Share to: share facebook share twitter share wa share telegram print page

AC Milan

AC Milan
Lambang A.C. Milan
Nama lengkapAssociazione Calcio Milan S.p.A.[1]
Julukan i Rossoneri
il Diavolo
(Setan Merah)
Casciavit
(bahasa Lombardia: obeng)
Berdiri16 Desember 1899; 125 tahun lalu (1899-12-16)
StadionSan Siro
(Kapasitas: 80.018)
PemilikAmerika Serikat Redbird Capital Partners (99.93%)[2][3]
Pemegang saham swasta (0.07%)[4]
KetuaItalia Paolo Scaroni[5]
Pelatih utamaItalia Massimiliano Allegri
LigaSerie A
2023–2024Serie A, ke-2 dari 20
Situs webSitus web resmi klub
Kostum kandang
Kostum tandang
Kostum ketiga
Musim ini

Associazione Calcio Milan (pelafalan dalam bahasa Italia: [assotʃatˈtsjoːne ˈkaltʃo ˈmiːlan]), sering disebut sebagai AC Milan, adalah klub Italia yang berbasis di Milan, Lombardia, yang bermain di Serie A. Mereka bermain dengan seragam bergaris merah-hitam dan celana putih (kadang-kadang hitam), sehingga dijuluki Rossoneri ("merah-hitam"). Milan adalah tim tersukses pertama dalam sejarah persepak bolaan Italia, menjuarai Serie A 19 kali dan Piala Italia 5 kali. Klub besar Eropa ini adalah peraih 7 trofi Liga Champions, 19 Scudetto Liga Italia, dan 2 trofi Serie B.

AC Milan adalah klub tersukses ke-4 di dunia sepak bola dalam hal jumlah piala internasional bersama Boca Juniors dengan 18 gelar resmi dari UEFA dan FIFA dibawah Real Madrid, FC Barcelona.[6] Milan telah memenangkan rekor tiga Piala Interkontinental dan setelah penggantinya, Piala Dunia Antarklub FIFA.[6] Milan juga memenangkan Piala Liga Eropa/Champions tujuh kali.[6] yang kedua setelah Real Madrid.[7] Mereka juga memenangkan rekor Piala Super UEFA lima kali dan Piala Winners UEFA dua kali.[6] Milan memenangkan setiap kompetisi besar di mana ia telah berkompetisi, terkecuali untuk Liga Eropa UEFA (dalam kompetisi ini mereka telah kehilangan dua semifinal pada tahun 1972 dan pada tahun 2002). Secara domestik, dengan 19 gelar liga. Milan adalah gabungan kedua klub paling sukses di Serie A di belakang Juventus (31 gelar), bersama dengan rival lokal Inter.[8] Mereka juga telah memenangkan Coppa Italia lima kali, serta rekor tujuh kemenangan Supercoppa Italiana.[6]

Klub ini didirikan pada tahun 1899 dengan nama Klub Kriket dan Sepak bola Milan (Milan Cricket and Football Club) oleh Alfred Edwards dan Herbert Kilpin, seorang ekspatriat Inggris.[9][10] Sebagai penghormatan terhadap asal usulnya, Milan tetap menggunakan ejaan bahasa Inggris nama kotanya (Milan) daripada menggunakan ejaan bahasa Italia Milano.

Laga kandang Milan dimainkan di San Siro, juga dikenal sebagai Stadion Giuseppe Meazza. Stadion yang dimiliki bersama dengan Inter, merupakan yang terbesar di sepak bola Italia, dengan total kapasitas 80.018.[11] Inter dianggap rival terbesar mereka, dan pertandingan antara kedua tim disebut Derby della Madonnina, yang merupakan salah satu derbi yang paling diikuti di dunia sepak bola.[12] Pada 2010, Milan adalah ketiga tim yang paling didukung di Italia, dan ketujuh tim yang paling didukung di Eropa, menjelang tim lain Italia.[13]

Pemilik klub sebelumnya adalah mantan Perdana Menteri Italia Silvio Berlusconi, dan wakil presiden adalah Adriano Galliani. Klub ini adalah salah satu yang terkaya dan paling berharga di sepak bola Italia dan dunia.[14] Itu adalah anggota pendiri yang kini tidak berfungsi G-14 kelompok klub sepak bola terkemuka Eropa serta penggantinya, Asosiasi Klub Eropa.[15]

Sejarah

Pendirian dan awal tahun

Sebuah gambar hitam-putih dari Herbert Kilpin, kapten pertama A.C. Milan
Herbert Kilpin, kapten pertama A.C. Milan
Foto bersejarah A.C. Milan pada musim 1901.

A.C. Milan didirikan sebagai Klub Kriket dan Sepak bola Milan pada 16 Desember 1899 oleh ekspatriat Inggris, Alfred Edwards dan Herbert Kilpin, yang datang dari kota Inggris Nottingham. Untuk menghormati asal-usul bahasa Inggris, klub telah mempertahankan ejaan bahasa Inggris dari nama kota, yang bertentangan dengan ejaan Italia Milano yang terpaksa menanggung bawah rezim fasis. Milan memenangkan kejuaraan Italia pertama pada 1901 dan dua lagi secara beruntun pada tahun 1906 dan 1907. Pada tahun 1908, Milan mengalami perpecahan yang disebabkan oleh perselisihan internal atas penandatanganan pemain asing, yang menyebabkan pembentukan tim lain Milan berbasis, F.C. Internazionale Milano.[16] Setelah pemisahan, Milan menyentuh kejuaraan di 1910-11 dan 1911-12 (kedua kejuaraan dimenangkan oleh Pro Vercelli), sedangkan pada tahun 1916, Rossoneri menempatkan di papan pengumuman Piala federal. Pada musim berikutnya tim memenangkan kejuaraan daerah dua kali tetapi gagal untuk mendapatkan kesuksesan dalam tahap nasional.

Kita akan menjadi sebuah tim iblis. Warna kita adalah merah menandakan api dan warna hitam menandakan rasa takut yang akan menyerang lawan!

