Operasi Peppermint
Operasi Peppermint adalah nama sandi persiapan yang dilakukan oleh Proyek Manhattan dan Operasi Palagan Eropa Angkatan Darat Amerika Serikat (ETOUSA) untuk melawan pasukan Jerman yang mungkin mengganggu operasi pendaratan Normandia pada Juni 1944, selama berlangsungnya peristiwa Perang Dunia II. Menanggapi hal tersebut, Laboratorium Metalurgi di Chicago dan Victoreen Instrument Company di Cleveland, mengembangkan perangkat pendeteksi radiasi radioaktif portabel yang cocok digunakan di lapangan. Pada 1944, direktur Proyek Manhattan, Leslie Groves, mengutus Arthur V. Peterson ke Markas Besar Tertinggi Pasukan Ekspedisioner Sekutu (SHAEF), untuk memberikan pengarahan kepada Dwight D. Eisenhower dan para perwira seniornya. Pada awal 1944, ETOUSA menginisiasi Operasi Peppermint dengan mempersiapkan peralatan khusus. Sejumlah perangkat dan peralatan dikirim ke Inggris, yang terdiri dari pencacah Geiger, sebelas alat survey meter beserta 1.500 paket film yang akan digunakan untuk mengukur paparan radiasi. Kemudian, perangkat lainnya yang terdiri dari 5 perangkat pencacah Geiger, 25 alat survey meter dan 1.500 paket film lainnya, disimpan di Amerika Serikat dengan kondisi siap kirim melalui udara dengan prioritas tertinggi. Sejumlah tim dipersiapkan untuk menangani perangkat dan peralatan tersebut, tim Chemical Corps dilatih dalam hal penggunaannya, sedangkan tim Signal Corps dilatih untuk melakukan perawatan terhadap perangkat tersebut. Seluruh perangkat disimpan dalam kondisi yang siap digunakan, tetapi persiapan atas penggunaan perangkat tersebut tidak dilakukan, karena Jerman belum mengembangkan persenjataan semacam itu. Latar belakangPada September 1942, ketika Proyek Manhattan menerima tanggung jawab atas pengembangan senjata nuklir, mereka juga mengambil alih tanggung jawab atas pengembangan tindakan balasan yang sesuai, karena ketika itu, ancaman akan proyek senjata nuklir Jerman, ditanggapi dengan sangat serius.[1] Pertimbangan diberikan guna menerbitkan peringatan publik terhadap bahaya serangan nuklir Jerman terhadap Amerika Serikat. Namun, direktur Proyek, Leslie Groves, menganggap bahwa kemungkinan akan hal ini terjadi, cukup jauh, sehingga ia menolak gagasan untuk mengambil langkah drastis.[2] Sebuah subkomite dari Komite Eksekutif S-1 yang dipimpin oleh James B. Conant bersama para anggotanya yang terdiri dari Conant sendiri, Arthur Compton dan Harold Urey, ditunjuk untuk melihat permasalahan tersebut, sekaligus menilai tingkat bahayanya yang rendah, tetapi masih cukup untuk menjamin pengambilan beberapa tindakan pencegahan. Sebuah program yang diprakarsai oleh Laboratorium Metalurgi di Chicago dan Victoreen Instrument Company di Cleveland, mengembangkan perangkat pendeteksi radiasi radioaktif yang cocok untuk digunakan di lapangan. Hingga 1943, sejumlah 48 perangkat pendeteksi radiasi portabel telah dibuat, separuh dari jumlah perangkat tersebut dapat mendeteksi 0 hingga 10 Röntgen per hari, sementara separuhnya lagi dapat mendeteksi dari 0 hingga 100 Röntgen per hari. Perangkat-perangkat tersebut disimpan di kantor-kantor Distrik Manhattan di Boston, Kota New York, San Fransisco dan Washington D.C. Para insinyur area dan beberapa petugas lainnya, diinstruksikan atas penggunaan perangkat tersebut. Laboratorium Metalurgi membentuk sebuah tim ilmuwan khusus yang dapat menanggapi setiap laporan terhadap penggunaan senjata nuklir dan racun-racun radioaktif.[1] Jerman dianggap akan mungkin menggunakan senjata jenis tersebut terhadap Inggris, oleh karenanya, empat perwira ETOUSA dipanggil ke Chicago, termasuk Jenderal G-3, George S. Eyster, untuk menerima pengarahan rahasia oleh insinyur area Chicago Distrik Manhattan, Arthur V. Peterson. Mereka diberitahukan tentang kemungkinan-kemungkinan bentuk serangan semacam itu, termasuk dampak dan gejala-gejalanya dan mereka diberikan perangkat survey serta ditunjukkan tentang bagaimana menggunakan perangkat-perangkat tersebut. Mereka juga diperintahkan untuk menyampaikan ke perwira-perwira lain di palagan guna melaporkan fenomena pengembunan yang tidak dapat dijelaskan pada sebuah film atau sakit yang diderita dengan gejala-gejala terpapar radiasi.