Samurah bin Jundab (bahasa Arab: سمرة بن جندب) atau Samurah bin Jundub adalah salah satu Sahabat NabiMuhammad dan wakil gubernur Bashrah di bawah kepemimpinan Ziyad ibn Abihi[2], kemudian naik menjadi gubernur tertinggi Irak dan kekhalifahan Umayyah timur, pada tahun 670-673. Dia juga merupakan ayah mertua Mukhtar al-Thaqafi, tokoh terkenal dalam pembalasan peristiwa Karbala.
Kehidupan
Saat Pertempuran Uhud, Samurah masih berusia 15 tahun, ia bisa diijinkan ikut setelah meyakinkan Muhammad bahwa itu ahli bergulat dengan orang dewasa.[3] Dalam pertempuran ini Samurah terluka oleh pasukan Quraisy.
Pada masa Khalifah Umar bin Khathab, setelah Abu Musa al-Asy'ari menaklukkan Khuzistan, dia menunjuk Samurah sebagai pemimpin atas daerah Suk al-Ahwaz. [4] Samurah menentang Khawarij dan menghukum mati mereka di wilayah Khurasan. Saat berkhutbah di Basrah, ia menjelaskan tentang Dajjal dan ciri-cirinya.[2]
Samurah memiliki seorang putra bernama Sulaiman. Salah satu keturunannya Marwan bin Jaʿfar bin Saʿad bin Sulaiman bin Samurah mengaku memiliki wasiat terakhir Samurah yang ia ucapkan kepada putra-putranya :
"Dan dengarlah, Taatilah Allah dan Rasul-Nya dan kitab-Nya dan kekhalifahan yang didasarkan pada perintah Tuhan, dan kesepakatan bersama (ijma')umat Islam". Rasulullah saw. memerintahkan kita untuk bersembahyang setiap malam ... dan dia mengajarakan kita, untuk shalat kapan saja kita mau baik pada waktu siang dan malam, tapi beliau memerintahkan kita untuk menghindari terbitnya matahari dan waktu terbenamnya; dan bersabda bahwa setan membersamai matahari saat ia terbenam, dan bangkit bersamanya di kala terbit. beliau juga memerintahkan kita agar menjaga semua waktu shalat (tepat waktu), dan bersaksi kepada kami tentang apa yang dimaksud dengan shalat al-wustha (dalam Q.S Al-Baqarah), dan memberi tahu kami bahwa itu adalah shalat Ashar".[5]
Hal ini sesuai dengan riwayat dari Ibnu Sirin, bahwa wasiat ini mengandung "banyak ilmu agama". [6] Samurah juga dikenal meriwayatkan banyak hadits pada putranya Sulaiman.[7]
^Abu'l-ʿAbbas Ahmad b. Jabir al-Baladhuri, KITAB FUTUH AL-BULDAN transl. Francis Clark Murgotten (1924)
^Abu Sulaymân Muḥammad b. ʿAbd Allâh b. Aḥmad al-Rabaʿî (d. 379 / 989), Waṣâyâ al-ʿUlamâ’ (Beirut: Dâr Ibn Kathîr, 1985), v.1, 88-9, from Ibn al-Aʿrâbî from ʿAbd Allâh b. Ayyûb al-Mukharrimî.
Ibn al-Aʿrâbî had quoted from it in his Muʿjam (al-Dammâm: Dâr Ibn al-Jawzî, 1997), v.4, 424, #1913. Ibn Saʿd refers to Marwan's waṣiʿah in al-Ṭabaqât al-Kubra (Beirut: Dâr Ṣâdr, 1968) v.6, 417.
^Ibn 'Abd al-Barr, ed. `Ali Muhammad al-Bijawi, Al-Isti`ab fi ma`rifat al-ashab (Cairo: Maktabah Nahdah, 1960), v.1, 197; perhaps quoted in Ibn Hajar, Tahdhib (Mu'assasat al-Risala, 1995), v.2, 116