— Herbert Kilpin

Naik ke tim top Eropa

GreNoLi

Pada dekade 50-an, Milan ditakuti di bidang sepak bola dunia karena mempunyai trio GreNoLi, yang terdiri atas Gunnar Gren, Gunnar Nordahl dan Nils Liedholm. Ketiganya merupakan pemain asal Swedia. Gren dan Nordahl beroperasi di sektor depan sebagai striker, sementara Liedholm mendukung serangan sebagai penyerang bayangan (playmaker). Tim pada masa ini juga dihuni oleh sekelompok pemain-pemain berkualitas pada masanya, seperti Lorenzo Buffon, Cesare Maldini, dan Carlo Annovazzi. Kemenangan tersukses AC Milan atas Juventus tercipta 5 Februari 1950, dengan skor 7-1, dan Gunnar Nordahl mencetak hat-trick.

Rossoneri memenangkan Piala Winners UEFA di 1967-68

Milan kembali memenangi musim 1961-62. Pelatihnya saat itu adalah Nereo Rocco, pelatih sepak bola yang inovatif, yang dikenal sebagai penemu taktik catenaccio (pertahanan gerendel/berlapis). Di dalam tim termasuk Gianni Rivera dan José Altafini yang keduanya masih muda. Musim berikutnya, dengan gol Altafini, Milan memenangkan Piala Eropa pertama mereka (kemudian dikenal sebagai Liga Champions UEFA) dengan mengalahkan Benfica 2-1. Ini juga merupakan pertama kalinya sebuah tim Italia memenangkan Piala Eropa.

Nereo Rocco memenangkan Piala Eropa pada tahun 1968-69 dan memenangkan Piala Interkontinental pada tahun 1969

Meskipun begitu, selama tahun 1960-an piala kemenangan Milan mulai menyusut, terutama karena perlawanan berat dari Inter yang dilatih Helenio Herrera. Scudetto berikutnya tiba hanya di 1967-68, berkat gol Pierino Prati, topskor Serie A di musim itu, Piala Winners berhasil direbut ketika mengalahkan Hamburger SV, dan juga berkat dua gol dari Kurt Hamrin. Musim selanjutnya AC Milan memenangkan Piala Eropa kedua (4–1 untuk AFC Ajax), dan pada 1969 memenangkan Piala Interkontinental pertama, setelah mengalahkan Estudiantes de La Plata dari Argentina dalam dua leg dramatis (3–0, 1–2).

Penaklukan La Stella d'Oro

Pada tahun 1970, Milan merebut tiga gelar Coppa Italia dan gelar Piala Winners kedua; namun, tujuan utama Milan adalah scudetto kesepuluh, yang berarti mendapatkan "bintang" untuk tim (di Italia,setiap tim yang meraih 10 gelar liga mendapat bintang yang disemat di bajunya). Di 1972 mereka meraih semifinal Piala UEFA, kalah dari pemenang sesungguhnya, Tottenham Hotspur. Musim 1972-73 mereka hampir memenangkan scudetto kesepulh, tetapi gagal karena hasil kalah menyakitkan dari Hellas Verona di pertandingan terakhir musim. AC Milan menunggu sampai musim 1978-79 untuk meraih scudetto kesepuluh mereka, yang dipimpin oleh Gianni Rivera, yang pensiun dari dunia sepak bola setelah membawa timnya meraih kemenangan tersebut.

Tahun-tahun sulit

Namun, hasil terburuk datang kepada "Rossoneri": setelah memenangkan musim 1979-80, Milan didegradasi ke Serie B oleh F.I.G.C, bersama S.S. Lazio, karena terlibat skandal perjudian Totonero 1980. Di 1980-81, Milan dengan mudah menjuarai Serie B, dan kembali ke Serie A, di mana penyakit tersebut terulang di musim 1981-82, Milan terdegradasi kembali.

Rekonstruksi klub dan penaklukan Eropa

Setelah serentetan masalah menerpa Milan, dan membuat klub kehilangan suksesnya, AC Milan dibeli oleh enterpreneur Italia, Silvio Berlusconi. Berlusconi adalah sinar harapan Milan kala itu. Dia datang pada 1986. Berlusconi memboyong pelatih baru untuk Milan, Arrigo Sacchi, serta tiga orang pemain Belanda, Marco van Basten, Frank Rijkaard, dan Ruud Gullit, untuk mengembalikan tim pada kejayaan. Ia juga membeli pemain lainnya, seperti Roberto Donadoni, Carlo Ancelotti, dan Giovanni Galli.

Sacchi memenangkan Serie A musim 1987-88. di 1988-89, Milan memenangkan gelar Liga Champions ketiganya, mempecundangi Steaua Bucureşti 4-0 di final, dan gelar Piala Interkontinental kedua mengalahkan National de Medellin (1-0, gol tercipta di babak perpanjangan waktu). Tim mulai mengulangi kejayaan mereka di musim-musim berikutnya, mengalahkan S.L. Benfica, dan Olimpia Asunción di 1990.

Tak terkalahkan pada era Capello

Fabio Capello

Saat Sacchi meninggalkan Milan untuk melatih Italia, Fabio Capello dijadikan pelatih Milan selanjutnya, dan Milan meraih masa keemasannya sebagai Gli Invicibli (The Invicibles) dan Dream Team. Dengan 58 pertandingan tanpa satu pun kekalahan Invicibli membuat tim impian di semua sektor seperti Baresi, Costacurta, dan Maldini memimpin pertahanan terbaik, Marcel Desailly, Donadoni, dan Ancelotti di gelandang, dan Dejan Savićević, Zvonimir Boban, dan Daniele Massaro bermain di sektor depan. Pada saat dilatih Capello ini, Milan pernah singgah ke Indonesia dalam rangka tur musiman dan melawan klub lokal Persib Bandung. Pertandingan yang dimulai di Stadion Utama Gelora Bung Karno pada tanggal 4 Juni 1994 itu dimenangkan Milan dengan skor telak 8-0. Gol kemenangan Milan dicetak oleh Dejan Savićević ('17)('18), Gianluigi Lentini ('26), Paolo Baldieri ('27)('48)('58), Christian Antigori ('68), dan Stefano Desideri ('78).

Awal dari sebuah era baru

Setelah kepergian Fabio Capello pada tahun 1996, Milan merekrut Oscar Washington Tabarez tetapi perjuangan keras di bawah kendalinya kurang berhasil dan mereka selalu kalah dalam beberapa pertandingan awal. Dalam upaya untuk mendapatkan kembali kejayaan masa lalu, mereka memanggil kembali Arrigo Sacchi untuk menggantikan Tabarez. Milan mendapatkan tamparan keras kekalahan terburuk mereka di Serie A, dipermalukan oleh Juventus di rumah mereka sendiri San Siro dengan skor 1-4. Milan membeli sejumlah pemain baru seperti Ibrahim Ba, Christophe Dugarry dan Edgar Davids. Milan berjuang keras dan mengakhiri musim 1996-97 di peringkat kesebelas di Serie A.

