Hukum Grimm dan Hukum Verner. Bahasa Inggris digolongkan sebagai bagian dari cabang Anglo-Frisia, sebab bahasa Frisia dan bahasa Inggris berbagi ciri yang lebih spesifik, seperti palatalisasi konsonan velar Proto-Germanik.[42] Sejarah![]() |