Mikhail Gorbachev
Mikhail Sergeyevich Gorbachev[e] (2 Maret 1931 – 30 Agustus 2022) adalah seorang politikus Rusia dan Uni Soviet yang menjadi pemimpin Uni Soviet kedelapan dan terakhir. Ia menjabat sebagai Sekretaris Jenderal Partai Komunis Uni Soviet sejak tahun 1985 hingga 1991. Sebagai Kepala Negara Uni Soviet dari 1988 sampai 1991, ia memegang jabatan Ketua Presidium Majelis Agung Uni Soviet dari 1988 sampai 1989, Ketua Majelis Agung Uni Soviet dari 1989 sampai 1990, dan satu-satunya Presiden Uni Soviet dari 1990 hingga pengunduran dirinya pada tahun 1991. Gorbachev pada awalnya menganut ideologi Marxisme–Leninisme sebelum berubah haluan ke demokrasi sosial pada awal 1990-an. Ia juga merupakan satu-satunya pemimpin Uni Soviet yang lahir di Uni Soviet, bukan Kekaisaran Rusia seperti pemimpin Uni Soviet lainnya. Gorbachev terlahir pada sebuah keluarga petani miskin berlatar belakang Rusia dan Ukraina di Privolnoye, RSFS Rusia. Tumbuh pada masa kepemimpinan Josef Stalin, Gorbachev mengoperasikan pemanen kombinasi di lahan pertanian kolektif pada masa mudanya sebelum bergabung dengan Partai Komunis, yang saat itu memerintah Uni Soviet. Ketika menempuh studi di Universitas Negeri Moskwa, Gorbachev menikah dengan rekan mahasiswinya, Raisa Titarenko, pada tahun 1953 sebelum menerima gelar sarjana hukumnya pada tahun 1955. Berpindah ke Stavropol, Gorbachev bekerja di organisasi pemuda Komsomol dan, setelah kematian Stalin, menjadi pendukung keras reformasi de-Stalinisasi oleh Pemimpin Soviet Nikita Khrushchev. Pada tahun 1970, ia ditunjuk menjadi Sekretaris Pertama Partai di Komite Regional Stavropol. Pada saat menjabat jabatan tersebut, Gorbachev mengawasi pembangunan Kanal Besar Stavropol. Gorbachev kembali ke Moskwa untuk menjadi Sekretaris Komite Pusat Partai pada tahun 1978 dan bergabung dengan Politbiro pada tahun 1979. Tiga tahun setelah kematian Leonid Brezhnev, yang diikuti dengan masa jabatan singkat Yuri Andropov dan Konstantin Chernenko, Politbiro pada tahun 1985 memilih Gorbachev menjadi Sekretaris Jenderal Partai, pemimpin de facto Uni Soviet. Meskipun Gorbachev berkomitmen untuk mempertahankan keberlangsungan negara Soviet dan cita-cita Marxis-Leninisnya, Gorbachev yakin bahwa reformasi yang signifikan diperlukan, terutama setelah Bencana Chernobyl 1986. Ia menarik pasukan dari Perang Soviet–Afganistan dan mulai melakukan pertemuan tingkat tinggi dengan Presiden Amerika Serikat Ronald Reagan untuk membahas pembatasan senjata nuklir dan menyelesaikan Perang Dingin. Ia memulai kebijakan glasnost ('keterbukaan') untuk peningkatan kebebasan berbicara dan kebebasan pers serta kebijakan perestroika ('restrukturisasi') untuk mendesentralisasikan pembuatan keputusan ekonomi demi meningkatkan efisiensi. Langkah-langkah demokratisasinya dan pembentukan Kongres Perwakilan Rakyat terpilih membuat Uni Soviet bukan lagi sebuah negara bersistem satu partai. Gorbachev juga menolak mengintervensi secara militer negara-negara Blok Timur yang meninggalkan pemerintahan komunisnya pada tahun 1989–1990. Di dalam negeri, sentimen nasionalis berkembang dan mengancam pembubaran Uni Soviet yang menyebabkan kaum Marxis–Leninis garis keras melancarkan Kudeta Agustus yang gagal kepada Gorbachev pada tahun 1991. Setelah itu, Uni Soviet dibubarkan—bertentangan dengan keinginan Gorbachev—dan ia mengundurkan diri dari jabatannya. Setelah meninggalkan jabatannya, Gorbachev mendirikan Yayasan Gorbachev, menjadi kritikus vokal bagi Presiden Rusia Boris Yeltsin dan Vladimir Putin, serta menyerukan gerakan demokratis sosial di Rusia. Gorbachev dianggap secara luas sebagai salah satu tokoh paling penting pada paruh kedua abad ke-20. Seorang penerima berbagai penghargaan, termasuk Penghargaan Nobel Perdamaian, Gorbachev dipuji secara luas atas peran pentingnya dalam mengakhiri Perang Dingin, memperkenalkan kebebasan politik baru di Uni Soviet, serta menoleransi kejatuhan administrasi Marxis–Leninis di Eropa Timur, Eropa Tengah, dan reunifikasi Jerman. Sebaliknya, ia sering dicemooh di Rusia akibat mempermudah jalannya kejatuhan Uni Soviet, peristiwa yang menyebabkan berkurangnya pengaruh Rusia di mata internasional dan memicu terjadinya krisis ekonomi Rusia. Kehidupan awalMasa kecil: 1931–1950![]() Gorbachev lahir pada tanggal 2 Maret 1931 di desa Privolnoye, dahulunya Krai Kaukasus Utara, Republik Sosialis Federasi Soviet Rusia, Uni Soviet.[1] Saat itu, Privolnoye terbagi menjadi etnis Rusia dan Ukraina dengan jumlah yang hampir sama.[2] Keluarga ayahnya merupakan etnis Rusia dan pindah ke daerah itu dari Voronezh beberapa generasi sebelumnya, sementara keluarga ibunya adalah keturunan etnis Ukraina dan pindah ke daerah itu dari Chernihiv.[3] Orang tua Gorbachev menamainya Viktor, tetapi atas desakan ibunya—seorang Kristen Ortodoks taat—ia dibaptis secara rahasia, dengan kakeknya membaptisnya dengan nama Mikhail.[4] Hubungannya dengan ayahnya, Sergei Andreyevich Gorbachev, termasuk dekat; sedangkan hubungannya dengan ibunya, Maria Panteleyevna Gorbacheva (née Gopkalo), lebih dingin dan sering dihukum.[5] Orang tuanya tergolong miskin,[6] mereka hidup sebagai petani.[7] Orang tua Gorbachev menikah ketika remaja pada tahun 1928.[8] Mereka mempertahankan tradisi setempat dengan tinggal bersama di rumah ayah Sergei—sebuah gubuk berdinding bata—sebelum gubuk mereka sendiri dapat terbangun.[9] Uni Soviet adalah negara satu partai yang diperintah oleh Partai Komunis, dan pada masa kanak-kanak Gorbachev berada di bawah kepemimpinan Josef Stalin. Stalin telah memulai proyek kolektivisasi massal di pedesaan, sesuai dengan ide-ide Marxis–Leninisnya, yang ia yakini bahwa proyek tersebut dapat membantu mengubah negaranya menjadi sebuah masyarakat sosialis.[10] Kakek dari pihak ibu Gorbachev bergabung dengan Partai Komunis dan membentuk kolkhoz (pertanian kolektif) pertama di desa itu pada tahun 1929 dan menjadi ketuanya.[11] Lahan pertanian ini berada 19 kilometer (12 mi) di luar desa Privolnoye dan ketika berumur 3 tahun, Gorbachev meninggalkan rumah orang tuanya dan pindah ke kolkhoz bersama kedua orang tua ibunya.[12] Uni Soviet mengalami bencana kelaparan tahun 1932–1933 yang menyebabkan dua paman dan satu bibi dari pihak ayahnya meninggal.[13] Kejadian ini diikuti dengan Pembersihan Besar-Besaran, yaitu peristiwa yang terjadi pada semua orang yang dituduh sebagai "musuh rakyat", termasuk orang-orang yang bersimpati kepada interpretasi saingan Marxisme seperti Trotskyisme, ditangkap dan dihukum di kamp kerja paksa, jika tidak dieksekusi. Kedua kakek Gorbachev ditangkap (kakek dari ibunya tahun 1934 dan kakek dari ayahnya tahun 1937) dan menghabiskan waktu di kamp Gulag sebelum dibebaskan.[14] Setelah dibebaskan bulan Desember 1938, kakek dari ibunya mengatakan bahwa ia disiksa oleh polisi rahasia yang berpengaruh pada pandangan Gorbachev muda.