Sacchi digantikan dengan Capello di musim berikutnya. Capello yang menandatangani kontrak baru dengan Milan merekrut banyak pemain potensial seperti Christian Ziege, Patrick Kluivert, Jesper Blomqvist, dan Leonardo; tetapi hasilnya sama buruk dengan musim sebelumnya. Musim 1997-98 mereka berakhir di peringkat kesepuluh. Hasil ini tetap tidak bisa diterima para petinggi Milan, dan seperti Sacchi, Capello dipecat.

Era Zaccheroni, Cesare Maldini hingga Terim

Dalam pencarian mereka untuk seorang manajer baru, Alberto Zaccheroni menarik perhatian Milan. Zaccheroni adalah manajer Udinese yang telah mengakhiri musim 1997-98 pada peringkat yang tinggi di tempat ke-3. Milan mengontrak Zaccheroni bersama dengan dua orang pemain dari Udinese, Oliver Bierhoff dan Thomas Helveg. Milan juga menandatangani Roberto Ayala, Luigi Sala dan Andres Guglielminpietro dan dengan formasi kesukaan Zaccheroni 3-4-3, Zaccheroni membawa klub memenangkan scudetto ke-16 kembali ke Milan. Starting XI adalah: Christian Abbiati; Luigi Sala, Alessandro Costacurta, Paolo Maldini; Thomas Helveg, Demetrio Albertini, Massimo Ambrosini, Andres Guglielminpietro; Zvonimir Boban, George Weah, Oliver Bierhoff.

Meskipun sukses di musim sebelumnya, Zaccheroni gagal untuk mentransformasikan Milan seperti The Dream Team dulu. Pada musim berikutnya, meskipun munculnya striker Ukraina Andriy Shevchenko, Milan mengecewakan fans mereka baik dalam Liga Champions UEFA 1999-2000 ataupun Serie A. Milan keluar dari Liga Champions lebih awal, hanya memenangkan satu dari enam pertandingan (tiga seri dan dua kalah) dan mengakhiri musim 1999-2000 di tempat ke-3. Milan tidaklah menjadi sebuah tantangan bagi dua pesaing Scudetto kala itu, S.S. Lazio dan Juventus.

Pada musim berikutnya, Milan memenuhi syarat untuk Liga Champions UEFA 2000-01 setelah mengalahkan Dinamo Zagreb agregat 9-1. Milan memulai Liga Champions dengan semangat tinggi, mengalahkan Beşiktaş dari Turki dan raksasa Spanyol Barcelona, yang pada waktu itu terdiri dari superstar internasional kelas dunia, Rivaldo dan Patrick Kluivert. Tapi performa Milan mulai menurun secara serius, seri melawan sejumlah tim (yang dipandang sebagai kecil/lemah secara teknis untuk Milan), terutama kalah 2-1 oleh Juventus di Serie A dan 1-0 untuk Leeds United. Dalam Liga Champions putaran kedua, Milan hanya menang sekali dan seri empat kali. Mereka gagal untuk mengalahkan Deportivo de La Coruña dari Spanyol di pertandingan terakhir dan Zaccheroni dipecat. Cesare Maldini, ayah dari kapten tim Paolo, diangkat dan hal segera menjadi lebih baik. Debut kepelatihan resmi Maldini di Milan dimulai dengan menang 6-0 atas A.S. Bari, yang masih memiliki senjata muda, Antonio Cassano. Itu juga di bawah kepemimpinan Maldini bahwa Milan mengalahkan saingan berat sekota Internazionale dengan skor luar biasa 6-0, skor yang tidak pernah diulang dan di mana Serginho membintangi pertandingan. Namun, setelah bentuk puncak ini, Milan mulai kehilangan lagi termasuk kekalahan 1-0 yang mengecewakan untuk Vicenza Calcio, dengan satu-satunya gol dalam pertandingan dicetak oleh seorang Luca Toni. Terlepas dari hasil ini, dewan direksi Milan bersikukuh bahwa Milan mencapai tempat keempat di liga di akhir musim, tetapi Maldini gagal dan tim berakhir di tempat keenam.

Milan memulai musim 2000-01 dengan lebih banyak penandatanganan kontrak pemain bintang termasuk Javi Moreno dan Cosmin Contra yang membawa Deportivo Alavés ke putaran final Piala UEFA. Mereka juga menandatangani Kakha Kaladze (dari Dynamo Kyiv), Rui Costa (dari AC Fiorentina), Filippo Inzaghi (dari Juventus), Martin Laursen (dari Hellas Verona), Jon Dahl Tomasson (dari Feyenoord), Ümit Davala (dari Galatasaray) dan Andrea Pirlo (dari Inter Milan). Fatih Terim diangkat sebagai manajer, menggantikan Cesare Maldini, dan cukup sukses. Namun, setelah lima bulan di klub, Milan tidak berada di lima besar liga dan Terim dipecat karena gagal memenuhi harapan direksi.

Era Ancelotti

Carlo Ancelotti memenangi Liga Champions sebagai pemain dan sebagai manajer AC Milan

Terim digantikan oleh Carlo Ancelotti, meskipun rumor bahwa Franco Baresi akan menjadi manajer baru. Terlepas dari masalah cedera pemain belakang Paolo Maldini, Ancelotti berhasil dan mengakhiri musim 2001-02 dalam peringkat empat, tempat terakhir untuk di Liga Champions. Starting XI pada saat itu adalah Cristian Abiatti; Cosmin Contra, Alessandro Costacurta, Martin Laursen, Kakha Kaladze, Gennaro Gattuso, Demetrio Albertini, Serginho; Manuel Rui Costa; Andriy Shevchenko, Filippo Inzaghi. Ancelotti membawa Milan meraih gelar juara Liga Champions pada musim 2002-03 ketika mengalahkan Juventus lewat drama adu penalti di Manchester, Inggris. Milan terakhir kali meraih gelar prestisus dengan merebut juara Liga Italia pada musim kompetisi 2003-04 sekaligus menempatkan penyerang Andriy Shevchenko sebagai pencetak gol terbanyak di Liga Italia, maka Rossoneri-pun semakin ditakuti.

