Tarsius lariang
Tarsius lariang, dalam bahasa Moma-Kulawi disebut Tangkahi atau Ahi, adalah jenis tarsius yang baru-baru ini dideskripsikan dan hidup di wilayah barat inti tengah Sulawesi . Enam spesimen museum dari spesies ini diketahui, dua di antaranya salah diidentifikasi sebagai tarsius kerdil sebelum identitas sebenarnya terungkap. Spesies ini diberi nama berdasarkan Sungai Lariang, sebuah sungai penting di wilayah Sulawesi tempat spesies ini berada.[2] Spesies ini memiliki bulu lebih gelap daripada tarsius Sulawesi lainnya. Bulu punggungnya berwarna coklat keabu-abuan. Ekor kehitaman berakhir dengan titik gelap seperti pensil. Ada lingkaran hitam yang terlihat jelas di sekitar mata. Ini adalah tarsius terbesar kedua; tarsius Sangihe yang lebih besar; berat tubuh yang dipublikasikan adalah 67 hingga 117 g. KeteranganTarsius Lariang ( T. lariang ) digambarkan dengan bulunya yang berwarna abu-abu gelap kekuningan, ekornya yang tebal menyerupai pensil berwarna hitam, garis-garis paranasal hitam yang bertanda halus, beserta bentuk tepi mata berwarna hitam yang membedakannya dengan tetangganya di sebelah timur (Tarsius dianae). Mereka tidak memiliki warna kecokelatan pada pahanya dan memiliki bintik botak kecil di pangkal telinganya. Untuk membedakannya dari tarsius daratan Sulawesi lainnya, mereka dibedakan dengan memiliki jari tengah ketiga yang lebih panjang. Namun, ia juga merupakan tarsius Sulawesi yang terbesar.[3] SebaranDistribusi T. lariang bersifat allopatrik atau parapatrik dan tidak ada spesies yang bersifat simpatrik.[3] Mereka hanya ditemukan di pulau Sulawesi, Indonesia bagian timur. Jangkauannya meliputi Teluk Palu hingga Selat Makassar hingga Taman Nasional Lore-Lindu. Populasi T. lariang terdapat di kedua sisi Sungai Lariang.[2] Ia sebagian besar mendiami bagian utara Sulawesi Barat dan berbatasan dengan kerabatnya Tarsius dentatus di sepanjang patahan Palu-Koro. Spesies ini hanya endemik di wilayah Sulawesi Tengah dan Barat.[4] Referensi
|