[15] Setelah pecahnya Perang Dunia II pada tahun 1939, Tentara Jerman menginvasi Uni Soviet pada bulan Juni 1941. Pasukan Jerman menduduki Privolnoye selama 4,5 bulan pada tahun 1942.[16] Ayah Gorbachev bergabung dengan Tentara Merah dan bertempur di garis depan; ia sempat keliru dinyatakan telah gugur dalam pertempuran. Ia bertempur di Pertempuran Kursk sebelum kembali ke rumah dalam kondisi terluka.[17] Setelah Jerman dikalahkan, orang tua Gorbachev memiliki anak kedua, Aleksandr, pada tahun 1947. Pasangan tersebut tidak memiliki anak lagi, membuat Aleksandr menjadi sang bungsu.[8] Sekolah di desa Gorbachev ditutup selama perang tetapi dibuka kembali pada musim gugur tahun 1944.[18] Gorbachev awalnya tidak mau kembali sekolah, tetapi akhirnya ia melanjutkannya dan unggul dalam segi akademis.[19] Ia sangat suka membaca. Ia berganti-ganti bacaan dari novel Barat karya Thomas Mayne Reid hingga karya-karya Vissarion Belinsky, Aleksandr Pushkin, Nikolai Gogol, dan Mikhail Lermontov.[20] Pada tahun 1946, Gorbachev bergabung dengan Komsomol, organisasi politik pemuda Soviet. Ia menjadi pemimpin di kelompok lokalnya dan kemudian terpilih menjadi komite Komsomol di distrik tersebut.[21] Dari sekolah dasar, ia pindah ke sekolah menengah di Molotovskoye. Ia tinggal di sana seminggu dan pulang ke rumah dengan berjalan kaki sejauh 19 km (12 mi) ketika akhir pekan.[22] Ia juga menjadi anggota komunitas drama sekolah,[23] ia menyelenggarakan kegiatan olahraga dan sosial serta memimpin kelas latihan pagi.[24] Ia rutin pulang ke rumah pada musim panas dari tahun 1946 dan seterusnya untuk membantu ayahnya mengoperasikan pemanen kombinasi. Terkadang, mereka dapat bekerja hingga 20 jam sehari.[25] Pada tahun 1948, mereka berhasil memanen lebih dari 8.000 kuintal gandum. Dari keberhasilan pemanenan ini, ayah Gorbachev dianugerahi Orde Lenin, sementara Gorbachev dianugerahi Orde Panji Merah Buruh.[26] Universitas: 1950–1955
— Surat Gorbachev meminta keanggotaan Partai Komunis, 1950[27] Bulan Juni 1950, Gorbachev menjadi kandidat anggota Partai Komunis.[27] Ia juga mendaftarkan diri di fakultas hukum Universitas Negeri Moskwa (MGU),[f] universitas paling prestisius di negara tersebut kala itu. Ia diterima tanpa diminta mengikuti ujian, kemungkinan karena latar belakangnya yang berasal dari kelas buruh-petani serta Orde Panji Merah Buruh yang dimilikinya.[28] Ia memilih studi di bidang hukum, sesuatu yang tidak biasa karena bidang hukum tidak terlalu dilirik masyarakat Uni Soviet kala itu.[29] Pada umur 19 tahun, ia pergi ke Moskwa dengan kereta, pertama kalinya bagi Gorbachev untuk meninggalkan daerah asalnya.[30] Di Moskwa, ia tinggal bersama kawan universitasnya di sebuah asrama di Distrik Sokolniki.[31] Ia dan teman-teman dari desa awalnya merasa canggung dengan teman-teman dari kota Moskwa, tetapi Gorbachev dapat dengan cepat beradaptasi.[32] Teman-temannya mengatakan bahwa ia bekerja sangat keras, sering hingga larut malam.[33] Ia mendapatkan reputasi sebagai mediator ketika ada perselisihan,[34] dan dikenal kritis di kelas, meskipun hanya beberapa kali ia pernah menyampaikan pendapat pribadinya; salah satunya adalah ia pernah menyampaikan kritiknya ke beberapa siswa mengenai norma yurisprudensi Soviet yang merupakan pengakuan terbukti bersalah, menegaskan bahwa pengakuan tersebut bisa saja dipaksakan.[35] Ketika menjalani studinya, kampanye antisemitisme sedang merajalela di Uni Soviet yang berpuncak pada Rencana Para Dokter. Gorbachev secara publik membela seorang siswa Yahudi yang dituduh tidak setia kepada negara oleh salah satu teman mereka.[36] Di MGU, ia menjadi kepala Komsomol di kelasnya dan kemudian menjadi Wakil Sekretaris Komsomol untuk Propaganda dan Agitasi di fakultas hukum.[37] Salah satu penugasan pertamanya dari Komsomol di Moskwa adalah memonitor proses pemilihan di Distrik Krasnopresnenskaya untuk memastikan keinginan pemerintah agar jumlah pemilih dapat mendekati 100%. Gorbachev menemukan bahwa sebagian besar dari mereka memilih "karena takut".[38] Pada tahun 1952, ia diangkat menjadi anggota penuh Partai Komunis.[39] Sebagai anggota partai dan Komsomol, ia ditugaskan untuk memonitor siswa-siwa yang berpotensi subversif; beberapa temannya mengatakan bahwa ia melakukannya dengan sangat minim dan mereka mempercayainya untuk menyimpan beberapa informasi rahasia yang tidak diketahui pemerintah.[40] Gorbachev berteman baik dengan Zdeněk Mlynář, murid Cekoslowakia yang nantinya menjadi pengideologi utama dalam Musim Semi Praha 1968. Mlynář teringat bahwa mereka berdua tetap berkomitmen menjadi seorang Marxis–Leninis meski mereka khawatir mengenai sistem stalinisme.[41] Setelah kematian Stalin pada bulan Maret 1953, Gorbachev dan Mlynář bergabung dengan masyarakat lainnya untuk berkumpul melihat pembaringan kenegaraan jasad Stalin.[42] ![]() Di MGU, Gorbachev bertemu dengan Raisa Titarenko, perempuan Ukraina yang belajar di departemen filsafat.[43] Raisa sebenarnya sudah berlamaran dengan orang lain tetapi gagal dan akhirnya memulai hubungan dengan Gorbachev.[44] Mereka pergi ke toko buku, museum, dan pertunjukan seni bersama-sama.[45] Pada awal tahun 1953, Gorbachev magang di sebuah kantor prokurator di distrik Molotovskoye, tetapi ia kesal dengan arogansi dan ketidakkompetenan pegawai di sana.[46] Pada musim panasnya, ia kembali ke Privolnoye untuk bekerja membantu ayahnya memanen; uang yang didapatkan membuatnya dapat membayarkan pernikahan.[47] Pada tanggal 25 September 1953, ia dan Raisa mendaftarkan pernikahan mereka di Kantor Registrasi Sokolniki;[47] dan pada bulan Oktober mereka pindah bersama-sama ke asrama Bukit Lenin.[48] Raisa menyadari bahwa ia hamil. Keduanya ingin mempertahankan kehamilan Raisa, tetapi pada akhirnya ia jatuh sakit dan membutuhkan aborsi untuk menyelamatkan hidupnya.[49] Bulan Juni 1955, Gorbachev lulus dengan pujian;[50] tugas akhirnya membahas keunggulan "demokrasi sosialis" (sistem politik Soviet) dari "demokrasi borjuis" (demokrasi liberal).[51] Setelahnya, ia ditugaskan di kantor Kejaksaan Soviet, yang saat itu berfokus pada rehabilitasi korban tak bersalah akibat pembersihan Stalin, tetapi mengetahui bahwa mereka tidak memiliki pekerjaan untuknya.[52] Ia ditawarkan sebuah pekerjaan di MGU di sebuah kelas pascasarjana yang khusus membahas mengenai hukum kolkhoz, tetapi ia menolak.[53] Gorbachev tetap ingin tinggal di Moskwa, tempat Raisa diterima di program doktoral, tetapi akhirnya malah mendapat pekerjaan di Stavropol. Raisa sendiri akhirnya meninggalkan studinya untuk tinggal bersama Gorbachev di sana.[54] Perkembangan di Partai KomunisKomsomol di Stavropol: 1955–1969![]() Bulan Agustus 1955, Gorbachev mulai bekerja di kantor prokurator regional Stavropol, tetapi tidak suka dengan pekerjaannya dan memanfaatkan kenalannya untuk memindahkannya ke Komsomol.