AC Milan mengangkat Piala Eropa setelah memenangkan Liga Champions UEFA 2002–03

Pada musim 2004-05 Milan mengakhirinya tanpa gelar sama sekali. Setelah kandas di babak perempat final Coppa Italia oleh Udinese Calcio dan kalah bersaing dengan Juventus di pentas Serie A, Milan harus pulang dari Istanbul dengan tangan hampa setelah takluk dari Liverpool secara dramatis di laga Final Liga Champions UEFA 2005. Pada laga tersebut Milan berhasil unggul 3-0 di babak pertama lewat gol cepat Paolo Maldini pada detik ke-52 dan sepasang gol Hernan Crespo pada menit ke-38 dan 42. Namun kelengahan, kecerobohan dan seolah tak belajar dari pengalaman mereka kala dikalahkan oleh Deportivo La Coruna pada babak perempat final Liga Champions edisi sebelumnya (kala itu Milan berhasil menang 4-1 di leg 1 namun kalah 0-4 di leg kedua) membuyarkan harapan mereka untuk merengkuh gelar ke-7 mereka di pentas tertinggi ranah Eropa tersebut. Liverpool berhasil menyamakan kedudukan pada babak kedua yang masing-masing dicetak oleh sang kapten Steven Gerrard, Vladimír Šmicer, dan Xabi Alonso dalam kurun waktu hanya 6 menit (52', 54', dan 60') memaksa laga harus diselesaikan hingga adu penalti. Andriy Shevchenko yang menjadi pahlawan Milan memenangi gelar ke-6 di Old Trafford dua musim sebelumnya kini menjadi pecundang, setelah sebelumnya gagal mengonversi peluang emas menjadi gol pada babak tambahan ia pun gagal mengeksekusi penalti kala tendangannya berhasil diblok oleh Jerzy Dudek dan memastikan trofi jatuh ke tangan klub asal Inggris tersebut.

Euforia kemenangan AC Milan di Liga Champions 2007

Pada musim kompetisi Liga Italia Serie A 2006-07, Milan terkait dengan skandal calciopoli yang mengakibatkan klub tersebut harus memulai kompetisi dengan pengurangan 8 poin. Meskipun begitu, publik Italia tetap berbangga karena di tengah rusaknya citra sepak bola Italia akibat calciopoli, Milan berhasil menjuarai kompetisi sepak bola yang paling bergengsi di dunia, Liga Champions. Hasil itu didapat setelah Milan menaklukkan Liverpool 2-1 lewat dua gol Filippo Inzaghi. Gelar inipun menuntaskan dendam Milan yang kalah adu penalti dengan Liverpool dua tahun silam. Gelar pencetak gol terbanyakpun disabet pemain genius Milan, Kaká dengan torehan 10 gol. Pada pertengahan musim, Milan mendatangkan mantan pemain terbaik dunia, Ronaldo dari Real Madrid untuk memperkuat armada penyerang mereka setelah penyerang muda Marco Borriello dihukum karena terbukti doping.

Musim 2007-08, Milan terpaksa bermain di kompetisi Piala UEFA setelah hanya berhasil menduduki peringkat ke-5 dibawah Fiorentina dengan selisih 2 poin.[17] Dalam pertandingan Serie A yang terakhir, Milan menang 4-1 atas Udinese, tetapi pada saat bersamaan, Fiorentina juga menang atas Torino dengan skor 1-0 yang akhirnya posisi kedua tim tak ada perubahan. Untuk memperbaiki performa di musim berikut (2008-09), Milan membeli sejumlah pemain baru, di antaranya Mathieu Flamini dari Arsenal, serta Gianluca Zambrotta juventus dan Ronaldinho yang berasal dari Barcelona.

Pada transfer paruh musim 2008-09, Milan mendatangkan David Beckham dengan status pinjaman dari klub sepak bola Amerika Serikat LA Galaxy.

Era Leonardo

Pada akhir musim 2008-09, Milan menempati peringkat ke-3 klasemen liga Serie A, dua peringkat di bawah rival sekota, Internazionale yang meraih scudetto dan di bawah Juventus. Untuk memperbaiki hasil yang kurang memuaskan ini, Milan mendatangkan pelatih muda yang sekaligus mantan pemain Milan era 90-an, Leonardo untuk menggantikan pelatih Milan sebelumnya, Ancelotti yang "hijrah ke London", tepatnya klub Chelsea.

Masalah terbesar yang mengganjal transfer para pemain tersebut adalah pihak Milan yang selalu berpikir dua kali untuk mengeluarkan uang demi membeli seorang pemain. Pada bulan Juli dan Agustus 2009, Milan mendapatkan dua pemain baru, yaitu Oguchi Onyewu yang merupakan seorang mantan bek Standard Liège dengan status bebas transfer dan Klaas-Jan Huntelaar bekas penyerang Real Madrid dengan nilai kontrak 14,7 juta Euro.

Namun hasil yang di dapatkan Milan pada turnamen pra-musim banyak menuai kekecewaan, pemain anyar yang diturunkan oleh Milan pada saat tur pra-musim hanya Oguchi Onyewu karena Huntelaar baru bergabung bulan Agustus.

Musim 2009-10 diawali Milan dengan hasil yang tidak memuaskan. Bermula ketika Milan meraih hasil imbang 2-2 melawan Los Angeles Galaxy, seterusnya, Milan terus menuai hasil negatif. Milan terperosok di ajang World Football Challange 2009. Di ajang Audi Cup, Milan juga kalah oleh Bayern München dengan skor 1–4. Bahkan, ketika menghadapi derby 30 Agustus 2009 melawan Internazionale di San Siro, Milan kalah memalukan dengan skor 0-4, sekaligus memecahkan rekor kemenangan terbesar Inter di San Siro.

