DATADOSEN.COM
Bahasa Melayu
  • Definisi
  • Asal-usul
  • Sejarah
  • Penggolongan
  • Perbandingan
  • Perbedaan
  • Sistem penulisan
  • Lingkup penggunaan
  • Penggunaan
  • Tata bunyi
  • Konsonan
Privacy Policy
My Blog
Info Kontak Bisnis
  • Perusahaan
  • Bank
Digital Literacy
  • Bahasa Indonesia
  • Deutsch
  • English
  • Español
  • Français
  • Italiano
  • Nederlands
  • Polski
  • Português
  • Sinugboanong Binisaya
  • Svenska
  • Tiếng Việt
  • Winaray
  • Русский
  • Українська
  • العربية
  • مصرى
  • 中文
  • 日本語
Info Sekolah [Wilayah]
  • Luar Negeri
  • Prov. Aceh
  • Prov. Bali
  • Prov. Banten
  • Prov. Bengkulu
  • Prov. D.I. Yogyakarta
  • Prov. D.K.I. Jakarta
  • Prov. Gorontalo
  • Prov. Jambi
  • Prov. Jawa Barat
  • Prov. Jawa Tengah
  • Prov. Jawa Timur
  • Prov. Kalimantan Barat
  • Prov. Kalimantan Selatan
  • Prov. Kalimantan Tengah
  • Prov. Kalimantan Timur
  • Prov. Kalimantan Utara
  • Prov. Kepulauan Bangka Belitung
  • Prov. Kepulauan Riau
  • Prov. Lampung
  • Prov. Maluku
  • Prov. Maluku Utara
  • Prov. Nusa Tenggara Barat
  • Prov. Nusa Tenggara Timur
  • Prov. Papua
  • Prov. Papua Barat
  • Prov. Riau
  • Prov. Sulawesi Barat
  • Prov. Sulawesi Selatan
  • Prov. Sulawesi Tengah
  • Prov. Sulawesi Tenggara
  • Prov. Sulawesi Utara
  • Prov. Sumatera Barat
  • Prov. Sumatera Selatan
  • Prov. Sumatera Utara
Info Sekolah [Tingkatan]
  • KB
  • PKBM
  • SD
  • SDLB
  • Semua Bentuk
  • SKB
  • SLB
  • SMA
  • SMK
  • SMLB
  • SMP
  • SMPLB
  • SPK SD
  • SPK SMA
  • SPK SMP
  • SPS
  • TK
  • TKLB
  • TPA
Info Kontak Kampus [Wilayah]
  • Prov. Aceh
  • Prov. Bali
  • Prov. Bangka Belitung
  • Prov. Banten
  • Prov. Bengkulu
  • Prov. D.I. Yogyakarta
  • Prov. D.K.I. Jakarta
  • Prov. Gorontalo
  • Prov. Jambi
  • Prov. Jawa Barat
  • Prov. Jawa Tengah
  • Prov. Jawa Timur
  • Prov. Kalimantan Barat
  • Prov. Kalimantan Selatan
  • Prov. Kalimantan Tengah
  • Prov. Kalimantan Timur
  • Prov. Kalimantan Utara
  • Prov. Kepulauan Riau
  • Prov. Lampung
  • Prov. Maluku
  • Prov. Maluku Utara
  • Prov. Nusa Tenggara Barat
  • Prov. Nusa Tenggara Timur
  • Prov. Papua
  • Prov. Papua Barat
  • Prov. Riau
  • Prov. Sulawesi Barat
  • Prov. Sulawesi Selatan
  • Prov. Sulawesi Tengah
  • Prov. Sulawesi Tenggara
  • Prov. Sulawesi Utara
  • Prov. Sumatera Barat
  • Prov. Sumatera Selatan
  • Prov. Sumatera Utara

Bahasa Melayu

Artikel ini berisi tentang bahasa yang menjadi akar dari bahasa Indonesia dan bahasa Melayu Malaysia. Untuk bentuk bakunya di Malaysia, lihat Bahasa Melayu Malaysia. Untuk bentuk bakunya di Indonesia, lihat Bahasa Indonesia.
Bahasa Melayu
BPS: 0030 3
Bahasa Melayu
بهاس ملايو • ꤷꥁꤼ ꤸꥍꤾꤿꥈ
Bahasa Melayu-Indonesia
[1][ib 1]
Pengucapan[ba.ha.sa mə.la.ju]
Dituturkan diBrunei, Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand Selatan, Pulau Natal, dan Kepulauan Cocos
WilayahAsia Tenggara Maritim
EtnisMelayu
Berbagai etnis di Indonesia (sebagai bahasa indonesia)
Penutur
Jumlah gabungan penutur bahasa Indonesia dengan bahasa Melayu lain:
B1 77 juta (2007)[3]
B1 dan B2: 200–290 juta (2009)[4]
Perincian data penutur

Jumlah penutur beserta (jika ada) metode pengambilan, jenis, tanggal, dan tempat.[5]

  • 77.000.000 (bahasa Indonesia, Bahasa Melayu Malaysia, 2007, bahasa ibu)
  • 77.000.000 (2007, bahasa ibu)
Rumpun bahasa
Lihat sumber templat}}
Beberapa pesan mungkin terpotong pada perangkat mobile, apabila hal tersebut terjadi, silakan kunjungi halaman ini
Klasifikasi bahasa ini dimunculkan secara otomatis dalam rangka penyeragaman padanan, beberapa parameter telah ditanggalkan dan digantikam oleh templat.
  • Austronesia Lihat butir Wikidata
    • Melayu-Polinesia Lihat butir Wikidata
      • Melayu-Sumbawa atau Kalimantan Utara Raya (diperdebatkan)
        Cari tahu mengapa. Beberapa rumpun bahasa dimasukkan sebagai cabang dari dua rumpun bahasa yang berbeda. Untuk lebih lanjutnya, silakan lihat pembagian dari sub-rumpun Melayu-Sumbawa dan Kalimantan Utara Raya
        • Melayu-Chamik
          • Melayik
            • Bahasa Melayu
Tampilkan klasifikasi manual
  • bahasa manusia
    • Austro-Tai
      • Austronesia
        • Melayu-Polinesia
          • Malayik
            • Melayu Edit nilai pada Wikidata
              • Bahasa Melayu
Tampilkan klasifikasi otomatis
Bentuk awal
  • Melayik Purba
    • Melayu Kuno
      • Melayu Klasik
        • Melayu Pramodern
          • Bahasa Melayu
Bentuk baku
  • Bahasa Indonesia
    (Indonesia)
  • Bahasa Melayu Baku
    (Malaysia, Brunei, dan Singapura)
Sistem penulisan
Abjad Latin
Abjad Jawi[6]