[55] Di Komsomol, ia menjadi Wakil Direktur Departemen Agitasi dan Propaganda di daerah itu.[56] Saat memegang jabatan ini, ia mengunjungi desa-desa di kawasan itu dan mencoba meningkatkan taraf hidup penduduk; ia membuat lingkar diskusi di desa Gorkaya Balka untuk membantu para petani mendapatkan kontak sosial.[57] Gorbachev dan Raisa mulanya menyewa ruangan kecil di Stavropol,[58] berjalan kaki keliling kota tiap malam, dan mendaki daerah pedesaan di akhir pekan.[59] Bulan Januari 1957, Raisa melahirkan putrinya, Irina,[60] dan pada tahun 1958 mereka pindah ke sebuah apartemen komunal dengan menyewa dua ruangan.[61] Pada tahun 1961, Gorbachev menempuh gelar keduanya di bidang produksi pertanian. Ia mengambil pendidikan jarak jauh di Institut Pertanian Stavropol dan mendapatkan diplomanya pada tahun 1967.[62] Istrinya juga menempuh gelar keduanya dan mendapatkan gelar PhD bidang sosiologi pada tahun 1967 dari Institut Pendidikan Moskwa;[63] sementara di Stavropol ia juga bergabung dengan Partai Komunis.[64] Stalin pada akhirnya diteruskan oleh Nikita Khrushchev sebagai pemimpin Soviet. Khrushchev mengecam kepemimpinan serta kultus pribadi Stalin dalam sebuah pidato bulan Februari 1956 dan setelahnya meluncurkan proses de-Stalinisasi kepada seluruh masyarakat Soviet.[65] Biografer William Taubman mengatakan bahwa Gorbachev "mewujudkan semangat reformis" zaman Khrushchev.[66] Gorbachev termasuk di antara mereka yang menganggap diri mereka sebagai "Marxis sejati" atau "Leninis sejati" berbeda dengan apa yang mereka anggap sebagai penyimpangan Stalin.[67] Ia membantu menyebarkan pesan anti-Stalinis Khrushchev di Stavropol, tetapi menghadapi banyak tentangan dari mereka yang menganggap Stalin sebagai pahlawan atau mereka yang memuji pembersihan besar-besaran Stalin.[68] Gorbachev naik perlahan di tingkat administrasi lokal.[69] Pemerintah menganggapnya sebagai tokoh yang dapat diandalkan secara politis[70] dan ia akan memuji atasannya. Sebagai contoh, ia mendapat dukungan dari politisi lokal terkemuka Fyodor Kulakov.[71] Dengan kemampuannya untuk mengalahkan rivalnya, beberapa rekan membenci kesuksesannya.[72] Bulan September 1956, ia dinaikkan jabatannya menjadi Sekretaris Pertama Komsomol Kota Stavropol, membuatnya bertanggung jawab atas kota tersebut.[73] Pada bulan April 1958, ia ditunjuk menjadi Wakil Kepala Komsomol di seluruh kawasan itu.[74] Pada titik ini, ia telah mendapatkan akomodasi yang lebih baik, yaitu apartemen dua ruangan dengan dapur, toilet, dan kamar mandi pribadi.[75] Di Stavropol, ia membentuk klub diskusi bagi pemuda[76] dan membantu memobilisasi pemuda lokal untuk ambil bagian dalam kampanye pertanian dan pembangunan Khrushchev.[77] ![]() Bulan Maret 1961, Gorbachev menjadi Sekretaris Pertama Komsomol Regional,[78] ia berusaha untuk menunjuk wanita sebagai pemimpin kota dan distrik pada saat menjabat jabatan itu.[79] Pada tahun 1961, Gorbachev menjadi penerima delegasi Italia untuk Festival Pemuda Dunia di Moskwa.[80] Pada bulan Oktober tahun itu, ia menghadiri Kongres Partai Komunis Uni Soviet ke-22.[81] Gorbachev dipromosikan menjadi Kepala Personil Komite Pertanian Regional Partai pada bulan Januari 1963[82] dan menjadi Sekretaris Pertama Organisasi Partai Kota Stavropol ("Gorkom") pada bulan September 1966.[83] Pada tahun 1968, ia bertambah frustrasi dengan pekerjaannya—sebagian besarnya karena reformasi Khrushchev yang terhenti atau bahkan mengalami kemunduran—dan sempat berpikir untuk meninggalkan politik dan menjadi akademisi.[84] Namun, pada bulan Agustus 1968, ia menjadi Sekretaris Kedua Kraikom Stavropol, menjadikan Gorbachev wakil dari Sekretaris Pertama Leonid Yefremov dan tokoh kedua paling utama di daerah Stavropol.[85] Pada tahun 1969, ia terpilih menjadi seorang wakil di Majelis Agung Uni Soviet dan menjadi anggota Komisi Tetap Perlindungan Lingkungan.[86] Diizinkan untuk bepergian ke negara-negara Blok Timur, pada tahun 1966 ia menjadi bagian dari delegasi yang berkunjung ke Jerman Timur. Ia juga mengunjungi Bulgaria pada tahun 1969 dan 1974.[87] Bulan Agustus 1968, Uni Soviet memimpin invasi ke Cekoslowakia untuk mengakhiri Musim Semi Praha, sebuah masa liberalisasi politik di negara yang menganut Marxisme–Leninisme. Meskipun Gorbachev nantinya menyatakan bahwa ia memiliki kekhawatiran pribadi mengenai invasi ini, secara terbuka ia mendukungnya.[88] Pada bulan September 1969, ia menjadi bagian dari delegasi Soviet yang dikirim ke Cekoslowakia, ia mendapati ketika itu para penduduk sangat tidak menyukai mereka.[89] Tahun itu, otoritas Soviet memerintahkannya untuk menghukum Fagim B. Sadykov, seorang profesor filsafat Institut Agronomi Stavropol yang ide-idenya dianggap sebagai kritik terhadap kebijakan pertanian Soviet. Gorbachev memastikan bahwa Sadykov dipecat dari mengajar, tetapi tidak menghiraukan perintah untuk menghukumnya lebih jauh.[90] Gorbachev pada kemudian hari menceritakan bahwa ia "sangat terpengaruh" oleh insiden itu; "hati nurani membuatku terasa tersakiti" karena mengawasi penganiayaan Sadykov.[91] Memimpin Kawasan Stavropol: 1970–1977Bulan April 1970, Yefremov dipromosikan ke jabatan yang lebih tinggi di Moskwa dan Gorbachev melanjutkannya menjadi Sekretaris Pertama Kraikom Stavropol. Dari jabatannya yang baru ini, Gorbachev memiliki wewenang yang signifikan di seluruh kawasan Stavropol.[92] Ia diperiksa oleh pemimpin senior Kremlin untuk jabatan ini dan keputusan mereka diberitahukan oleh pemimpin Soviet, Leonid Brezhnev.[93] Berumur 39 kala itu, Gorbachev jauh lebih muda daripada pendahulu-pendahulunya ketika naik di jabatan itu.[94] Sebagai kepala daerah Stavropol, ia secara otomatis menjadi anggota Komite Pusat Partai Komunis Uni Soviet pada tahun 1971.[95] Menurut biografer Zhores Medvedev, Gorbachev "kini bergabung dengan superelite Partai".[96] Sebagai kepala daerah, Gorbachev mulanya menghubungkan kegagalan ekonomi dan kegagalan lainnya dengan "ketidakefisiensian dan ketidakkompetenan kader, kelemahan di struktur manajemen, atau kesenjangan legislasi", tetapi pada akhirnya menyimpulkan bahwa itu semua disebabkan oleh ekstrasentralisasi pembuatan kebijakan di Moskwa.[97] Gorbachev mulai membaca terjemahan bacaan-bacaan terlarang oleh penulis Marxis Barat seperti Antonio Gramsci, Louis Aragon, Roger Garaudy, dan Giuseppe Boffa, serta menjadi berada di bawah pengaruh mereka.[97] Tugas utama Gorbachev sebagai kepala daerah adalah menaikkan tingkat produksi pertanian yang terhalang akibat beberapa kejadian kekeringan parah pada tahun 1975 dan 1976.[98] Ia mengawasi perluasan sistem irigasi melalui pembangunan Kanal Besar Stavropol.[99] Pada bulan Maret 1972, Gorbachev dianugerahi Orde Revolusi Oktober oleh Brezhnev dalam suatu upacara di Moskwa karena telah mengawasi panen gandum di distrik Ipatovsky yang memecahkan rekor.