Pertengahan Oktober 2009, penilaian berbagai pihak tentang kinerja Leonardo sebagai pelatih yang tadinya berada di titik terendah akibat serentetan performa buruk, mulai terdongkrak dengan berhasilnya Leonardo memimpin Milan mengalahkan AS Roma 2-1 di San Siro.[18] Setelah kemenangan itu, Milan juga menuai hasil positif di Stadion Santiago Bernabéu dengan kemenangan dramatis atas Real Madrid 3-2.[19] Dan setelah itu, Milan kembali menuai kemenangan atas Chievo Verona di Stadio Marc'Antonio Bentegodi, kandang Chievo, skor 2-1 untuk kemenangan AC Milan. Pada 1 November 2009, Milan mengalahkan Parma di San Siro 2-0[20] sekaligus mengantarkan Milan ke peringkat 4 klasemen sementara (Zona masuk Liga Champions terakhir). Pada 19 November 2009, kekalahan 0-2 Juventus dari Cagliari membuat Milan berada di posisi runner-up di bawah Internazionale; karena, beberapa jam setelah kekalahan Juventus, Milan memenangkan pertandingannya dengan Catania, 2-0.[21]

Memasuki bagian akhir musim Serie A April 2010, Milan yang tengah berada di peringkat ketiga dan hanya selisih 4 poin dari peringkat pertama kelasemen AS Roma, dan hanya berjarak 1 poin dengan peringkat kedua Inter Milan. Namun pada akhirnya Milan harus takluk dua kali berturut-turut dari Sampdoria 2-1, dan dari Palermo dengan skor 3-1. Dengan kekalahan tersebut, impian Milan untuk meraih gelar musim ini pupus. Pada pertandingan di giornata terakhir Serie A 2009-10 antara Milan melawan Juventus, Leonardo memimpin Milan mengalahkan Juventus 3-0 di San Siro,[22] sekaligus memberi kontribusi terakhirnya bagi rossoneri, dan mengumumkan bahwa ia akan berhenti melatih Milan untuk musim depan.[23] Sejak mundurnya Leonardo, banyak spekulasi yang berpendapat mengenai pelatih baru Milan, tetapi pada 25 Juni 2010, secara mengejutkan pihak Milan mengumumkan untuk memilih Massimiliano Allegri sebagai pelatih baru Milan.[24]

Era Allegri

Musim 2010-11, Milan dipimpin oleh Massimiliano Allegri, dengan berbagai pembaruan mulai dari sponsor (bwin.com digantikan Emirates), hingga lini pemain. Di akhir bursa transfer, secara mengejutkan Milan memboyong Zlatan Ibrahimovic dari F.C. Barcelona (dengan opsi pinjaman dan pembelian 24 juta Euro di akhir musim), dan Robinho dari Manchester City. Awal musim, Milan dikejutkan dengan kekalahan 0-2 dari tim promosi A.C. Cesena, meski dalam pertandingan tersebut baik Ibrahimovic maupun Robinho memulai debutnya. Pada pertandingan derby tanggal 14 November 2010, Milan mengalahkan Internazionale di Giuseppe Meazza dengan gol tunggal penalti Ibrahimovic. Pada transfer paruh musim, Milan memboyong sejumlah pemain anyar seperti Antonio Cassano dari U.C. Sampdoria, Mark van Bommel dari Bayern München, dan Nicola Legrottaglie dari Juventus. Di ajang Liga Champions, Milan yang berhasil menembus babak penyisihan grup dipermalukan Tottenham Hotspur dengan skor 0-1 di San Siro. 13 Maret 2011, Milan mengalami hasil seri 1-1 dengan penghuni dasar klasemen A.S. Bari, minggu berikutnya 19 Maret, Milan dipermalukan U.S. Città di Palermo 0-1 di Stadion Renzo Barbera. Kekalahan tersebut membuat jarak poin dengan posisi 2 Internazionale berkurang menjadi 2 poin, dan itu terjadi tepat sebelum derby Milan putaran kedua. 2 April, derby antara Milan dan Inter berlangsung di San Siro, berakhir dengan kemenangan Milan 3-0, berkat 2 gol Pato dan 1 gol Cassano. Pada 7 Mei 2011, Milan meraih hasil imbang 0-0 dengan A.S. Roma, 1 poin tambahan hasil seri membuat poin Milan menjadi 78 poin, tak terkejar peringkat 2 Inter karena kalah head-to-head, dan membuat Milan meraih gelar juara Serie A atau scudetto yang ke-18.[25] Pada 6 Agustus 2011, Milan bertemu kembali dengan Inter dalam rangka pertandingan Piala Super Italia, Milan sebagai juara Serie A bertemu Inter sebagai juara Piala Italia. Milan memenangi pertandingan tersebut 2-1 melalui gol Ibrahimovic dan Boateng, sementara gol Inter dicetak oleh Wesley Sneijder, membuat Milan unggul 1 Piala Super (6) dari Inter (5),[26][27] Namun gagal untuk mengulang di liga, finishing kedua di belakang Juventus. Setelah tempat ketiga di liga musim berikutnya, di akhir putaran pertama Serie A 2013–14, finis di posisi kedelapan, klub berbasis di Milan telah memecat pelatih Massimiliano Allegri, sementara mempercayakan tugas kepada asisten pelatih Mauro Tassotti.

Warna dan lambang

Kostum yang dikenakan oleh Milan di Final Liga Champions 2007

Warna kostum kebanggaan Milan adalah merah-hitam,atau dalam bahasa Italia: Rossoneri,[28] namun anehnya, di ajang final suatu kompetisi yang tidak memakai format kandang-tandang (contoh:Liga Champions), Milan selalu memakai warna kostum putih. Tradisi ini dipercaya membawa keberuntungan untuk Milan. Dengan enam kali menang dari delapan laga final Liga Champions berkostum putih (hanya kalah melawan Ajax pada 1995 dan Liverpool pada 2005) membuat tradisi ini semakin kukuh dipertahankan. Selain kedua kostum Milan (merah-hitam dan putih), Milan memiliki kostum ketiga (third kit) berwarna hitam dengan sentuhan garis merah di beberapa bagian.