Aksara Thai (di Thailand)
Aksara Rencong
Braille Bahasa Melayu

Menurut sejarah, aksara Pallawa, aksara Kawi, aksara Rencong
Sistem isyarat
Bahasa Melayu Berkode Tangan
Status resmi
Bahasa resmi di
 Indonesia (Bahasa Melayu merupakan bahasa daerah, sedangkan bahasa Indonesia merupakan bahasa kebangsaan dan resmi)
 Malaysia (Bahasa Melayu adalah bahasa kebangsaan menurut Undang-Undang Dasar Perserikatan Malaysia, disebut juga bahasa Malaysia)
 Brunei (Bahasa Melayu sebagai bahasa kebangsaan dan bahasa resmi, sedangkan bahasa Melayu Brunei (dialek) dituturkan sebagai bahasa sehari-hari)
 Singapura (Bahasa Melayu adalah salah satu bahasa resmi dan juga bahasa kebangsaan)
Diakui sebagai
bahasa minoritas di
  •  Indonesia
    (selain sebagai bahasa Indonesia, bahasa Melayu tempatan atau kreol berstatus sebagai bahasa daerah, terutama di wilayah Sumatra dan Kalimantan)
  •  Timor Leste (bahasa Indonesia digunakan sebagai bahasa kerja dan bahasa perdagangan dengan Indonesia)[7]
 Thailand (sebagai bahasa Melayu Pattani)
Diatur olehTingkat kebangsaan (nasional):
Indonesia Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa[8]
Malaysia Dewan Bahasa dan Pustaka[9]
Brunei Dewan Bahasa dan Pustaka Brunei[10][11]
Singapura Majelis Bahasa Melayu Singapura[12][13]
Tingkat serantau (regional):
BruneiIndonesiaMalaysia
Majelis Bahasa Brunei-Indonesia-Malaysia (gabungan)
Kode bahasa
ISO 639-1ms
ISO 639-2may (B)
msa (T)
ISO 639-3msa – kode inklusif
Kode individual:
zlm – Bahasa Melayu (bahasa individu)
ind – Bahasa Indonesia
zsm – Bahasa Malaysia
btj – Bahasa Melayu Bacan
mfb – Bahasa Melayu Bangka
pse – Bahasa Melayu Tengah (termasuk bahasa Bengkulu)
bve – Bahasa Melayu Berau
bew – Bahasa Betawi
bvu – Bahasa Melayu Bukit
coa – Bahasa Melayu Cocos
hji – Bahasa Haji
meo – Bahasa Melayu Kedah
mfa – Bahasa Melayu Kelantan-Pattani
mqg – Bahasa Melayu Kota Bangun
vkt – Bahasa Melayu Kutai Tenggarong
jax – Bahasa Melayu Jambi
mui – Bahasa Melayu Musi (termasuk Bahasa Palembang)
zmi – Bahasa Melayu Negeri Sembilan
msi – Bahasa Melayu Sabah
Glottologindo1326  (cocok sebagian)[14]
Linguasfer31-MFA-a
IETFms
BPS (2010)0030 3
Informasi penggunaan templat
Status pemertahanan
Punah

EXSingkatan dari Extinct (Punah)
Terancam

CRSingkatan dari Critically endangered (Terancam Kritis)
SESingkatan dari Severely endangered (Terancam berat)
DESingkatan dari Devinitely endangered (Terancam)
VUSingkatan dari Vulnerable (Rentan)
Aman

NESingkatan dari Not Endangered (Tidak terancam)
ICHEL Red Book: Not Endangered

Bahasa Melayu diklasifikasikan sebagai bahasa aman ataupun tidak terancam (NE) pada Atlas Bahasa-Bahasa di Dunia yang Terancam Kepunahan

Referensi: [15][16]

Informasi penggunaan templat turunan
Sampel
Informasi berkas Video yang lain 
Seorang penutur bahasa Melayu
Sampel teks
Pasal 1 Pernyataan Umum tentang Hak-Hak Asasi Manusia dalam bahasa Melayu. (Teks)
Semua manusia dilahirkan bebas dan sama rata dari segi maruah dan hak-hak. Mereka mempunyai pemikiran dan perasaan hati dan hendaklah bertindak di antara satu sama lain dengan semangat persaudaraan.
Terjemahan: ⓘ
Semua orang dilahirkan merdeka dan mempunyai martabat dan hak-hak yang sama. Mereka dikaruniai akal dan hati nurani dan hendaknya bergaul satu sama lain dalam semangat persaudaraan.
Sampel teks lainnya
Lokasi penuturan
Daerah persebaran bahasa Melayu:
Indonesia
Malaysia
Singapura dan Brunei
Timor Leste, tempat bahasa Indonesia sebagai bahasa kerja
Thailand Selatan dan Kepulauan Cocos, tempat ragam bahasa Melayu lain dituturkan
Peta negara-negara Malayofon, yakni negara yang menuturkan bahasa Melayu (termasuk bahasa Melayu Malaysia dan bahasa Indonesia) serta beberapa wilayah diluar Malayofon yang memiliki persebaran bahasa Melayu di wilayahnya.
Sebagai bahasa resmi
Sebagai bahasa Minoritas ataupun bahasa yang dituturkan dalam lingkup tertentu
Peta bahasa lain
Catatan
  1. ^ Istilah "Melayu-Indonesia"[1] atau "Malay-Indonesian" dalam bahasa Inggris[2] sering digunakan dalam literatur linguistik ketika membahas struktur atau sejarah bahasa.
Artikel ini mengandung simbol fonetik IPA. Tanpa bantuan render yang baik, Anda akan melihat tanda tanya, kotak, atau simbol lain, bukan karakter Unicode. Untuk pengenalan mengenai simbol IPA, lihat Bantuan:IPA.
 Portal Bahasa
L • B • PW   
Sunting kotak info  Lihat butir Wikidata  Info templat
Cari artikel bahasa
Cari artikel bahasa
 
Cari berdasarkan kode ISO 639 (Uji coba)
 
Kolom pencarian ini hanya didukung oleh beberapa antarmuka
Artikel bahasa sembarang
Halaman bahasa acak

Bahasa Melayu (pelafalan dalam bahasa Indonesia: [bahasa məlaju]; Jawi: بهاس ملايو, Rejang: ꤷꥁꤼ ꤸꥍꤾꤿꥈ) merupakan sebuah bahasa dalam rumpun bahasa Austronesia yang dituturkan terutama di Asia Tenggara Maritim. Bahasa ini memiliki sekitar 290 juta penutur (dengan 30 juta sebagai "bahasa Melayu" dan 260 juta sebagai "bahasa Indonesia")[17] di seluruh dunia. Bahasa ini menjadi bahasa kebangsaan dan bahasa resmi di Malaysia (juga dikenal sebagai bahasa Malaysia), Brunei Darussalam, Singapura, dan menjadi akar dari bahasa Indonesia yang merupakan bahasa resmi dan bahasa kebangsaan di Indonesia. Selain itu, bahasa Melayu tempatan merupakan salah satu bentuk bahasa daerah di Sumatra, Kalimantan, dan sebagai kreol di berbagai daerah di Indonesia dan bahasa Indonesia merupakan salah satu bahasa kerja di Timor Leste (bahasa Indonesia merupakan salah satu bahasa kerja selain bahasa Inggris). Penggunaan istilah "bahasa Melayu" di Indonesia pada umumnya merujuk pada dialek bahasa Melayu yang merupakan bahasa daerah di Indonesia.

Bahasa Melayu merupakan bahasa perantara dalam kegiatan perdagangan dan keagamaan di Kepulauan Nusantara. Migrasi kemudian juga turut memperluas pemakaiannya. Selain negara tersebut, bahasa Melayu dituturkan pula di sebagian kecil Filipina (Kepulauan Sulu dan Mindanao sebagai bahasa Melayu Sabah), Sri Lanka, dan Thailand Selatan. Bahasa ini juga dituturkan oleh penduduk Pulau Natal dan Kepulauan Cocos yang menjadi bagian Australia.[18]

Bahasa Melayu Klasik, secara spesifiknya bahasa istana (atau dikenal sebagai Court Malay dalam bahasa Inggris) adalah bahasa baku sastra yang bersusur galur dari Kesultanan Melaka dan Johor-Riau (sekarang Johor (Malaysia) dan Kepulauan Riau (Indonesia)). Oleh sebab itu, bahasa tersebut juga dikenal sebagai bahasa Melayu Melaka, Johor, atau Riau (atau berbagai macam gabungan nama berdasarkan tiga tempat ini) untuk membedakannya dari anggota rumpun bahasa Melayik yang lain. Menurut Ethnologue 16, beberapa ragam Melayik dicantumkan sebagai bahasa terpisah, termasuk ragam bahasa Melayu Semenanjung yang dituturkan oleh orang Asli, yang terkait erat dengan bahasa Melayu Baku yang mungkin dianggap sebagai dialek-dialeknya. Terdapat juga bahasa dagang dan kreol Melayu yang didasarkan pada bahasa perantara yang bersusur galur dari bahasa Melayu Klasik.