[100] Gorbachev selalu berusaha menjaga kepercayaan Brezhnev kepadanya.[101] Sebagai seorang kepala daerah, Gorbachev berulang kali memuji Brezhnev dalam pidato-pidatonya, contohnya menyebut Brezhnev sebagai "negarawan luar biasa pada zaman kita".[102] Gorbachev dan istrinya sempat berlibur ke Moskwa, Leningrad, Uzbekistan, dan sebuah resor di Kaukasus Utara.[103] Mereka berlibur bersama Kepala KGB Yuri Andropov yang berbaik hati kepada Gorbachev dan menjadi pendukung penting kariernya.[104] Gorbachev juga membangun hubungan baik dengan tokoh-tokoh senior, termasuk Perdana Menteri Soviet, Aleksey Kosygin,[105] serta anggota partai senior Mikhail Suslov yang bertahan lama dalam posisinya.[106] Pemerintah menganggap Gorbachev cukup dapat dipercaya sehingga ia dikirimkan sebagai bagian dari delegasi Soviet ke Eropa Barat. Ia melakukan lima kali perjalanan ke sana antara tahun 1970 hingga 1977.[107] Bulan September 1971, ia menjadi bagian dari delegasi yang pergi ke Italia. Di sana mereka bertemu dengan perwakilan Partai Komunis Italia. Gorbachev menyukai budaya Italia, tetapi dikejutkan dengan kemiskinan dan kesenjangan yang ada di sana.[108] Ia mengunjungi Belgia dan Belanda pada tahun 1972; juga Jerman Barat pada tahun 1973.[109] Ia dan istrinya mengunjungi Prancis pada tahun 1976 dan 1977; pada kunjungan terakhirnya, mereka berkeliling negara tersebut dengan seorang pemandu dari Partai Komunis Prancis.[110] Gorbachev terkejut dengan betapa terbukanya orang-orang Eropa Barat untuk memberikan pendapat dan kritikan kepada pemimpin politik mereka, sesuatu yang tidak ada di Uni Soviet, yang kebanyakan orang tidak merasa aman untuk berbicara secara terbuka di sana.[111] Ia lantas menceritakan bahwa bagi dirinya dan istrinya, kunjungan-kunjungan ini, "Menggoyahkan keyakinan apriori kami atas superioritas sosialis di atas demokrasi borjuis".[112] Di sela-sela kesibukannya, Gorbachev tetap dekat dengan kedua orang tuanya. Setelah ayahnya mulai sakit parah pada tahun 1974, Gorbachev bepergian bersamanya di Privolnoye sesaat sebelum ia meninggal.[113] Putrinya, Irina, menikah dengan teman mahasiswanya, Anatoly Virgansky, pada bulan April 1978.[114] Pada tahun 1977, Majelis Agung Soviet menunjuk Gorbachev untuk mengetuai Komisi Tetap Urusan Pemuda atas pengalamannya memobilisasi para pemuda di Komsomol.[115] Sekretaris Komite Pusat: 1978–1984![]() Bulan November 1978, Gorbachev ditunjuk menjadi seorang Sekretaris Komite Pusat.[116] Penunjukannya sebagai sekretaris disetujui dengan suara bulat dari seluruh anggota Komite Pusat.[117] Untuk mengisi jabatan ini, Gorbachev dan istrinya berpindah ke Moskwa. Mereka mulanya diberikan sebuah dacha tua di luar kota. Mereka kemudian pindah ke dacha lain di Sosnovka sebelum akhirnya ditempatkan di sebuah rumah berdinding bata yang baru saja dibangun.[118] Ia sebenarnya juga diberikan sebuah apartemen di dalam kota, tetapi diberikan kepada putrinya dan menantunya karena Irina, putrinya, mulai bekerja di Institut Medis Kedua Moskwa.[119] Sebagai bagian dari elite politik Moskwa, Gorbachev dan istrinya kini memiliki akses perawatan kesehatan dan toko-toko khusus yang lebih mudah; mereka juga diberikan koki, pelayan, pengawal, dan sekretaris, meskipun banyak dari mereka sebenarnya adalah mata-mata KGB.[120] Di jabatan barunya, Gorbachev sering bekerja 12 hingga 16 jam sehari.[120] Ia dan istrinya sedikit bersosialisasi, tetapi suka mengunjungi teater dan museum di Moskwa.[121] Pada tahun 1978, Gorbachev ditunjuk menjadi Sekretariat Komite Pusat untuk Pertanian menggantikan teman lamanya, Kulakov, yang meninggal akibat serangan jantung.[122] Konsentrasi perhatian Gorbachev dalam bidang pertanian adalah hasil panen tahun 1979, 1980, dan 1981 yang semuanya buruk, sebagian besar akibat kondisi cuaca, sehingga negara harus melakukan impor untuk meningkatkan jumlah gandum.[123] Kekhawatirannya meningkat mengenai sistem manajemen pertanian negara, menganggap pengambilan keputusan yang terlalu tersentralisasi dari yang seharusnya lebih banyak dari bawah ke atas.[124] Gorbachev mulai mengangkat poin-poin tersebut pada pidato pertamanya di sebuah Sidang Pleno Komite Pusat pada bulan Juli 1978.[125] Ia mulai mengkhawatirkan kebijakan-kebijakan yang lain pula. Bulan Desember 1979, Soviet mengirimkan Tentara Merah ke tetangganya, Afganistan, untuk mendukung pemerintahan mereka yang berporos Soviet melawan pemberontak Islamis; Gorbachev secara pribadi berpikir bahwa ini adalah sebuah kesalahan.[126] Terkadang Gorbachev mendukung secara terbuka keputusan pemerintah; pada bulan Oktober 1980 misalnya, ia mendukung seruan Soviet agar pemerintah Marxis-Leninis Polandia menindak perbedaan pendapat dalam negeri mereka yang meningkat.[126] Pada bulan yang sama, ia dipromosikan dari seorang kandidat anggota menjadi anggota penuh Politbiro, otoritas pembuat kebijakan tertinggi di Partai Komunis.[127] Gorbachev menjadi anggota termuda Politbiro saat itu.[127] ![]() Setelah kematian Brezhnev pada bulan November 1982, Andropov menggantikannya sebagai Sekretaris Jenderal Partai Komunis, kepala pemerintahan de facto di Uni Soviet. Gorbachev sangat antusias dengan penunjukan itu.[128] Meskipun Gorbachev berharap Andropov akan memperkenalkan reformasi liberalisasi, yang akhirnya terjadi hanyalah pergantian personel saja dan bukannya perombakan struktural.[129] Gorbachev menjadi rekan terdekat Andropov di Politbiro;[130] atas desakan Andropov, Gorbachev terkadang mengetuai sidang Politbiro.[131] Andropov mendorong Gorbachev agar memperluas cakupan dari kebijakan pertanian ke bidang-bidang lainnya untuk mempersiapkannya ke jabatan yang lebih tinggi nantinya.[132] Pada bulan April 1983, Gorbachev membawakan pidato tahunan memperingati hari ulang tahun pendiri Soviet Vladimir Lenin;[133] hal ini membuatnya harus membaca ulang tulisan-tulisan Lenin selanjutnya, dengan yang terakhir disebutkan adalah perihal reformasi dalam konteks Kebijakan Ekonomi Baru 1920-an dan mendorong keyakinan pribadi Gorbachev bahwa reformasi diperlukan.[134] Bulan Mei 1983, Gorbachev dikirimkan ke Kanada, bertemu dengan Perdana Menteri Pierre Trudeau, serta memberikan pidato di Parlemen Kanada.[135] Di sana, ia bertemu dan berteman dengan Duta Besar Soviet, Aleksandr Yakovlev, yang kemudian menjadi rekan politik kunci.[136] Bulan Februari 1984, Andropov wafat; di ranjang kematiannya, Andropov mengindikasikan keinginannya agar Gorbachev yang meneruskannya.[137] Namun, banyak anggota Komite Pusat yang menganggap Gorbachev yang berumur 53 tahun kala itu masih terlalu muda dan tidak berpengalaman.[138] Sebagai gantinya, Konstantin Chernenko—rekan lama Brezhnev—ditunjuk menjadi Sekretaris Jenderal, tetapi ia sendiri memiliki kondisi kesehatan yang sangat buruk.