Untuk "beberapa tahun" belakangan, lambang Milan memakai sentuhan bendera Milan (flag of Milan), yaitu lambang yang terlihat seperti lambang salib berwarna merah pada lambang Milan, yang aslinya adalah bendera dari Saint Ambrose.[29] Panggilan Milan yang lainnya, Il Diavolo Rosso (setan merah) berasal dari lambang bintang yang dikenakan Milan di atas lambang klubnya.[29] Bintang tersebut dikenakan Milan pada 1979 karena Milan sudah memenangkan lebih dari sepuluh gelar lokal (scudetto Serie A). Saat ini, lambang klub Milan adalah untuk dipersembahkan kepada bendera Comune di Milano, dengan singkatan ACM di atas dan tahun berdirinya 1899 di bawah.[29]

Stadion

Pemandangan San Siro pada tahun 1934.
San Siro tampak luar di malam hari.
San Siro tampak dari dalam

Stadion tim adalah San Siro, dengan 80.018 kursi, secara resmi dikenal sebagai Stadion Giuseppe Meazza setelah mantan pemain yang mewakili kedua Milan dan Inter Milan. Nama yang lebih umum digunakan, San Siro, adalah nama daerah di mana itu terletak. Milan lebih memilih penyebutan stadion ini dengan San Siro daripada Giuseppe Meazza karena Giuseppe Meazza lebih terkenal sebagai legenda Inter Milan. San Siro telah menjadi kandang dari Milan sejak 1926, ketika dibangun empat mata oleh dari dana presiden Milan pada saat itu, Piero Pirelli. Konstruksi dilakukan oleh 120 pekerja, dan mengambil 13 dan setengah bulan untuk menyelesaikan. Stadion ini dimiliki oleh klub itu sampai dijual ke dewan kota pada tahun 1935, dan sejak tahun 1947 telah berbagi dengan Inter Milan, ketika klub Milanese utama lainnya diterima sebagai penyewa bersama.

Pertandingan pertama dimainkan di stadion itu pada tanggal 19 September 1926 saat Milan kalah 6-3 dalam pertandingan persahabatan melawan Internazionale. Milan memainkan pertandingan liga pertama di San Siro pada 19 September 1926, kalah 1-2 untuk Sampierdarenese. Dari kapasitas awal 35.000 penonton, stadion ini telah mengalami beberapa renovasi besar, baru-baru ini dalam persiapan untuk Piala Dunia FIFA 1990 saat kapasitas yang ditetapkan untuk 85.700, semua ditutupi dengan atap polikarbonat. Pada musim panas tahun 2008 kapasitasnya telah dikurangi menjadi 80.018, dalam rangka memenuhi standar baru yang ditetapkan oleh UEFA.

Berdasarkan model Inggris untuk stadion, San Siro dirancang khusus untuk pertandingan sepak bola, sebagai lawan banyak stadion multi-tujuan yang digunakan di Serie A. Oleh karena itu terkenal di Italia dengan suasana fantastis selama pertandingan, berkat kedekatan berdiri ke lapangan. Penggunaan flare sering oleh pendukung memberikan kontribusi ke atmosfer tetapi praktik telah kadang-kadang menyebabkan masalah.

Pada tanggal 19 Desember 2005, wakil presiden Milan dan direktur eksekutif Adriano Galliani mengumumkan bahwa klub secara serius bekerja untuk relokasi. Dia mengatakan bahwa stadion baru Milan akan sebagian besar didasarkan pada Veltins-Arena dan akan mengikuti standar stadion sepak bola di Amerika Serikat, Jerman dan Spanyol. Berbeda dengan banyak stadion lain di Italia, stadion baru Milan kemungkinan akan digunakan hanya untuk sepak bola, tidak memiliki lintasan atletik. Hak penamaan stadion baru akan mungkin dijual ke sponsor, mirip dengan Arsenal, Stadion Emirates. Ini masih harus dilihat apakah rencana ini akan dilanjutkan atau jika ini hanyalah sebuah cara untuk memaksa pemilik (Comune di Milano) untuk menjual stadion ke Milan untuk biaya nominal sehingga untuk melanjutkan dengan renovasi besar-besaran. Kemungkinan Inter Milan mengosongkan San Siro dapat mempengaruhi proses.

Pada November 2023, Presiden Paolo Scaroni mengumumkan AC Milan telah mengajukan proposal untuk membangun stadion baru dengan kapasitas 70.000 tempat duduk, di samping kantor pusat klub dan museum di komune San Donato Milanese, pinggiran selatan Milan.[30]

Pendukung dan rivalitas

Curva Sud Milano pendukung setia AC Milan di laga kandang ataupun tandang.
Brigate Rossonere


Secara sejarah, AC Milan (dipanggil dengan "Milan" saja di Italia) didukung oleh kaum pekerja dan kelas buruh di Milan yang umumnya merupakan para pendatang dari daerah Italia selatan (atas dasar itulah julukan "Casciavit" / obeng diberikan untuk Milan),[31] sementara Inter lebih didukung orang-orang kaya.[31] Meskipun begitu, pada beberapa tahun terakhir, basis pendukung telah banyak berubah. Milan kini dimiliki oleh Yonghong Li, sementara Inter dimiliki oleh Zang Jindong.

Basis pendukung Milan yang disebut Milanisti mayoritas berhaluan politik sayap kiri, berseberangan dengan Inter yang didominasi oleh pendukung yang secara tradisional berhaluan sayap kanan. Grup pendukung (ultras) yang terkenal dari Milan adalah Fossa Dei Leoni[32] yang beraliran ekstrem kiri, dan Brigate Rossonere[32] yang beraliran ekstrem kanan. Menyusul keributan dengan suporter Inter pada derby musim kompetisi 2005-06, Fossa Dei Leoni membubarkan diri secara organisasi. Meskipun begitu, massa mereka masih setia mendukung Milan di tribun khusus bagian selatan stadion San Siro bersama kelompok lain, dengan sebutan Curva Sud.[32]

Menurut sebuah studi dari 2010, Milan adalah tim Italia paling didukung di Eropa, dengan lebih dari 18,4 juta pendukung. AC Milan memiliki kehadiran rata-rata kesembilan tertinggi dari klub sepak bola Eropa selama musim 2010-11, setelah Borussia Dortmund, FC Barcelona, Manchester United, Real Madrid, Bayern München, Schalke, Arsenal, dan Hamburg.[33][34][35][36][37]

Pendukung Genoa menganggap Milan saingan yang dibenci setelah pendukung Genoa, Vincenzo Spagnolo ditikam sampai mati oleh seorang pendukung Milan pada Januari 1995.[38] Namun, persaingan utama Milan adalah klub tetangga, Inter Milan, kedua klub bertemu di derby dua kali setiap musim Serie A. Nama Derby della Madonnina merujuk kepada Santa Perawan Maria, yang patung di atas Katedral Milan merupakan salah satu atraksi utama kota. Pertandingan biasanya menciptakan suasana yang hidup, dengan banyak membuka spanduk (sering humoris atau menyinggung) sebelum pertandingan dimulai. Suar sering kali dinyalakan dan memberikan kontribusi untuk tontonan tetapi mereka kadang-kadang menyebabkan masalah, termasuk ditinggalkannya leg kedua Liga Champions UEFA 2004–05 pada pertandingan perempat final antara Milan dan Inter pada tanggal 12 April 2005, setelah suar dilemparkan dari kerumunan oleh seorang pendukung Inter Milan terkena kiper Dida pada bahu.[39]

Pemain

Skuat tim utama

Per 2 September 2025.[40]

Catatan: Bendera menunjukkan tim nasional sesuai dengan peraturan kelayakan FIFA. Pemain bisa saja memiliki lebih dari satu kewarganegaraan non-FIFA.