[3] PersiapanKetika jadwal operasi pendaratan Normandia (dengan sandi Operasi Overlord) semakin dekat pada awal tahun 1944, Groves beranggapan bahwa risiko untuk mengirim seorang perwira, tidak terlalu besar untuk bertemu dengan Panglima Tertinggi Dwight D. Eisenhower guna membahas tentang kemungkinan penggunaan racun-racun radioaktif, khususnya plutonium dan produk-produk fisi yang mungkin dapat dihasilkan dari reaktor-reaktor nuklir mereka.[4] Pada 8 April 1944, Peterson datang ke Markas Besar Tertinggi Pasukan Ekspedisioner Sekutu (SHAEF) untuk bertemu dengan Eisenhower beserta para perwiranya yang terdiri dari kepala staf Walter Bedell Smith, asisten kepala staf G-2 (intelijen), John Whiteley dan asisten kepala staf G-3 (operasi), Harold R. Bull.[5] Mereka mempertimbangkan untuk membentuk rencana aliansi yang bertujuan untuk melawan bahaya tersebut. Namun, Whiteley mengatakan bahwa sebelum rencana ini disetujui, ia harus berkoordinasi dengan komando Inggris. Kemudian, Eyster dari G-3 diperintahkan untuk mempersiapkan rencana operasi Amerika yang diberi nama sandi Operasi Peppermint.[5] Selanjutnya, Harold Stark, Carl Spaatz dan John C.H. Lee, diberikan pengarahan lebih lanjut. Eisenhower juga menulis surat kepada Hastings Ismay yang kala itu menjabat sebagai kepala staf Perdana Menteri Inggris, Winston Churchill, untuk mengabarkan kepala staff Inggris bahwa, tidak ada pemberitahuan bagi panglima Inggris atau Amerika yang benar-benar turut serta dalam Operasi Overlord.[6] Selanjutnya, Inggris mengadopsi rencana yang serupa dengan Operasi Peppermint, lalu SHAEF menerima tanggung jawab untuk berkoordinasi atas upaya Amerika dan Inggris, sementara dukungan ilmiah didatangkan dari Laboratorium Cavendish.[5] Operasi Peppermint dipersiapkan untuk:
Dalam operasi Peppermint, perintah-perintah diterbitkan bagi para tenaga medis untuk melaporkan secara terperinci setiap adanya pengembunan atau penggelapan dari film fotografis atau sinar-X, kemudian petugas medis diperintahkan untuk melaporkan penyakit yang etiologinya tidak diketahui, melibatkan kelelahan, mual, leukopenia atau eritema.[8] Pada awal 1944, terdapat sebelas alat survey meter dan pencacah Geiger yang telah dikirim ke Inggris, bersamaan dengan 1.500 paket film.[9] Sejumlah perangkat lain yang terdiri dari 25 alat survey meter, 5 pencacah Geiger dan 1.500 paket film, disimpan di Amerika Serikat dalam kondisi yang siap kirim melalui udara dengan prioritas tertinggi.[7] Peterson menginstruksikan anggota dari Chemical Corps untuk penggunaan perangkat tersebut, sementara perawatan perangkat, dilakukan oleh anggota dari Signal Corps.[8] Latihan operasi dengan skala penuh, dilakukan pada minggu-minggu menjelang D-Day, bertujuan untuk menguji rencana dan peralatan-peralatan. Pengamatan darat dan udara dilakukan untuk mendeteksi adanya zat-zat radioaktif di area-area pasukan yang terkonsentrasi dan pengamatan di area yang telah dibom di Inggris, tetapi tidak ditemukan adanya zat radioaktif tersebut.[7] HasilOperasi Peppermint tidak pernah dilaksanakan, karena Jerman tidak mengembangkan maupun menggunakan racun radioaktif. Setelah Hari Kemenangan di Eropa, seluruh perangkat, peralatan dan dokumen-dokumen terkait Operasi Peppermint dikumpulkan, lalu dikembalikan ke Amerika Serikat dan diserahterimakan ke Proyek Manhattan.[7] Namun, upaya yang dilakukan untuk mengembangkan perangkat pendeteksi radiasi portabel ini, tidaklah sia-sia. Perangkat dan peralatan tersebut digunakan oleh tim survei Proyek Manhattan untuk menilai dampak dari uji coba nuklir Trinity,[10] pengeboman Hiroshima dan Nagasaki,[11] serta Operasi Crossroads. Terdapat 10.000 lencana film yang telah digunakan.[12] Referensi
Pustaka
Pustaka lanjutanLapp, Ralph E. (Mei 1949). "Survey of nucleonics instrumentation industry". Nucleonics (dalam bahasa Inggris). 4 (5): 100–104. ISSN 0096-6207. PMID 18126152. Pranala luar
|