[139] Chernenko sering terlalu sakit untuk mengetuai sidang sehingga Gorbachev harus turun tangan di menit-menit terakhir.[140] Gorbachev terus mempererat rekan sekutu di Kremlin dan sekitarnya,[141] juga memberikan pidato utama dalam sebuah konferensi ideologi Soviet yang membuat kelompok garis keras partai marah karena telah menyiratkan bahwa negara butuh reformasi.[142] Bulan April 1984, Gorbachev ditunjuk mengetuai Komite Urusan Luar Negeri badan legislatif Soviet, sebuah jabatan kehormatan yang besar.[143] Ia pergi ke Italia pada bulan Juni sebagai perwakilan Soviet dalam pemakaman Pemimpin Partai Komunis Italia Enrico Berlinguer;[144] sementara pada bulan September ia ke Sofia, Bulgaria untuk menghadiri perayaan hari jadi ke-40 pembebasan Sofia oleh Tentara Merah.[145] Pada bulan Desember, ia berkunjung ke Britania atas permintaan Perdana Menteri Margaret Thatcher; Thatcher sadar bahwa Gorbachev adalah seorang yang berpotensi reformis sehingga Thatcher ingin bertemu dengannya.[146] Di akhir pertemuan mereka, Thatcher berkata, "Saya suka dengan Tuan Gorbachev. Kami bisa menjalankan urusan bersama."[147] Gorbachev merasa bahwa kunjungan ini dapat mengikis dominasi Andrey Gromyko atas kebijakan luar negeri Soviet yang pada saat yang bersamaan mengirim sinyal kepada pemerintah Amerika Serikat bahwa ia ingin memperbaiki hubungan Soviet dengan AS.[148] Sekretaris Jenderal Partai Komunis![]() Pada tanggal 10 Maret 1985, Chernenko meninggal.[149] Gromyko mengusulkan Gorbachev menjadi Sekretaris Jenderal berikutnya; sebagai anggota senior partai, rekomendasi Gromyko sangat dipertimbangkan oleh Komite Pusat.[150] Gorbachev memperkirakan akan banyak yang menentang pencalonannya sebagai Sekretaris Jenderal, tetapi akhirnya seluruh anggota Politbiro mendukungnya.[151] Tidak lama setelah Chernenko meninggal, Politbiro dengan suara bulat memilih Gorbachev sebagai penerusnya; mereka lebih menginginkan Gorbachev daripada pemimpin yang lebih tua.[152] Dengan ini, ia terpilih sebagai pemimpin ke-8 Uni Soviet.[7] Hanya sedikit orang dari kalangan pemerintahan yang memperkirakan ia bakal menjadi radikal layaknya seorang reformis seperti yang ia buktikan.[153] Meskipun tidak terlalu dikenal oleh masyarakat Soviet, mereka lega karena pemimpin yang baru terpilih bukan orang tua dan mengidap penyakit. [154] Penampilan pertamanya di depan publik sebagai pemimpin adalah ketika pemakaman Chernenko di Lapangan Merah pada tanggal 14 Maret.[155] Dua bulan setelah terpilih, ia meninggalkan Moskwa untuk pertama kalinya, berkunjung ke Leningrad, dan berbicara di hadapan publik di sana.[156] Ia mengunjungi Ukraina pada bulan Juni, Byelorusia pada bulan Juli, dan Oblast Tyumen pada bulan September; ia meminta anggota partai di daerah untuk lebih bertanggung jawab menyelesaikan permasalahan-permasalahan setempat.[157] Tahun-tahun awal: 1985–1986Gaya kepemimpinan Gorbachev berbeda dari para pendahulunya. Ia dengan senang hati akan berhenti sejenak untuk berbicara dengan rakyat di jalan, melarang pemasangan fotonya pada perayaan-perayaan hari libur di Lapangan Merah tahun 1985, dan mendorong diskusi terbuka pada rapat-rapat Politbiro.[158] Di negara-negara Barat, Gorbachev dipandang sebagai pemimpin Soviet yang lebih moderat dan tidak mengancam; tetapi beberapa komentator Barat meyakini bahwa ini adalah aksi Gorbachev untuk mengecoh negara-negara Barat agar mendapat rasa aman yang palsu.[159] Istrinya adalah penasihat terdekatnya, juga secara tidak resmi berperan seperti seorang "ibu negara", yaitu muncul bersama dengannya pada perjalanan luar negeri. Kemunculan publik istrinya merupakan praktik yang tidak lazim dan menimbulkan kebencian.[160] Pembantu dekatnya yang lain adalah Georgy Shakhnazarov dan Anatoly Chernyaev.[161] Gorbachev sadar bahwa Politbiro bisa saja menggulingkannya. Ia juga tidak bisa melanjutkan reformasi yang lebih jauh tanpa dukungan mayoritas di Politbiro.[162] Ia berusaha mengganti beberapa anggota senior dari Politbiro, mendorong Grigory Romanov, Nikolai Tikhonov, dan Viktor Grishin untuk pensiun.[163] Ia mempromosikan Gromyko menjadi kepala negara, sebuah peran seremonial dengan sedikit pengaruh; menempatkan rekan dekatnya, Eduard Shevardnadze, untuk menempati bekas posisi Gromyko yang bertanggung jawab di kebijakan luar negeri.[164] Rekan lain yang dipromosikan olehnya adalah Yakovlev, Anatoly Lukyanov, dan Vadim Medvedev.[165] Selain itu, ada pula Boris Yeltsin yang diangkat menjadi Sekretaris Komite Pusat pada bulan Juli 1985.[166] Sebagian besar orang yang diangkat ini merupakan pejabat-pejabat terdidik generasi baru yang frustrasi pada zaman Brezhnev.[167] Dalam setahun pertamanya, 14 dari 23 kepala departemen di sekretariat diganti.[168] Upaya ini mengamankan dominansi Gorbachev di Politbiro dalam setahun, lebih cepat daripada yang pernah dicapai Stalin, Khrushchev, maupun Brezhnev.[169] Kebijakan dalam negeri![]() Gorbachev berulang kali memperkenalkan istilah perestroika, yang pertama kali dikemukakan kepada publik pada bulan Maret 1984.[170] Ia berpandangan bahwa perestroika mencakup serangkaian reformasi kompleks untuk merestrukturisasi masyarakat dan ekonomi.[171] Gorbachev prihatin dengan produktivitas yang rendah, etos kerja yang jelek, dan kualitas barang produksi yang buruk di Soviet.[172] Ia takut hal ini nantinya akan membawa negara tersebut menjadi kekuatan tingkat kedua.[173] Tahap pertama dari perestroika adalah uskoreniye ('akselerasi'), istilah yang sering ia gunakan dalam 2 tahun pertama menjabat.[174] Uni Soviet berada di belakang Amerika Serikat dalam banyak bidang produksi,[175] tetapi Gorbachev mengklaim bahwa program ini akan mempercepat hasil industri untuk menyamai milik AS pada tahun 2000.[176] Rencana Lima Tahun 1985–1990 ditargetkan untuk meningkatkan pertumbuhan produksi antara 50% hingga 100%.[177] Untuk meningkatkan produktivitas pertanian, ia menggabungkan 5 kementerian dan sebuah komite negara menjadi satu entitas, yaitu Agroprom, meskipun pada akhir 1986 mengakui bahwa merger ini adalah sebuah kegagalan.[178] Tujuan dari reformasi adalah membantu ekonomi terencana yang terpusat—bukan bertransisi menuju sosialisme pasar. Dalam pidatonya pada akhir musim panas tahun 1985 kepada para sekretaris urusan ekonomi komite sentral partai-partai komunis di Eropa Timur, Gorbachev berkata, "Banyak dari Anda semua memandang solusi dari permasalahan-permasalahan yang ada dengan menggunakan mekanisme pasar, menggantikan perencanaan langsung. Beberapa dari Anda sekalian melihat pasar sebagai penyelamat ekonomi Anda. Namun, Kamerad, Anda seharusnya tidak memikirkan tentang penyelamat, tetapi yang membawa kita [untuk menyelesaikan masalah itu], dan hal itu adalah sosialisme."