Bahasa Melayu mempunyai banyak dialek dan setiap dialek mempunyai perbedaan kentara dari segi pengucapan dan kosakata. Misalnya, bahasa Melayu Riau berbeda dialek dengan bahasa Melayu Palembang, Padang, Jambi, dan Bengkulu. Melayu Riau menggunakan dialek "e" sedangkan bahasa Melayu Palembang, Padang, Jambi, dan Bengkulu menggunakan dialek "o". Selain itu, bahasa yang digunakan oleh masyarakat peranakan atau Tionghoa Selat (campuran pendatang Tionghoa dan penduduk asal) merupakan campuran antara Bahasa Melayu dan dialek Hokkien. Bahasa ini dahulunya banyak digunakan di negeri-negeri selat seperti Sumatera Utara (terutama di Medan), Riau, Pulau Pinang, dan Melaka. Walau bagaimanapun, kini kaum peranakan di Malaysia dan Singapura lebih gemar berbahasa Hokkien atau Inggris.

Definisi

Konsep bahasa Melayu tinggi merujuk kepada penggunaan bahasa Melayu dalam konteks wacana ilmiah dan berkaitan dengan peradaban. Bahasa Melayu tinggi sering dirujuk sebagai wahana untuk melahirkan gagasan dan wawasan yang berkaitan dengan keilmuan dan kebudayaan. Bahasa Melayu tinggi lazimnya digunakan dalam seminar, persidangan, atau kongres yang berkaitan dengan bahasa, budaya ataupun bidang ilmiah yang lain.

Bahasa Melayu baku pula adalah bahasa Melayu yang sempurna dari segi penggunaan aspek bahasanya, yaitu ejaan, tata bahasa, istilah, penggunaan kata, laras bahasa, dan pengucapan.

Asal-usul

Catatan tertulis pertama dalam bahasa Melayu ditemukan di pesisir tenggara Pulau Sumatra, di wilayah yang sekarang dianggap sebagai pusat Kerajaan Sriwijaya. Istilah "Melayu" sendiri berasal dari Kerajaan Kerajaan Malayu awal yang bertempat di Jambi. Akibat penggunaannya yang luas, berbagai varian bahasa dan dialek Melayu berkembang di Nusantara.

Ada tiga teori yang dikemukakan tentang asal-usul penutur bahasa Melayu (atau bentuk awalnya sebagai anggota bahasa-bahasa Malayik).[19] Hudson (1970) melontarkan teori asal dari Kalimantan, berdasarkan kemiripan bahasa Malayik dengan bahasa Melayu Kuno, penuturnya yang hidup di pedalaman, dan sifat kosakata yang konservatif.[20] Kern (1888) beranggapan bahwa tanah asal penutur l dari Semenanjung Malaya dan menolak Kalimantan sebagai tanah asal. Teori ini sempat diterima cukup lama hingga akhirnya pada akhir abad ke-20 bukti-bukti linguistik dan sejarah menyangkal hal ini (Adelaar, 1988; Belwood, 1993).

Ahli sejarah bahasa Melayu umumnya setuju tentang tanah air asal dari bahasa Melayu berada di barat Kalimantan[21] hal ini kokoh dan tidak terbantahkan dengan landasan bahwa suatu bentuk yang dikenal sebagai bahasa Proto-Melayik dituturkan di Kalimantan setidaknya pada 2000 SM dan telah dikatakan bahasa leluhur bagi semua rumpun bahasa Melayik. Bahasa Melayu yang berasal dari Kalimantan ini kemudian menyebar ke Sumatera dan Semenanjung Malaysia dan berkembang. Leluhurnya, bahasa Melayu-Polinesia Purba yang berasal dari bahasa Austronesia Purba, mulai terpecah setidaknya pada tahun 2000 SM akibat orang-orang Austronesia menyebar dari pulau Taiwan ke selatan menuju Asia Tenggara Maritim.[22]

Sejarah

Artikel utama: Sejarah bahasa Melayu
Artikel utama: Bahasa Proto-Melayik
Artikel utama: Bahasa Melayu Kuno
Artikel utama: Bahasa Melayu Klasik
Artikel utama: Bahasa Melayu Pramodern
Artikel utama: Bahasa Melayu Modern
Lawah-Lawah Merah (1875), terjemahan bahasa Melayu L'araignée rouge oleh René de Pont-Jest [fr] telah dikenal pasti sebagai novel berbahasa Melayu yang pertama. Sebelum zaman itu, kesusastraan dan penceritaan bahasa Melayu sebagian besar ditulis dalam bentuk hikayat.

Bahasa Melayu termasuk dalam bahasa-bahasa Melayu Polinesia di bawah rumpun bahasa Austronesia. Menurut statistik penggunaan bahasa di dunia, penutur bahasa Melayu diperkirakan mencapai lebih dari 290 juta jiwa yang merupakan bahasa keempat dalam urutan jumlah penutur terpenting bagi bahasa-bahasa di dunia (jika jumlah penutur bahasa Indonesia dimasukkan).[23][24]

Sejarah bahasa Melayu dapat dibagi menjadi beberapa zaman: bahasa Melayu Purba, bahasa Melayu Kuno, Zaman Peralihan, Zaman Melaka (Bahasa Melayu Klasik), bahasa Melayu Modern Akhir, dan bahasa Melayu Modern. Sejarah penggunaan yang panjang ini tentu saja mengakibatkan perbedaan versi bahasa yang digunakan. Bahasa Melayu Kuno diyakini sebagai leluhur sebenarnya bahasa Melayu Klasik.[25] Walaupun demikian, tidak ada bukti bahwa bentuk-bentuk tersebut bahasa Melayu tersebut saling bersinambung. Selain itu, penggunaan yang meluas di berbagai tempat memunculkan berbagai dialek bahasa Melayu, baik karena penyebaran penduduk dan keterasingan wilayah, maupun melalui pengkreolan.

Prasasti Telaga Batu, salah satu catatan bahasa Melayu terawal.

Bahasa Melayu Kuno dipengaruhi oleh bahasa Sanskerta, bahasa kesusastraan India Klasik, dan bahasa peribadatan agama Hindu dan Buddha. Kata pinjaman bahasa Sanskerta dapat ditemukan dalam perbendaharaan kata bahasa Melayu Kuno. Prasasti yang paling awal diketahui dalam bahasa Melayu Kuno ditemukan di Sumatra, yang berasal dari kira-kira abad ke-7 Masehi, tercantum pada beberapa prasasti peninggalan Kerajaan Sriwijaya di bagian selatan Sumatra dan wangsa Syailendra di beberapa tempat di Jawa Tengah,[26] ditulis dalam ragam Pallawa dari aksara Grantha,[27] dan bertarikh 1 Mei 683. Prasasti itu dikenal sebagai Prasasti Kedukan Bukit yang ditemukan oleh pria Belanda, M. Batenburg, pada 29 November 1920 di Kedukan Bukit, Sumatera Selatan, di tepi Tatang, anak Sungai Musi. Ini adalah batu kecil berukuran 45 x 80 sentimeter (18 x 31 in).