No. Pos. Negara Pemain
1 GK Italia ITA Pietro Terracciano
2 DF Ekuador ECU Pervis Estupiñán
4 MF Italia ITA Samuele Ricci
5 DF Belgia BEL Koni De Winter
7 FW Meksiko MEX Santiago Giménez
8 MF Inggris ENG Ruben Loftus-Cheek
10 FW Portugal POR Rafael Leão
11 MF Amerika Serikat USA Christian Pulisic
12 MF Prancis FRA Adrien Rabiot
14 MF Kroasia CRO Luka Modrić
16 GK Prancis FRA Mike Maignan (Kapten)
18 FW Prancis FRA Christopher Nkunku
No. Pos. Negara Pemain
23 DF Inggris ENG Fikayo Tomori
24 DF Swiss  SUI Zachary Athekame
27 DF Jerman GER David Odogu
29 MF Prancis FRA Youssouf Fofana
30 MF Swiss  SUI Ardon Jashari
31 DF Serbia SRB Strahinja Pavlović
33 DF Italia ITA Davide Bartesaghi
46 DF Italia ITA Matteo Gabbia
56 MF Belgia BEL Alexis Saelemaekers
96 GK Italia ITA Lorenzo Torriani

Milan Futuro dan Sektor Pemuda

Per 29 August 2025.

Catatan: Bendera menunjukkan tim nasional sesuai dengan peraturan kelayakan FIFA. Pemain bisa saja memiliki lebih dari satu kewarganegaraan non-FIFA.

No. Pos. Negara Pemain
25 FW Belanda NED Cheveyo Balentien
34 DF Bulgaria BUL Valeri Vladimirov
No. Pos. Negara Pemain
37 GK Italia ITA Matteo Pittarella

Dipinjamkan

Per 6 September 2025.

Catatan: Bendera menunjukkan tim nasional sesuai dengan peraturan kelayakan FIFA. Pemain bisa saja memiliki lebih dari satu kewarganegaraan non-FIFA.

No. Pos. Negara Pemain
DF Rumania ROU Andrei Coubiș (ke Sampdoria sampai 30 Juni 2026)[41]
DF Spanyol ESP Álex Jiménez (footballer, born 2005) (ke Bournemouth sampai 30 Juni 2026)[42]
DF Italia ITA Vittorio Magni (ke Cesena sampai 30 Juni 2026)[43]
DF Italia ITA Filippo Terracciano (ke Cremonese sampai 30 Juni 2026)[44]
MF Aljazair ALG Ismaël Bennacer (at Dinamo Zagreb sampai 30 Juni 2026)[45]
MF Prancis FRA Warren Bondo (ke Cremonese sampai 30 Juni 2026)[46]
MF Italia ITA Christian Comotto (ke Spezia sampai 30 Juni 2026)[47]
No. Pos. Negara Pemain
MF Italia ITA Tommaso Pobega (ke Bologna sampai 30 Juni 2026)[48]
MF Italia ITA Kevin Zeroli (ke Monza sampai 30 Juni 2026)[49]
FW Italia ITA Francesco Camarda (ke Lecce sampai 30 Juni 2026)[50]
FW Italia ITA Lorenzo Colombo (ke Genoa sampai 30 Juni 2026)[51]
FW Spanyol ESP Álvaro Morata (ke Como sampai 30 Juni 2026)[52]

Pemain terkemuka

Nomor yang dipensiunkan

Paolo Maldini pemilik nomor punggung 3
Franco Baresi pemilik nomor punggung 6
No. Pemain Kebangsaan Posisi Debut di Milan Pertandingan Terakhir Ref
3* Paolo Maldini  Italia Bek tengah / Bek kiri 01985-01-2525 Januari 1985 02009-05-3131 Mei 2009 [53]
6 Franco Baresi  Italia Sweeper 01978-04-2323 April 1978 01997-06-011 Juni 1997 [53]

* Mungkin dikembalikan untuk salah satu dari kedua putranya, harus salah satu dari mereka bermain secara profesional untuk klub.

Staf kepelatihan saat ini

Massimiliano Allegri Pelatih Kepala saat ini
Per 8 Juli 2025.[54]
Position Name
Pelatih Kepala Italia Massimiliano Allegri
Asisten Pelatih Italia Marco Landucci
Asisten Teknis Italia Maurizio Trombetta
Italia Aldo Dolcetti
Italia Bernardo Corradi
Italia Francesco Magnanelli
Analis Pertandingan Italia Simone Bottitta
Pelatih Kiper Italia Claudio Filippi
Italia Daniele Borri
Pelatih Kebugaran Italia Andrea Riboli
Italia Simone Folletti
Fisioterapis Italia Stefano Grani
Pengamat Italia Roberto Bosco
Italia Emilio Doveri
Kepala medis Italia Stefano Mazzoni
Sports scientist Italia Marco Luison
Direktur Olahraga Albania Igli Tare
Direktur Teknik Prancis Geoffrey Moncada
Asisten Eksekutif Jerman Hendrik Almstadt
Manajer Akademi Italia Vincenzo Vergine

Presiden dan manajer

Sejarah kepresidensial

Selama di bawah pimpinannya, Silvio Berlusconi membangun Milan menjadi klub papan atas Eropa dengan memberi banyak gelar baik di tingkat domestik maupun internasional.