[179] Perestroika Gorbachev juga memerlukan upaya untuk berpindah dari manajemen ekonomi teknokratis dengan semakin melibatkan para tenaga kerja dalam proses produksi industri.[180] Ia berpandangan bahwa sekalinya dibebaskan dari kontrol kuat perencana pusat, perusahaan milik negara akan menjadi pelaku ekonomi.[181] Ia dan pemimpin Soviet yang lain tidak mengantisipasi adanya oposisi dari reformasi perestroika; menurut interpretasi Marxisme mereka, mereka percaya bahwa dalam suatu masyarakat sosialis seperti Uni Soviet tidak akan ada "kontradiksi antagonistis".[182] Namun, akan muncul persepsi publik di negara ini bahwa banyak birokrat hanya bercakap saja soal reformasi sembari mencoba merusaknya.[183] Gorbachev juga memulai konsep gospriyomka (dukungan negara untuk produksi) ketika ia memimpin,[184] yang merepresentasikan pengendalian mutu. Pada bulan April 1986, ia memperkenalkan reformasi agrarianisme yang menerapkan upah sesuai hasil tani dan memperbolehkan pertanian kolektif untuk menjual 30% dari produk mereka langsung kepada toko-toko atau koperasi daripada memberi semuanya kepada pemerintah untuk didistribusikan.[185] Dalam sebuah pidato bulan September 1986, ia merangkum gagasan untuk mengenalkan kembali ekonomi pasar di negara tersebut, juga memperkenalkan perusahaan swasta terbatas; mengutip Kebijakan Ekonomi Baru Lenin sebagai preseden. Ia terus menekankan bahwa ia menganggap hal ini bukanlah bentuk kembali kepada kapitalisme.[185] Konsumsi alkohol di Uni Soviet meningkat terus-menerus antara tahun 1950 dan 1985.[186] Pada tahun 1980-an, mabuk adalah masalah sosial utama dan telah direncanakan sebuah kampanye besar oleh Andropov untuk membatasi konsumsi alkohol. Didorong oleh istrinya, Gorbachev—yang percaya bahwa kampanye ini akan meningkatkan kesehatan dan efisiensi kerja—mengawasi implementasi program ini.[187] Produksi alkohol dikurangi sekitar 40%, usia legal untuk minum minuman keras ditingkatkan dari 18 menjadi 21 tahun, harga alkohol dinaikkan, toko-toko dilarang menjualnya sebelum pukul 14.00, dan hukuman lebih keras diperkenalkan untuk mabuk di depan umum, mabuk di tempat kerja, atau memproduksi alkohol di rumah.[188] Sebuah lembaga khusus dibuat untuk mengampanyekan anti-alkohol; anggotanya mencapai 14 juta orang dalam tiga tahun.[189] Hasilnya, angka kejahatan turun dan harapan hidup meningkat antara tahun 1986 dan 1987.[190] Namun, produksi alkohol ilegal malah meningkat pesat.[191] Reformasi ini juga cukup berpengaruh ke ekonomi Uni Soviet, menyebabkan kerugian sekitar 100 miliar dolar AS antara tahun 1985 dan 1990.[192] Gorbachev kemudian menganggap kampanye ini gagal,[193] dan menghapusnya pada bulan Oktober 1988.[194] Setelah program ini diakhiri, butuh waktu beberapa tahun untuk mengembalikan produksi alkohol ke tingkat sebelumnya, sehingga konsumsi alkohol kemudian meningkat pesat di Rusia antara tahun 1990 dan 1993.[195] ![]() Di tahun kedua kepemimpinannya, Gorbachev mulai berbicara tentang glasnost, atau 'keterbukaan'.[196] Menurut Doder dan Branson, hal ini berarti "keterbukaan dan keterusterangan yang lebih besar dalam urusan pemerintahan, serta perihal interaksi atas pelbagai perbedaan pandangan dan terkadang perselisihan pendapat dalam debat politik, pers, dan budaya Soviet".[197] Mendorong para reformis ke jabatan media yang terkemuka, ia membawa Sergey Zalygin menjadi kepala majalah Novy Mir dan Yegor Yakovlev menjadi kepala editor Moscow News.[198] Gorbachev menjadikan sejarawan Yuri Afanasiev Dekan Fakultas Arsip Bersejarah Negara, yang dari sini Afanasiev dapat mendesak pembukaan arsip rahasia dan menilai ulang sejarah Soviet.[167] Penyuara pendapat terkenal yang bertentangan dengan pemerintah Soviet, seperti Andrey Sakharov, dibebaskan dari pengasingan dalam negeri atau dari penjara.[199] Gorbachev menilai glasnost sebagai langkah yang diperlukan untuk menjamin berjalannya perestroika. Glasnost memperingati penduduk Soviet akan keadaan masalah negara, dengan harapan mereka dapat mendukung semangat Gorbachev dalam menyelesaikan masalah-masalah itu.[200] Lebih populer di antara inteligensia Soviet, yang menjadi pendukung utama Gorbachev,[201] glasnost menaikkan popularitasnya di masyarakat tetapi menjadi peringatan bagi kelompok garis keras Partai Komunis.[202] Bagi kebanyakan penduduk Soviet, tingkat kebebasan berbicara dan pers yang baru ini—dan pengungkapan masa lalu negara yang menyertainya—terasa tidak mengenakkan.[203] Beberapa orang di dalam partai menganggap langkah Gorbachev dalam reformasinya masih kurang jauh, terutama oleh kritikus liberal terkemuka Boris Yeltsin. Popularitas Yeltsin meningkat pesat sejak 1985, terutama setelah mengemban peran sebagai sekretaris partai di Moskwa.[204] Sama seperti orang-orang lain di pemerintahan, Gorbachev skeptis terhadap Yeltsin, merasa Yeltsin terlalu banyak mempromosikan diri sendiri.[205] Sementara itu, Yeltsin juga kritis terhadap Gorbachev, menganggap Gorbachev telah merendahkannya.[204] Pada awal tahun 1986, Yeltsin mulai menyerang Gorbachev dalam sidang Politbiro.[205] Ketika Kongres Partai ke-27, Yeltsin menyerukan reformasi yang lebih jauh daripada yang dimulai Gorbachev dan mengkritisi pimpinan partai, meskipun tidak menyebut nama Gorbachev secara langsung; mengeklaim bahwa kultus individu yang baru sedang terbentuk. Gorbachev kemudian membuka mimbar untuk tanggapan, menyebabkan Yeltsin dikritik oleh para peserta secara terbuka selama beberapa jam.[206] Setelah kejadian ini, Gorbachev juga mengkritisi Yeltsin, mengklaim bahwa Yeltsin hanya peduli pada dirinya sendiri dan "buta politik".[207] Yeltsin kemudian mengundurkan diri dari jabatan sekretaris partai Moskwa dan anggota Politbiro.[207] Dari sini, ketegangan antara keduanya berkembang menjadi saling membenci satu sama lain.[208] Bulan April 1986, Bencana Chernobyl terjadi.[209] Tak lama setelah kejadian, para pejabat memberikan informasi yang salah kepada Gorbachev agar insiden ini tampak kurang penting. Ketika skala bencana menjadi jelas, 336.000 orang terpaksa mengungsi dari kawasan sekitar Chernobyl.[210] Taubman mencatat bahwa bencana ini menandai "titik balik bagi Gorbachev dan rezim Soviet".[211] Beberapa hari setelahnya, Gorbachev memberikan kabar di televisi ke seluruh negeri.[212] Ia menyatakan bahwa bencana ini sebagai bukti dari yang ia sebut masalah yang meluas dalam masyarakat Soviet, seperti rendahnya kecakapan kerja dan ketidakmauan untuk berpindah tempat kerja.[213] Ia kemudian menggambarkan insiden ini sebagai salah satu yang membuatnya dapat menilai betapa tidak kompeten orang dan betapa seringnya orang menutup-nutupi masalah di Uni Soviet.[211] Mulai bulan April hingga akhir tahun tersebut, Gorbachev semakin terbuka dalam mengkritisi sistem di Soviet, termasuk produksi makanan, birokrasi negara, wajib militer, dan begitu besarnya jumlah orang yang dibui.