Bukti lain adalah Undang-Undang Tanjung dalam huruf-huruf pasca-Pallawa.[28] Teks undang-undang pra-Islam abad ke-4 ini dihasilkan pada zaman Adityawarman (1345–1377) dari Dharmasraya, kerajaan Hindu-Buddha yang muncul setelah kekuasaan Sriwijaya di Sumatra berakhir. Undang-Undang itu berlaku untuk orang Minangkabau, yang saat ini masih tinggal di dataran tinggi Sumatra, Indonesia. Selanjutnya, bukti-bukti tertulis bermunculan di berbagai tempat, meskipun dokumen terbanyak kebanyakan mulai berasal dari abad ke-18.

Selepas masa Sriwijaya, catatan tertulis tentang dan dalam bahasa Melayu baru muncul semenjak masa Kesultanan Malaka (abad ke-15). Batu Prasasti Terengganu (Melayu: Batu Bersurat Terengganu; Jawi: باتو برسورت ترڠݢانو) adalah lempengan atau tiang batu tegak yang membawa prasasti dalam tulisan Jawi yang ditemukan di Terengganu, Malaysia merupakan bukti terawal prasasti bahasa Melayu Klasik. Prasasti itu bertarikh mungkin pada 702 H (berpadanan dengan 1303 M), merupakan salah satu bukti terawal tentang tulisan Jawi di dunia Melayu Asia Tenggara dan merupakan salah satu bukti tertua tentang kedatangan Islam sebagai agama negara di wilayah ini. Ini berisi permakluman yang dikeluarkan oleh penguasa Terengganu yang dikenal sebagai Seri Paduka Tuan, yang mendesak rakyatnya untuk memperluas dan menegakkan Islam serta menyediakan 10 hukum dasar syariat sebagai pedoman mereka.

Bahasa Melayu mulai digunakan secara meluas sebagai bahasa perantara Kesultanan Melaka (1402–1511). Selama zaman ini, bahasa Melayu berkembang pesat di bawah pengaruh kesusastraan Islam. Perkembangan itu mengubah sifat bahasa dengan penyerapan besar-besaran perbendaharaan kata bahasa Arab, Tamil, dan Sanskerta, yang disebut bahasa Melayu Klasik. Di bawah Kesultanan Melaka, bahasa itu berkembang menjadi suatu bentuk yang dapat dikenali oleh penutur bahasa Melayu Modern. Ketika istana berpindah untuk mendirikan Kesultanan Johor, istana terus menggunakan bahasa klasik. Bahasa itu menjadi begitu dikaitkan dengan Riau Belanda dan Johor Britania sehingga sering diandaikan bahwa bahasa Melayu Riau dekat dengan bahasa klasik. Walau bagaimanapun, tidak ada kaitan yang lebih erat antara bahasa Melayu Melaka yang digunakan di Riau dengan bahasa sehari-hari Riau.[29]

Laporan Portugis dari abad ke-16 menyebut-nyebut mengenai perlunya penguasaan bahasa Melayu untuk berurus niaga. Seiring dengan runtuhnya kekuasaan Portugis di Malaka, dan munculnya berbagai kesultanan di pesisir Semenanjung Malaya, Sumatra, Kalimantan, serta selatan Filipina, dokumen-dokumen tertulis di kertas dalam bahasa Melayu mulai ditemukan. Surat-menyurat antarpemimpin kerajaan pada abad ke-16 juga diketahui telah menggunakan bahasa Melayu. Karena bukan penutur asli bahasa Melayu, mereka menggunakan bahasa Melayu yang "disederhanakan" dan mengalami percampuran dengan bahasa setempat, yang lebih populer sebagai bahasa Melayu Pasar (Bazaar Malay). Tulisan pada masa ini telah menggunakan huruf Arab (kelak dikenal sebagai huruf Jawi) atau juga menggunakan huruf setempat, seperti hanacaraka.[26]

Surat-surat tertua yang ditulis dalam bahasa Melayu antara lain dari Sultan Abu Hayat dari Ternate, Kepulauan Maluku di Indonesia masa kini, bertarikh sekitar tahun 1521–1522. Teks itu ditujukan kepada raja Portugis, setelah hubungan dengan penjelajah Portugis Francisco Serrão.[30] Surat-surat itu menunjukkan tanda penggunaan bukan penutur jati. Orang Ternate menggunakan (dan masih menggunakan) bahasa Ternate, suatu rumpun bahasa Papua Barat sebagai bahasa pertama mereka. Bahasa Melayu digunakan semata-mata sebagai bahasa perantara untuk komunikasi antaretnik.[30]

Rintisan ke arah bahasa Melayu Modern dimulai ketika Raja Ali Haji, sastrawan istana dari Kesultanan Riau Lingga, secara sistematis menyusun kamus ekabahasa bahasa Melayu (Kitab Pengetahuan Bahasa, yaitu Kamus Loghat Melayu-Johor-Pahang-Riau-Lingga penggal yang pertama) pada pertengahan abad ke-19. Perkembangan berikutnya terjadi ketika sarjana-sarjana Eropa (khususnya Belanda dan Inggris) mulai mempelajari bahasa ini secara sistematis karena menganggap penting menggunakannya dalam urusan administrasi. Hal ini terjadi pada paruh kedua abad ke-19. Bahasa Melayu Modern dicirikan dengan penggunaan alfabet Latin dan masuknya banyak kata-kata Eropa. Pengajaran bahasa Melayu di sekolah-sekolah sejak awal abad ke-20 semakin membuat populer bahasa ini.

Di Indonesia, pendirian Balai Poestaka (1901) sebagai percetakan buku-buku pelajaran dan sastra mengantarkan kepopuleran bahasa Melayu dan bahkan membentuk suatu varian bahasa tersendiri yang mulai berbeda dari induknya, bahasa Melayu Riau. Kalangan peneliti sejarah bahasa Indonesia masa kini menjulukinya "bahasa Melayu Balai Pustaka"[31] atau "bahasa Melayu van Ophuijsen". Van Ophuijsen adalah orang yang pada tahun 1901 menyusun ejaan bahasa Melayu dengan huruf Latin untuk penggunaan di Hindia Belanda. Ia juga menjadi penyunting berbagai buku sastra terbitan Balai Pustaka. Dalam masa 20 tahun berikutnya, "bahasa Melayu van Ophuijsen" ini kemudian dikenal luas di kalangan orang-orang pribumi dan mulai dianggap menjadi identitas kebangsaan Indonesia. Puncaknya adalah ketika dalam Kongres Pemuda II (28 Oktober 1928) dengan jelas dinyatakan, "menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia". Sejak saat itulah bahasa Melayu diangkat menjadi bahasa kebangsaan.

Pengenalan varian kebangsaan ini mendesak bentuk-bentuk bahasa Melayu lain, termasuk bahasa Melayu Tionghoa, sebagai bentuk cabang dari bahasa Melayu Pasar, yang telah populer dipakai sebagai bahasa surat kabar dan berbagai karya fiksi pada dasawarsa-dasawarsa akhir abad ke-19. Bentuk-bentuk bahasa Melayu selain varian kebangsaan dianggap bentuk yang "kurang mulia" dan penggunaannya berangsur-angsur melemah.