Milan memiliki bayak presiden sejak didirikan, beberapa dari mereka juga adalah pemilik klub dan presiden yang diistimewakan. Inilah daftar lengkapnya.[55]

 
Nama Tahun
Alfred Edwards 1899–1909
Giannino Camperio 1909
Piero Pirelli 1909–1928
Luigi Ravasco 1928–1930
Mario Bernazzoli 1930–1933
Luigi Ravasco 1933–1935
Pietro Annoni 1935
Pietro Annoni
G. Lorenzini
Rino Valdameri
1935–1936
Emilio Colombo 1936–1939
Achille Invernizzi 1939–1940
Umberto Trabattoni 1940–1944
Antonio Busini 1944–1945
Umberto Trabattoni 1945–1954
Andrea Rizzoli 1954–1963
Felice Riva 1963–1965
Federico Sordillo 1965–1966
 
Nama Tahun
Franco Carraro 1967–1971
Federico Sordillo 1971–1972
Albino Buticchi 1972–1975
Bruno Pardi 1975–1976
Vittorio Duina 1976–1977
Felice Colombo 1977–1980
Gaetano Morazzoni 1980–1982
Giuseppe Farina 1982–1986
Rosario Lo Verde 1986
Silvio Berlusconi 1986–2004
Komisi Presidensial 2004–2006
Silvio Berlusconi 2006–2008
Mengalami kelowongan[56] 2008–2012
Silvio Berlusconi[57] 2012–2017
Yonghong Li 2017-2018
Paolo Scaroni 2018–

Sejarah manajerial

Berikut ini adalah daftar pelatih Milan sepanjang sejarah.[58]

 
Nama Negara Tahun
Herbert Kilpin Inggris 1900–1908
Daniele Angeloni Italia 1906–1907
Komisi Teknik Italia 1907–1910
Giovanni Camperio Italia 1910–1911
Komisi Teknik Italia 1911–1914
Guido Moda Italia 1915–1922
Ferdi Oppenheim Austria 1922–1924
Vittorio Pozzo Italia 1924–1926
Guido Moda Italia 1926
Herbert Burgess Inggris 1926–1928
Engelbert König Austria 1928–1931
József Bánás Hungaria 1931–1933
József Viola Hungaria 1933–1934
Adolfo Baloncieri Italia 1934–1937
William Garbutt Inggris 1937
Hermann Felsner
József Bánás
Austria
Hungaria
1937–1938
József Viola Hungaria 1938–1940
Guido Ara
Antonio Busini
Italia
Italia
1940–1941
Mario Magnozzi Italia 1941–1943
Giuseppe Santagostino Italia 1943–1945
Adolfo Baloncieri Italia 1945–1946
Giuseppe Bigogno Italia 1946–1949
Lajos Czeizler Hungaria 1949–1952
Gunnar Gren Swedia 1952
Mario Sperone Italia 1952–1953
Béla Guttmann Hungaria 1953–1954
Antonio Busini Italia 1954
Hector Puricelli Uruguay 1954–1956
Giuseppe Viani Italia 1957–1960
Paolo Todeschini Italia 1960–1961
Nereo Rocco Italia 1961–1963
Luis Carniglia Argentina 1963–1964
Nils Liedholm Swedia 1963–1966
Giovanni Cattozzo Italia 1966
Arturo Silvestri Italia 1966–1967
Nereo Rocco Italia 1966–1972
Cesare Maldini Italia 1973–1974
 
Nama Negara Tahun
Giovanni Trapattoni Italia 1974
Gustavo Giagnoni Italia 1974–1975
Nereo Rocco Italia 1975
Paolo Barison Italia 1975-1976
Giovanni Trapattoni Italia 1976
Giuseppe Marchioro Italia 1976–1977
Nereo Rocco Italia 1977
Nils Liedholm Swedia 1977–1979
Massimo Giacomini Italia 1979–1981
Italo Galbiati Italia 1981
Luigi Radice Italia 1981–1982
Italo Galbiati Italia 1982
Francesco Zagatti Italia 1982
Ilario Castagner Italia 1982–1984
Italo Galbiati Italia 1984
Nils Liedholm Swedia 1984–1987
Fabio Capello Italia 1987
Arrigo Sacchi Italia 1987–1991
Fabio Capello Italia 1991–1996
Oscar Tabárez Uruguay 1996
Giorgio Morini Italia 1996–1997
Arrigo Sacchi Italia 1997
Fabio Capello Italia 1997–1998
Alberto Zaccheroni Italia 1998–2001
Cesare Maldini
Mauro Tassotti
Italia 2001
Fatih Terim
Antonio Di Gennaro
Turki
Italia
2001
Carlo Ancelotti Italia 2001–2009
Leonardo Brasil 2009–2010
Massimiliano Allegri Italia 2010–2014
Mauro Tassotti (caretaker) Italia 2014
Clarence Seedorf Belanda 2014
Filippo Inzaghi Italia 2014–2015
Sinisa Mihajlovic Serbia 2015–2016
Vincenzo Montella Italia 2016–2017
Gennaro Gattuso Italia 2017–2019
Marco Giampaolo Italia 2019
Stefano Pioli Italia 2019–2024
Paulo Fonseca Portugal 2024
Sergio Conceicao Portugal 2024-2025
Massimiliano Allegri Italia 2025-

Prestasi

Sebagian pandangan dari ruang trofi klub di Mondo Milan Museum

Milan adalah salah satu klub paling sukses di Italia, setelah memenangkan total 30 penghargaan domestik, selain keberhasilan kontinental mereka. Milan telah mendapatkan hak untuk menempatkan bintang di kausnya sebagai pengakuan atas fakta bahwa mereka telah memenangkan setidaknya sepuluh scudetti. Selain itu, klub secara permanen diizinkan untuk menampilkan lencana pemenang ganda di kemejanya karena telah memenangkan lebih dari lima Piala Eropa.[59]

Prestasi A.C. Milan
Tipe Kompetisi Gelar Musim
Domestik Serie A 19 1901, 1906, 1907, 1950–51, 1954–55, 1956–57, 1958–59, 1961–62, 1967–68, 1978–79, 1987–88, 1991–92, 1992–93, 1993–94, 1995–96, 1998–99, 2003–04, 2010–11, 2021-22
Serie B 2 1980–81, 1982–83
Piala Italia 5 1966–67, 1971–72, 1972–73, 1976–77, 2002–03
Piala Super Italia 8 1988, 1992, 1993, 1994, 2004, 2011, 2016, 2024
Kontinental