[214] Kebijakan luar negeri![]() Bulan Mei 1985, dalam sebuah pidato kepada Kementerian Luar Negeri Soviet—pertama kalinya pemimpin Soviet menyampaikan pesan secara langsung kepada para diplomatnya—Gorbachev mengemukakan "restrukturisasi radikal" kebijakan luar negeri.[215] Masalah utama dalam kepemimpinannya adalah keikutsertaan Soviet dalam perang sipil di Afganistan yang telah berlangsung lebih dari lima tahun.[216] Bertahun-tahun lamanya, tentara Soviet banyak memakan korban jiwa dan banyak menuai kritik di masyarakat dan militer.[216] Keluar dari perang ini adalah prioritas utama Gorbachev.[217] Bulan Oktober 1985, Gorbachev menemui pemimpin Marxis Afganistan Babrak Karmal, memintanya untuk menyadari rendahnya dukungan publik kepada pemerintahannya dan mencoba bekerja sama dengan oposisi.[217] Bulan itu juga, Politbiro menyetujui keputusan Gorbachev untuk menarik tentara dari Afganistan, meskipun tentara terakhir baru keluar bulan Februari 1989.[218] Gorbachev juga mewarisi ketegangan tinggi pada era Perang Dingin.[219] Ia percaya bahwa sangat butuh memperbaiki hubungan dengan Amerika Serikat; ia terkejut dengan kemungkinan perang nuklir dan sadar bahwa Soviet tidak akan memenangkan perlombaan senjata. Kebutuhan untuk belanja militer yang tinggi juga merugikan keinginannya untuk reformasi dalam negeri.[219] Walaupun secara pribadi juga takut akan terjadinya perang nuklir, Presiden AS Ronald Reagan secara publik tidak menginginkan adanya penurunan tegangan antara kedua negara, menghapuskan détente dan kontrol senjata, memulai pengembangan militer, dan menyebut Uni Soviet sebagai "kekaisaran kejahatan".[220] Gorbachev dan Reagan menginginkan sebuah pertemuan untuk mendiskusikan Perang Dingin, tetapi mereka mendapat banyak tentangan terhadap langkah-langkah yang dilakukan pemerintah untuk ini.[221] Mereka setuju untuk mengadakan pertemuan di Jenewa, Swiss bulan November 1985.[222] Gorbachev juga memperbaiki hubungan dengan anggota NATO lainnya, ia berkunjung ke Prancis bulan Oktober 1985 untuk bertemu Presiden François Mitterrand.[223] Di Pertemuan Jenewa, diskusi antara Gorbachev dan Reagan terkadang memanas, Gorbachev pada awalnya frustasi karena pihak Amerika Serikat "tidak mau mendengar apa yang saya katakan".[224] Selain mendiskusikan perang proksi di Afghanistan dan Nikaragua serta isu hak asasi manusia, mereka juga mendiskusikan kebijakan Strategic Defense Initiative (SDI) AS yang sangat ditentang Gorbachev.[225] Istri-istri mereka juga bertemu dan menghabiskan waktu bersama di pertemuan tersebut.[226] Pertemuan ini berakhir dengan komitmen bersama menghindari perang nuklir dan bertemu pada 2 pertemuan berikutnya di Washington D.C. (1986) dan di Moskwa (1987).[225] Setelah pertemuan ini, Gorbachev menuju Praha untuk bertemu dengan pemimpin Pakta Warsawa lainnya.[227] ![]() Bulan Januari 1986, Gorbachev mengusulkan 3 tahap program perlucutan senjata nuklir dunia pada akhir abad ke-20.[229] Sebuah kesepakatan kemudian dicapai untuk bertemu dengan Reagan di Reykjavík, Islandia bulan Oktober 1986. Gorbachev menginginkan jaminan keamanan bahwa SDI tidak akan diimplementasikan, dan sebagai gantinya ia mau mengurangi jumlah misil jarak jauh Uni Soviet hingga 50%.[230] Kedua pemimpin setuju dengan tujuan bersama melucuti senjata nuklir, tetapi Reagan menolak untuk menghapus program SDI dan tidak ada kesepakatan yang dicapai.[231] Setelah pertemuan itu, banyak sekutu Reagan mengkritisinya karena ketidaksetujuannya terhadap ide perlucutan senjata nuklir.[232] Gorbachev juga mengatakan pada Politbiro bahwa Reagan "luar biasa primitif, hidup di gua, dan lemah secara intelektual".[232] Untuk hubungannya dengan negara berkembang, Gorbachev menemukan bahwa banyak negara sosialis atau pro-Soviet—seperti Muammar Khadafi (Libya) dan Hafez al-Assad (Suriah)—menjadi frustasi. Hubungan paling baik Gorbachev secara pribadi adalah dengan Perdana Menteri India Rajiv Gandhi.[216] Ia berpikir bahwa "kamp sosialis" yang berisi negara-negara dengan pemimpin Maxis–Leninis—negara-negara Blok Timur, Korea Utara, Vietnam, dan Kuba—merusak ekonomi Soviet karena mereka menerima barang jauh lebih banyak dari Uni Soviet ketimbang seluruh yang mereka berikan ke Uni Soviet.[233] Ia juga berusaha memperbaiki hubungan dengan Tiongkok, negara yang hubungannya sangat buruk dengan Soviet akibat Perpecahan Tiongkok-Soviet dan mengalami reformasi strukturalnya sendiri. Bulan Juni 1985, Gorbachev menandatangani perjanjian dagang sebesar US$14 miliar selama 5 tahun dan pada bulan Juli 1986, ia mengusulkan pengurangan tentara di sepanjang perbatasan Tiongkok-Soviet, menyebut Tiongkok sebagai "negara sosialis yang hebat".[234] Gorbachev menginginkan keanggotaan Soviet di Bank Pembangunan Asia dan menjalin hubungan lebih erat dengan negara-negara Pasifik, terutama Tiongkok dan Jepang.[235] Reformasi berlanjut: 1987–1989Reformasi dalam negeri![]() Bulan Januari 1987, Gorbachev menghadiri sebuah pleno Komite Pusat dan berbicara mengenai perestroika dan demokratisasi, juga mengkritik korupsi yang meluas.[236] Ia awalnya berencana untuk menyampaikan sebuah proposal yang bertujuan agar pemilu multipartai dapat diperbolehkan pada pidatonya itu, tetapi ia memutuskan untuk tak jadi melakukannya.[237] Setelah pleno tersebut, Gorbachev memfokuskan perhatiannya dalam reformasi ekonomi, mengadakan berbagai diskusi dengan pejabat pemerintahan dan ahli ekonomi.[238] Banyak ahli ekonomi mengusulkan pengurangan kontrol kementerian atas ekonomi dan memperbolehkan perusahaan milik negara untuk menetapkan target mereka sendiri; Ryzhkov dan pejabat-pejabat lain skeptis akan hal ini.[239] Pada bulan Juni, Gorbachev menyelesaikan laporannya perihal reformasi ekonomi. Laporannya mencerminkan sebuah kompromi: peran para menteri untuk menetapkan target output tetap dipertahankan tetapi akan dianggap tidak mengikat.[240] Pada bulan yang sama, sebuah pleno menyetujui rekomendasinya dan Majelis Agung menetapkan sebuah "undang-undang tentang perusahaan" untuk mengimplementasikan perubahannya.[241] Meskipun demikian, masalah ekonomi tetap muncul. Pada akhir 1980-an, masih terjadi kelangkaan bahan pokok yang meluas, inflasi meningkat, dan penurunan standar hidup.[242] Hal ini memicu pemogokan kerja penambang pada tahun 1989.[243] Pada tahun 1987, semangat glasnost menyebar ke seluruh masyarakat Soviet: para jurnalis menulis dengan lebih terbuka,[244] banyak masalah ekonomi diungkapkan kepada masyarakat,[245] dan studi-studi yang meninjau ulang sejarah Soviet secara kritis mulai bermunculan.[246] Gorbachev sangat mendukung hal-hal ini, ia menggambarkan glasnost sebagai "senjata perestroika yang penting dan tak tergantikan".[244] Meskipun demikian, ia mengharuskan masyarakat menggunakan kebebasan yang baru ini dengan bertanggung jawab, menyatakan bahwa para jurnalis dan penulis harus menghindari "sensasionalisme" dan harus "benar-benar objektif" dalam melaporkan.