Pemeliharaan bahasa Melayu baku (bahasa Melayu Riau) terjaga akibat meluasnya penggunaan bahasa ini dalam kehidupan sehari-hari. Sikap orang Belanda yang pada waktu itu tidak suka apabila orang pribumi menggunakan bahasa Belanda juga menyebabkan bahasa Melayu menjadi semakin populer.[32]

Penggolongan

Artikel utama: Daftar dialek Bahasa Melayu
Lihat pula: Rumpun bahasa Austronesia § Tabel perbandingan kata

Bahasa Melayu adalah anggota rumpun bahasa Austronesia, yang mencakupi bahasa dari Asia Tenggara dan Samudra Pasifik, dengan jumlah yang lebih kecil di Asia kebenuaan. Bahasa Malagasi, bahasa luar geografis yang dituturkan di Madagaskar di Samudra Hindia, juga merupakan anggota rumpun bahasa ini. Walaupun bahasa-bahasa ini tidak selalu saling dapat dipahami sampai batas tertentu, persamaannya sering kali agak kentara. Dalam bahasa yang lebih konservatif seperti bahasa Melayu, banyak akar telah muncul dengan sedikit perubahan dari leluhur yang sama, bahasa Austronesia Purba. Terdapat banyak kata serumpun yang ditemukan dalam perkataan bahasa untuk kekerabatan, kesehatan, bagian tubuh, dan binatang umum. Khususnya, angka yang menunjukkan persamaan yang luar biasa.

Dalam rumpun bahasa Austronesia, bahasa Melayu adalah bagian dari gugusan berbagai bentuk pertuturan yang berkait erat dikenal sebagai rumpun bahasa Melayik, yang tersebar di seluruh Malaya dan kepulauan Indonesia oleh para pedagang Melayu dari Sumatra. Terdapat perselisihan pendapat tentang jenis pertuturan mana yang dipanggil "Melayu" yang harus dianggap sebagai dialek bahasa ini, dan yang harus digolongkan sebagai bahasa-bahasa Melayu yang berbeda. Contohnya, bahasa sehari-hari Brunei—Bahasa Melayu Brunei—tidak mudah dipahami dengan bahasa baku dan hal yang sama berlaku dengan beberapa pertuturan Semenanjung Malaya seperti bahasa Melayu Kedah. Walau bagaimanapun, baik Brunei maupun Kedah cukup erat.[33]

Dari segi linguistik, kini ditentukan suatu rumpun bahasa Melayu yang terdiri dari 45 bahasa yang pada gilirannya dibagi dalam kelompok berikut:

  • Bahasa Melayu dagang (atau biasa disebut bahasa "Melayu Pasar" atau "Melayu Kreol"), yang mencakup 10 bahasa:
    • Kelompok Indonesia bagian Tengah ke Timur (9 bahasa):
      • Bahasa Melayu Kupang:
      • Bahasa Melayu Larantuka:
      • Bahasa Melayu Manado:
      • Bahasa Melayu Maluku Utara:
      • Bahasa Melayu Gorontalo:
      • Bahasa Melayu Bacan:
      • Bahasa Melayu Ambon:
      • Bahasa Melayu Papua:
      • Bahasa Melayu Dayak:
    • Kelompok Indonesia bagian Barat ke Tengah (2 bahasa):
      • Bahasa Melayu Bali:
      • Bahasa Melayu Makassar:
    • Untuk kelompok Bahasa Melayu Kreol lainnya diluar Indonesia, selengkapnya lihat Bahasa dagang dan kreol Melayu & Bahasa Kreol.
  • Bahasa-Bahasa lainnya yang juga termasuk dialek Melayu lokal diantaranya adalah:
    • Bahasa Melayu Cocos:
    • Bahasa Melayu Bangka:
    • bahasa Melayu Barisan Selatan:
    • Bahasa Melayu Brunei:
    • Bahasa Melayu Jambi:
    • Bahasa Melayu Kedah:
    • Bahasa Melayu Kelantan:
    • Bahasa Melayu Kutai:
    • Bahasa Melayu Musi
    • Bahasa Melayu Pahang:
    • Bahasa Melayu Palembang
    • Bahasa Melayu Pattani/Bahasa Yawi:
    • Bahasa Melayu Perak:
    • Bahasa Melayu Sabah:
    • Bahasa Melayu Sarawak:
    • Bahasa Melayu Terengganu:
    • Bahasa Melayu Negeri Sembilan:
    • Bahasa Melayu Sambas:
    • Bahasa Melayu Lawoi:
    • Bahasa Melayu Pontianak:
    • Bahasa Melayu Kuantan:
    • Bahasa Melayu Kotawaringin.
  • Selain itu, masih banyak lagi dialek-dialek dari Bahasa lokal masyarakat-masyarakat Melayu.

Kelompok Melayu tersebut adalah yang terbesar dalam rumpun bahasa Melayik.

Perbandingan

Persamaan antara berbagai contoh bahasa dari beberapa bahasa-bahasa kerabat Melayu atau bahasa yang berkerabat dekat dengan Melayu (serumpun Melayu) misalnya dapat dilihat dalam perbandingan kosakata berikut:

Indonesia apa laut lihat kucing pergi ular keras manis lutut
Malaysia apa laut lihat kucing pergi ular keras manis lutut
Melayu Palembang apo laot jingok/selek koceng pegi ular keras manes lutut
Melayu Jambi apo laut tengok kucing pegi ular keras manis lutut
Melayu Pontianak ape laot liat kucing pegi ulagh keghas manes lutut
Banjar apa laut liat kucing tulak ular karas manis lintuhut/tu'ut
Minangkabau apo lauiʔ liaiʔ/caliaʔ kuciang pai ula kareh manih lutuiʔ
Kerinci (Dialek Siulak) apo laut kima, celik, kileh kucek pegi ula kereh manih lutut
Pekal apo lawik liek kucing lalui ulah kehas manis lutuik
Kelantan-Pattani penamo lauʔ lihaʔ kucing gi ula kerah manih lutuʔ
Melayu Setul (Satun) penamɑ lawt lihayt kucin pi ulaq keghaih manih lutuy
Besemah ape laot kinak kuceng pegi ulagh keghas manes lutut
Ogan pedame laut kinak, kelikh kuceng darau, pegi ulakh kekhas manes lentuat
Teringin apa laut liat kucing pogi ular koras manis lentuhut

Perbedaan dapat dilihat dalam versi masing-masing dari Pernyataan Umum tentang Hak-Hak Asasi Manusia:

Inggris Indonesia Malaysia Minangkabau Kerinci Melayu Palembang
Universal Declaration of Human Rights Pernyataan Umum tentang Hak-Hak Asasi Manusia Perisytiharan Hak Asasi Manusia Sejagat Deklarasi Sadunia Hak-Hak Asasi Manusia Pernyataan Umum tentang Hak-Hak Asasi Manusio Pernyataan Umum tentang Hak-Hak Asasi Manusio
Article 1 Pasal 1 Perkara 1 Pasal 1 Pasal 1 Pasal 1
All human beings are born free and equal in dignity and rights. They are endowed with reason and conscience and should act towards one another in a spirit of brotherhood. Semua orang dilahirkan merdeka dan mempunyai martabat dan hak-hak yang sama. Mereka dikaruniai akal dan hati nurani dan hendaknya bergaul satu sama lain dalam semangat persaudaraan. Semua manusia dilahirkan merdeka dan mempunyai martabat dan hak-hak yang sama. Mereka mempunyai pemikiran dan hati nurani dan hendaklah bergaul antara satu sama lain dengan semangat persaudaraan. Sadonyo manusia dilahiakan mardeka dan punyo martabat sarato hak-hak nan samo. Mareka dikaruniai aka jo hati nurani, supayo satu samo lain bagaul sarupo urang badunsanak. Segalo uhang dilahirkan mardeka serto bamartabat dingan hak-hak ngan samo-rato. Kito lah dibagih akal ngan ati nurani dan hendaknyo bagaul dingan sesamo dalam semangat basipadie. Segalo manusio dilaherke merdeka serto bemartabat dengen hak-hak yang samo. Mereka dikaruniai akal dengen hati nurani dan hendaknyo begaul dengen sikok samo laen dalam semangat bedolor.
Melayu Pontianak Banjar Ogan Bahasa Melayu Sabah
Pernyataan Dunie tentang Hak-hak Asasi Manusie Parnyataan Saduniaan tentang Hak-hak Asasi Manusia Pengakukan Sejagad Ngenei Rat Asasi Jeleme Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia
Pasal 1 Pasal 1 Pasal 1 Perkara 1
Semue manusie dilaherkan bebas dan punye martabat dan hak-hak yang same. Mereke punye akal dan hati nurani dan hendaklah bergaul di antara satu same laen dengan semangat persaudaraan. Sabarataan manusia diranakakan bibas mardika wan ba'isi martabat lawan jua ba'isi hak-hak nang sama. Bubuhannya sabarataan dibari'i akal wan jua pangrasa hati nurani, supaya samunyaan urang antara sa'ikung lawan sa'ikung bapatutan nangkaya urang badangsanakan. Legele ukhang dikhanakan merdike nguk uman pi'il nguk rat-rat ye seragi. Die ukhang disuluhkan utak nguk ati temahne becanggikh nguk ye laen inggak khase ngensanakan kampoh Smua urang dilahirkan bebas dan sama rata dari segi maruah dan hak. Diurang ada fikiran sama perasaan hati, dan diurang mesti bertindak bah antara satu sama lain dalam semangat persaudaraan.

Perbedaan

Untuk artikel lanjutan, lihat Perbedaan antara bahasa Melayu baku tiga negara dan bahasa Indonesia atau Perbedaan pelafalan bahasa Melayu dan bahasa Indonesia. Perbedaan antara bahasa Melayu dan bahasa Indonesia sebenarnya tidak terlalu jauh berbeda, sebab bahasa Indonesia sendiri pada dasarnya didasarkan kepada bahasa Melayu dialek Riau yang merupakan bahasa Melayu Baku yang juga dipakai di Malaysia sebagai bahasa standar atau lazim disebut dengan "bahasa Melayu baku". Namun, jika dibedakan dari segi sejarah, budaya, perlakuan tata bahasa masing-masing, dan lain-lain, terlihat jelas bahwa ada perbedaan yang kentara antara kedua bahasa. Penutur bahasa Melayu di tiga negara kebanyakan dapat memahami bahasa Indonesia, tetapi penutur bahasa Indonesia kebanyakan tidak dapat memahami bahasa Melayu sebab ada banyak perbedaan dari segi ejaan dan kosakata. Bahasa Indonesia pun diartikan berbeda dari bahasa Melayu yang lazim dituturkan di Malaysia karena mempunyai banyak perkataan yang berasal dari bahasa Kawi, Jawa, Sunda, Betawi, Bali, Madura, Minangkabau, Belanda, dan lain-lain. Sebenarnya, bahasa Melayu yang dipakai di Malaysia pun banyak menyerap kata pinjaman dari bahasa-bahasa daerah di Indonesia seperti bahasa Melayu Palembang, Melayu Riau, Melayu Jambi, Minangkabau, Jawa, Sunda, Betawi, Bali, Madura, Lampung, Banjar, Waropen, Wolio, Yamdena, dan lain-lain, logat daerah seperti bahasa Melayu Kedah, Terengganu, dan lain-lain di Semenanjung Malaya, bahasa daerah seperti bahasa Iban dan lain-lain di Sabah dan Sarawak, dan bahasa daerah Filipina seperti bahasa Kapampangan, Pangasinan, dan lain-lain, serta bahasa Melayu Brunei dan Singapura untuk memperkaya kosakata bahasa Melayu di Malaysia walaupun belum pernah dituturkan dan didengari. Hal ini dapat dilihat dalam Kamus Dewan Perdana yang merupakan kamus terkini, terlengkap, dan terutama di Malaysia pada saat ini. Bahasa Melayu di Malaysia mempunyai rujukan seperti Kamus Dewan (setara dengan KBBI), Ejaan Rumi Baharu (setara dengan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD)), Pedoman Umum Ejaan Bahasa Malaysia (setara dengan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan), Pedoman Umum Pembentukan Istilah Bahasa Malaysia (setara dengan Pedoman Umum Pembentukan Istilah Bahasa Indonesia), dan Tatabahasa Dewan (setara dengan Tata Bahasa Baku Indonesia (TBBI)).

Menurut linguistik, laras bahasa Indonesia dan Malaysia adalah bahasa Melayu yang dipisahkan oleh perkembangan kosakata yang berbeda selama beberapa abad, seperti bahasa Serbo-Kroasia (lihat Perbedaan antara bahasa Melayu baku tiga negara dan bahasa Indonesia), sedangkan kedua bahasa ini merupakan bahasa yang berbeda menurut politik. Hal ini sebagian disebabkan oleh pengaruh bahasa penjajah yang berbeda. Bahasa Belanda di Indonesia (lihat Hindia Belanda) dan bahasa Inggris di Malaysia, Singapura, dan Brunei, yang dahulunya berada di bawah pemerintahan Britania. Walau bagaimanapun, Indonesia dan Malaysia sebagian besar menyatukan ortografi yang sebelum ini berbeda pada tahun 1972 dan kedua negara itu bersama-sama dengan Brunei telah membentuk panitia bersama untuk mengembangkan kosakata ilmiah dan teknis bersama dan sebaliknya bekerja sama untuk memastikan bentuk bakunya padu (bertemu pada satu titik atau konvergen). Menurut Ethnologue, bahasa Indonesia dan bahasa Melayu baku Malaysia mempunyai lebih dari 80% persamaan leksikal.

Beberapa dialek Melayu hanya menunjukkan kejelasan timbal balik yang terbatas dengan bahasa baku. Contohnya, pengucapan bahasa Melayu Kelantan atau Sarawak sukar dipahami oleh banyak orang Malaysia, sedangkan bahasa Indonesia mengandung banyak perkataan yang tidak dikenali penutur bahasa Malaysia, beberapa hal karena pengaruh bahasa Jawa, Sunda, atau bahasa setempat dan beberapa hal karena perkembangan bebas bahasa gaul dan bahasa sehari-hari.

Sistem penulisan

Artikel utama: Alfabet bahasa Melayu
Aksara Rencong, sistem penulisan asli yang ditemukan di Sumatera Selatan dan Tengah. Teks itu berbunyi: "haku manangis ma / nyaru ka'u ka'u di / saru tiyada da / tang [hitu hadik sa]", yang diterjemahkan oleh Voorhoeve sebagai: "Aku menangis menyeru kau. Kau diseru tiada datang" (hitu adik sa- adalah sisa baris ke-4.
Prasasti Kedukan Bukit menggunakan aksara Pallawa adalah spesimen tertua bahasa Melayu Kuno yang masih ada di Sumatera Selatan, Indonesia.

Bahasa Melayu kini ditulis menggunakan alfabet Latin yang dikenal sebagai "Rumi" di Brunei, Malaysia, dan Singapura atau "Latin" dan "Romawi" di Indonesia, walaupun abjad Arab yang disebut "abjad Arab Melayu" atau abjad Jawi juga ada. Alfabet Latin resmi di Malaysia, Singapura, dan Indonesia. Bahasa Melayu menggunakan angka India-Arab.

Rumi (Latin) dan Jawi merupakan abjad resmi bersama hanya di Brunei. Nama-nama lembaga dan organisasi harus menggunakan abjad Jawi dan Rumi (Latin). Abjad Jawi digunakan sepenuhnya di sekolah, terutama sekolah keagamaan yang diwajibkan pada petang hari untuk para pelajar Muslim berumur sekitar 6–7 hingga 12–14 tahun.