[247] Hampir dua ratus film Soviet yang dilarang sebelumnya dikeluarkan kembali; berbagai film Barat kini juga tersedia.[248] Pada tahun 1989, pertanggungjawaban Soviet atas Pembantaian Katyn 1940 pada akhirnya diungkapkan.[249] Bulan September 1987, pemerintah tak lagi melakukan jamming kepada sinyal British Broadcasting Corporation dan Voice of America.[250] Reformasi yang dilakukan juga memberikan toleransi yang lebih besar terhadap agama;[251] sebuah kebaktian Paskah untuk pertama kalinya dapat disiarkan di televisi Soviet dan perayaan milenium Gereja Ortodoks Rusia diperbolehkan mendapat perhatian dari media.[252] Banyak organisasi independen bermunculan, pendukung paling besar Gorbachev, meskipun yang terbesar, Pamyat, bersikap ultranasionalis dan antisemit.[253] Gorbachev juga mengumumkan bahwa para Yahudi Soviet yang ingin bermigrasi ke Israel diperbolehkan untuk melakukannya, sesuatu yang dulunya adalah tindakan terlarang.[254] Bulan Agustus 1987, Gorbachev berlibur di Nizhnaya Oreanda, Ukraina. Di sana, Gorbachev menuliskan Perestroika: New Thinking for Our Country and Our World atas saran penerbit AS.[255] Untuk Perayaan ke-70 Revolusi Oktober 1917, Gorbachev membuat sebuah pidato dalam "October and Perestroika: The Revolution Continues". Dibawakan dalam sesi bersama antara Komite Pusat dan Majelis Agung di Istana Kongres Kremlin, pidato ini memuji Lenin tetapi mengkritik Stalin atas pelanggaran HAM massal.[256] Para garis keras partai berpikiran bahwa pidato ini sudah terlalu jauh, sementara para liberalis berpikiran bahwa pidatonya tidak sejauh itu.[257] Bulan Maret 1988, majalah Sovetskaya Rossiya menerbitkan surat terbuka oleh seorang guru Nina Andreyava. Andreyava mengkritik unsur-unsur reformasi Gorbachev, menyerang apa yang dia anggap sebagai pencemaran nama baik era Stalinis dan menyerukan bahwa kelompok reformis—yang ia tuliskan bahwa kelompok ini kebanyakan Yahudi dan etnis minoritas—yang seharusnya disalahkan.[258] Lebih dari 900 surat kabar Soviet mencetak ulang surat terbuka ini dan para antireformis mendukungnya; banyak reformis panik karena takut ini akan menjadi pukulan balasan bagi perestroika.[259] Sekembalinya dari Yugoslavia, Gorbachev mengadakan rapat Politbiro untuk mendiskusikan surat tersebut, berhadapan langsung dengan para garis keras yang mendukung sentimen ini. Pada akhirnya, Politbiro mencapai keputusan bulat untuk menyampaikan ketidaksetujuan atas surat Andreyava dan menerbitkan bantahan di Pravda.[260] Bantahan Yakovlev dan Gorbachev mengklaim bahwa sesiapapun yang "mencari musuh internal di mana-mana" "bukanlah seorang patriot" dan menyampaikan juga bahwa "represi dan pelanggaran hukum besar-besaran" Stalin "sangatlah besar dan takkan dapat dimaafkan".[261] Membentuk Kongres Perwakilan RakyatMeskipun kongres partai selanjutnya tidak terjadwalkan hingga 1991, Gorbachev mengadakan Konferensi Partai ke-19 pada bulan Juni 1988. Dengan memperbolehkan jangkauan hadirin yang lebih luas daripada konferensi sebelumnya, ia berharap akan mendapatkan lebih banyak dukungan terhadap reformasinya.[262] Dengan pejabat dan akademisi yang simpatik, Gorbachev meyusun draf rencana reformasi yang akan mengalihkan kekuasaan dari Politbiro kepada soviet. Ketika sebagian besar soviet menjadi lembaga tak berkekuatan yang hanya menstempel kebijakan Politbiro, Gorbachev ingin menjadikan soviet lembaga legislasi sepanjang tahun. Ia mengusulkan pembentukan institusi baru, Kongres Perwakilan Rakyat, yang anggotanya dipilih melalui pemilu yang lebih bebas.[263] Kongres ini pada gilirannya akan memilih Majelis Agung Uni Soviet yang melakukan legislasi terbanyak.[264] ![]() Proposal-proposal ini merefleksikan keinginan Gorbachev untuk lebih berdemokrasi; tetapi, ia memandang bahwa akan ada halangan besar, yaitu masyarakat Soviet yang telah mengembangkan "psikologi budak" setelah berabad-abad di bawah autokrasi Ketsaran dan otoritarianisme Marxis–Leninis.[265] Dilaksanakan di Istana Kongres Kremlin, konferensi ini telah membawa 5.000 delegasi dan menampilkan argumen-argumen antara para garis keras dengan liberalis. Acara ini disiarkan di televisi, dan pertama kalinya sejak 1920-an, hasil voting tidak bulat.[266] Beberapa bulan setelah konferensi, Gorbachev berfokus untuk mendesain ulang dan meluruskan aparatur partai; staff Komite Pusat—yang kemudian berjumlah sekitar 3.000 orang—dipotong setengahnya, sementara berbagai departemen Komite Pusat digabungkan untuk mengurangi jumlahnya secara keseluruhan dari 20 menjadi 9 saja.[267] Bulan Maret dan April 1989, pemilihan umum untuk Kongres yang baru dilaksanakan.[268] Dari 2.250 legislator yang terpilih, seratus di antaranya—disebut "Seratus Merah" (Red Hundred) oleh pers—dipilih langsung oleh Partai Komunis, dengan Gorbachev memastikan kebanyakan dari mereka adalah reformis.[269] Meskipun lebih dari 85% perwakilan yang terpilih adalah anggota partai,[270] banyak dari mereka—termasuk Sakharov dan Yeltsin—adalah liberalis.[271] Gorbachev bahagia dengan hasilnya, mendeskripsikannya sebagai "kemenangan politik yang sangat besar di bawah keadaan yang luar biasa sulit".[272] Kongres yang baru ini bersidang bulan Mei 1989.[273] Gorbachev terpilih untuk mengetuainya—kepala negara de facto yang baru—dengan 2.123 suara mendukung dan 87 suara menolak.[274] Sesi Kongres ini disiarkan secara langsung di televisi,[274] dan anggotanya memilih Majelis Agung yang baru.[275] Di Kongres, Sakharov berpidato berulang kali, membuat Gorbachev jengkel akan seruannya untuk liberalisasi yang lebih besar dan pengenalan properti privat.[276] Ketika Sakharov wafat tak lama setelah itu, Yeltsin menjadi tokoh utama dari oposisi liberal.[277] Hubungan dengan Tiongkok dan negara Barat![]() Gorbachev mencoba meningkatkan hubungan dengan AS, Prancis, dan Jerman Barat;[278] sama seperti para pendahulunya, ia tertarik untuk menarik Eropa Barat dari pengaruh AS.[279] Menyeru untuk kerja sama pan-Eropa yang lebih besar, ia berpidato secara publik tentang "Rumah Eropa Bersama" dan Eropa "dari Atlantik sampai ke Ural".[280] Bulan Maret 1987, Thatcher mengunjunginya di Moskwa; kendati perbedaan ideologi mereka, mereka menyukai satu sama lain.[281] Pada April 1989, Gorbachev mengunjungi London dan makan siang bersama Elizabeth II.[282] Bulan Mei 1987, Gorbachev kembali mengunjungi Prancis, dan bulan November 1988, Mitterand berbalik mengunjunginya di Moskwa.[283] Kanselir Jerman Barat, Helmut Kohl pada awalnya menyinggung Gorbachev dengan menyamakannya dengan propagandis Nazi Joseph Goebbels, meskipun kemudian ia meminta maaf secara informal dan mengunjungi Moskwa bulan Oktober 1988.[284] Pada Juni 1989, Gorbachev berbalik mengunjungi Kohl di Jerman Barat.[285] Bulan No |