Upaya sedang dijalankan untuk memelihara tulisan Jawi di Malaysia, dan para pelajar yang mengikuti ujian bahasa Melayu di Malaysia mempunyai pilihan untuk menjawab pertanyaan menggunakan tulisan Jawi.

Walau bagaimanapun, alfabet Latin yang paling umum digunakan di Brunei dan Malaysia, baik untuk tujuan resmi maupun tidak resmi.

Dari segi sejarah, bahasa Melayu telah ditulis dalam berbagai aksara. Sebelum abjad Arab diperkenalkan di wilayah Melayu, bahasa Melayu telah ditulis menggunakan aksara Pallawa, Kawi, dan Rencong. Ini masih digunakan sampai saat ini seperti aksara Cam digunakan oleh orang Cam Vietnam dan Kamboja. Bahasa Melayu Kuno ditulis menggunakan aksara Pallawa dan Kawi, terbukti dari beberapa prasasti di wilayah Melayu. Mulai dari zaman kerajaan Pasai dan sepanjang zaman keemasan Kesultanan Melaka, "abjad Jawi" secara berangsur-angsur menggantikan aksara ini sebagai aksara yang paling umum digunakan di wilayah Melayu. Mulai dari abad ke-17, di bawah pengaruh Belanda dan Britania, abjad Jawi secara berangsur-angsur digantikan dengan abjad Rumi.[34]

Lingkup penggunaan

Lihat pula: Bahasa dagang dan kreol Melayu
Rambu lalu lintas berbahasa Melayu di Malaysia.
Rambu jalan berbahasa Indonesia di Jakarta, Indonesia. Rambu bertuliskan "Lajur Khusus Menurunkan Penumpang" dan rambu larangan parkir kecil di sebelah kiri bertuliskan "Sampai Rambu Berikutnya" dalam bahasa Indonesia

Bahasa Melayu dituturkan di Brunei, Indonesia, Malaysia, Timor Leste, Singapura, bagian Thailand[35] dan Filipina selatan.[butuh rujukan] Indonesia mengatur ragam normatif sendiri, sedangkan Malaysia dan Singapura menggunakan baku yang sama.[36] Selain bahasa Melayu Baku, Brunei menggunakan dialek sehari-hari tersendiri yang dipanggil bahasa Melayu Brunei. Di Timor Leste, yang pernah diperintah sebagai provinsi Indonesia dari tahun 1976 hingga 1999, bahasa Indonesia diakui oleh undang-undang dasar sebagai salah satu dari dua bahasa kerja (yang satu lagi adalah bahasa Inggris), di samping bahasa resmi Tetun dan Portugis.[7] Sejauh mana bahasa Melayu digunakan di negara-negara ini berbeda-beda bergantung kepada keadaan sejarah dan budaya. Bahasa Melayu adalah bahasa kebangsaan di Malaysia berdasarkan Pasal 152 Undang-Undang Dasar Malaysia, dan menjadi satu-satunya bahasa resmi di Semenanjung Malaysia pada tahun 1968 dan di Malaysia Timur secara berangsur-angsur semenjak tahun 1974. Walau bagaimanapun, bahasa Inggris terus digunakan secara meluas dalam bidang profesional dan komersial dan pengadilan tinggi. Bahasa minoritas lain juga umum digunakan oleh etnik minoritas besar negara itu. Keadaan di Brunei sama dengan Malaysia. Di Filipina, bahasa Melayu dituturkan oleh sejumlah kecil penduduk muslim yang mendiami Mindanao (khususnya Semenanjung Zamboanga) dan Kepulauan Sulu. Walau bagaimanapun, mereka kebanyakannya menuturkannya dalam bentuk kreol menyerupai bahasa Melayu Sabah.[butuh rujukan] Dari segi sejarah, bahasa itu adalah bahasa perdagangan utama kepulauan sebelum pendudukan Spanyol. Bahasa Indonesia dituturkan oleh perguyuban perantauan Indonesia di Kota Davao, dan frasa fungsian diajarkan kepada anggota Angkatan Bersenjata Filipina dan kepada pelajar.[butuh rujukan]

Bahasa yang dituturkan orang peranakan (Tionghoa selat, kacukan pemukim Tionghoa dari wangsa Ming dengan bahasa Melayu setempat) adalah dialek bahasa Melayu dan Tionghoa Hokkien, yang sebagian besar dituturkan di bekas negeri-negeri selat di Pinang dan Melaka di Malaysia dan Kepulauan Indonesia.

Penggunaan

Penggunaan bahasa Melayu sebagai bahasa perantara di seluruh Kepulauan Nusantara yang bertautan dengan kebangkitan kerajaan-kerajaan Islam dan penyebaran Islam, yang merupakan akibat dari pertumbuhan perdagangan sekawasan. Bahasa kesusastraan telah dibentuk Melaka. Setelah kejatuhan Melaka oleh Portugis pada tahun 1511, pusat kesusastraan beralih ke Kesultanan Johor-Riau. Oleh sebab itu, bahasa itu sering dipanggil bahasa Melayu Johor-Riau walaupun ia adalah kesinambungan bahasa Melayu Melaka. Ketika kesultanan itu dibagi antara Malaya Britania (Johor) dan Hindia Timur Belanda (Kepulauan Riau), bahasa itu telah diberikan status resmi di kedua wilayah.

Penggunaan bahasa Melayu di negara-negara ini berbeda bergantung kepada sejarah dan budaya. Indonesia menyebut "bahasa Melayu Riau" (Melaka–Johor-Riau) sebagai akar bahasa Indonesia dan menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi ketika memperoleh kemerdekaan. Sejak tahun 1928, kaum nasionalis dan muda di seluruh kepulauan Indonesia telah menyatakan bahasa Indonesia sebagai satu-satunya bahasa resmi, sebagaimana dipermaklumkan dalam Sumpah Pemuda. Dengan demikian, Indonesia menetapkan bahasa Indonesia yang berakar dari bahasa Melayu itu sebagai bahasa resmi.[37] Di Indonesia, bahasa ini berkembang dan dibakukan menjadi bahasa Indonesia. Pada tahun 1953, setidaknya terdapat 23 ribu jumlah perbendaharaan kata dalam kamus bahasa indonesia yang sebagian besar diadopsi dari bahasa Melayu. Hingga sekarang jumlah kosakata dalam kamus bahasa Indonesia terus bertambah.[38]

Di Malaysia, Pasal 152 Perserikatan Malaysia menerima pakai bahasa Melayu Melaka-Johor-Riau sebagai bahasa resmi (bahasa Malaysia) pada tahun 1957. Kata "Malaysia", baik dalam bahasa maupun negara, menekankan bahwa negara itu terdiri dari lebih dari sekadar Suku Melayu. Pemerintah Malaysia bermaksud untuk menamakan bahasa kebangsaan sebagai "bahasa Malaysia" sebagai bahasa yang diusulkan, yang berlawanan dengan bahasa Indonesia yang sebenarnya dianggap Malaysia sebagai bahasa baku Melayu yang dibakukan dan digunakan secara resmi sebagai bahasa kebangsaan di Indonesia, tetapi konsep itu bertentangan dengan keterangan bahasa kebangsaan yang termaktub dalam Pasal 152 Undang-Undang Dasar Perserikatan Malaysia. Jadi, di Malaysia, bahasa Melayu mengalami perubahan nama beberapa kali. Pada awal 1970-an, bahasa Melayu di Malaysia dinamakan "bahasa Malaysia" atas sebab politik, yang berlawanan dengan bahasa Indonesia. Kemudian, pada tahun 1986, nama resmi bahasa telah diubah menjadi bahasa Melayu. Mulai tahun 2007, bahasa kebangsaan Malaysia dinamakan kembali menjadi "bahasa Malaysia" sebagai simbol bahwa bahasa ini adalah bahasa untuk semua dan tidak memandang kaum (tanpa membedakan ras). Namun begitu, hal tersebut tidaklah dapat dibenarkan sebab menurut Pasal 152 Undang-Undang Dasar Perserikatan Malaysia, menyebut bahwa: "Bahasa kebangsaan adalah "bahasa Melayu". Pada tahun 2007, diubah menjadi bahasa Malaysia, kemudian diubah menjadi bahasa Melayu. Nama "bahasa Melayu" digunakan kembali dalam masyarakat. Sampai saat ini, tidak ada perubahan nama bahasa Melayu ke bahasa Malaysia terjadi.[39] Bahasa Melayu menjadi bahasa resmi di Malaysia pada 1968, tetapi bahasa Inggris masih digunakan dengan luas terutama sekali dalam kalangan masyarakat Tionghoa dan India, sama seperti di Brunei. Di Brunei, bahasa Melayu diakui sebagai bahasa resmi Brunei dalam Undang-Undang Dasar Negara Brunei Tahun 1959. Bahasa ini juga berdasarkan baku Melaka-Johor-Riau, sedangkan bahasa Melayu Brunei digunakan sebagai bahasa sehari-hari. Berbeda di Indonesia, bahasa Indonesia berhasil menjadi bahasa perantaraan utama atau lingua franca untuk rakyat yang berbilang kaum (multiras) karena usaha gigih pemerintah Indonesia dalam menggalakkan penggunaan bahasa Indonesia. Di Timor Leste, meski telah terlepas dari Indonesia, bahasa Indonesia masih tetap dipertahankan sebagai bahasa resmi utamanya sebagai "bahasa kerja".

Menurut sejarah, di Singapura, bahasa Melayu adalah bahasa perantara dalam kalangan orang yang berlainan bangsa. Walaupun bahasa ini sebagian besar telah digantikan oleh bahasa Inggris, status bahasa Melayu masih dipertahankan sebagai bahasa kebangsaan dan lagu kebangsaan, Majulah Singapura, sepenuhnya dalam bahasa Melayu. Selain itu, perintah perbarisan dalam tentara, polisi, dan pertahanan sipil hanya diberikan dalam bahasa Melayu. Bahasa Melayu masih menjadi bahasa kebangsaan walaupun Singapura mempunyai empat bahasa resmi (yaitu bahasa Inggris, Cina, India, dan Melayu). Di selatan Thailand, sebagian besar penduduk di lima provinsi paling selatan Thailand—wilayah yang sebagian besarnya pernah menjadi bagian dari kerajaan Melayu Kuno bernama Patani — bertutur dalam dialek Melayu yang dipanggil bahasa Yawi (jangan dikelirukan dengan Jawi), yang serupa dengan bahasa Melayu Kelantan, tetapi bahasa itu tidak mempunyai status atau pengakuan resmi.

Disebabkan hubungan terdahulu dengan Filipina, perkataan Melayu—seperti dalam hati (simpati), luwalhati (kemuliaan), tengah hari, sedap—telah berkembang dan disepadukan ke dalam bahasa Tagalog dan rumpun bahasa Filipina yang lain.[butuh rujukan]

Bahasa Melayu Piawai (disebut juga sebagai bahasa Melayu baku, bahasa baku Melayu, atau bahasa piawai Melayu) adalah bahasa Melayu Johor-Riau yang berasal dari Johor (Malaysia) & Kepulauan Riau (Indonesia), seperti yang disepakati dan diakui oleh Indonesia, Malaysia, dan Brunei. Bahasa Melayu Johor-Riau selanjutnya dikenal sebagai induk kelahiran bahasa Melayu yang dipakai sebagai bahasa resmi kebangsaan pada zaman modern. Istilah bahasa Melayu biasanya dikelirukan dengan bahasa Malaysia yang merupakan nama umum yang digunakan untuk bahasa Melayu yang dituturkan di Malaysia, yang berlawanan dengan bahasa Indonesia. Bahasa Melayu sebenarnya adalah bahasa makro yang mencakupi kedua bahasa itu (bahasa Malaysia dan bahasa Indonesia). Tidak ada kata sepakat yang lengkap mengenai perbedaan ini karena badan bahasa di Malaysia, Dewan Bahasa dan Pustaka Malaysia, telah menyatakan bahwa kedua istilah tersebut dapat digunakan untuk bahasa Melayu yang dituturkan di Malaysia bergantung kepada konteks, yang menjadikan penutur di Malaysia dapat memilih untuk menggunakan istilah yang mereka sukai, baik menggunakan istilah "bahasa Melayu" maupun "bahasa Malaysia".[40]

Dewan Bahasa dan Pustaka (Malaysia), MABBIM, atau Perdana Menteri Malaysia pernah mengusulkan bahasa Melayu dijadikan bahasa resmi ASEAN mengingat lebih dari separuh jumlah penduduk ASEAN mampu bertutur dalam bahasa Melayu (jika penutur bahasa Indonesia tergolong dalam sensus). Namun, usulan itu mendapat pertentangan dari sebagian pihak di Indonesia sebab lebih banyak penutur bahasa Indonesia dalam perhitungan dibandingkan dengan penutur bahasa Melayu, dan pada dasarnya bahasa Indonesia masih dapat dipahami oleh sebagian besar penutur bahasa Melayu terutama yang sudah terbiasa dengan bahasa Melayu Baku (juga disebut bahasa Melayu Piawai, bahasa standar Melayu, atau bahasa baku Melayu) yang sememangnya berasal dari bahasa Melayu Riau.[41][42] Pada masa lampau, Indonesia pernah berencana keluar dari MABBIM, tetapi pihak Malaysia memohon agar Indonesia tetap menganggotai organisasi itu untuk meneruskan sinergi dan kerja sama untuk mewujudkan bahasa Melayu/Indonesia sebagai bahasa perantara di ASEAN.[43] Rencana ini belum pernah terwujud, tetapi ASEAN sekarang selalu membuat dokumen asli dalam bahasa Inggris dan diterjemahkan ke dalam bahasa resmi masing-masing negara anggotanya.

Tata bunyi

Artikel utama: Fonologi bahasa Melayu

Bahasa Melayu, seperti kebanyakan rumpun bahasa Austronesia, bukanlah bahasa bernada seperti bahasa Thailand dan bahasa Mandarin.[44] Salah satu faktor utama yang menjadikan bahasa Melayu sebagai bahasa yang sangat mudah untuk dipelajari disebabkan oleh sistem fonologi yang amat mudah. Bisa dikatakan hampir setiap huruf Latin mewakili satu sebutan fonem.

Konsonan

Konsonan bahasa Malaysia[45] dan juga bahasa Indonesia[46] ditunjukkan di bawah ini. Konsonan bukan asli yang hanya terdapat dalam kata pinjaman, terutama dari bahasa Arab dan Inggris ditunjukkan dalam tanda kurung.

Fonem konsonan bahasa Melayu
Dwibibir Bibir-gigi Gigi Rongga-gigi Pasca-rongga gigi Lelangit Lelangit-belakang Celah-suara
Sengauan m n ɲ ŋ
Letupan nirsuara p t k ʔ
bersuara b d ɡ
Gesekan nirsuara tʃ
bersuara dʒ
Geseran nirsuara (f) (θ) s (ʃ) (x) h
bersuara (v) (ð) (z) (ɣ)
Hampiran tengah j
sisi l
dibibirkan w
Ge