Share to: share facebook share twitter share wa share telegram print page

Josef Stalin

Josef Stalin
  • Иосиф Сталин
  • იოსებ სტალინი
Stalin pada tahun 1932
Sekretaris Jenderal Partai Komunis Uni Soviet
Masa jabatan
3 April 1922 – 16 Oktober 1952
Sebelum
Pendahulu
Vyacheslav Molotov(sebagai Sekretaris Penanggung Jawab)
Pengganti
Nikita Khrushchev (Sebagai Sekretaris Pertama)
Ketua Dewan Menteri Uni Soviet (Perdana Menteri)
Masa jabatan
6 Mei 1941 – 5 Maret 1953
Ketua PresidiumNikolay Shvernik
Deputi PertamaNikolai Voznesensky
Vyacheslav Molotov
Nikolai Bulganin
Sebelum
Pendahulu
Vyacheslav Molotov
Sebelum
Menteri Angkatan Bersenjata Uni Soviet[a]
Masa jabatan
19 Juli 1941 – 3 Maret 1947
Perdana MenteriDirinya sendiri
Sebelum
Pengganti
Nikolai Bulganin
Sebelum
Komisariat Rakyat untuk Kebangsaan
Masa jabatan
8 November 1917 – 7 Juli 1923
Perdana MenteriVladimir Lenin
Sebelum
Pendahulu
Kantor didirikan
Pengganti
Kantor dihapuskan
Sebelum
Informasi pribadi
Lahir
Ioseb Besarionis dze Jughashvili

(1878-12-18)18 Desember 1878
Gori, Kekaisaran Rusia
Meninggal5 Maret 1953(1953-03-05) (umur 74)
Moskow, Uni Soviet
MakamMausoleum Lenin, Moskow (9 Maret 1953 – 31 Oktober 1961)
Nekropolis Tembok Kremlin, Moskow (dari 31 Oktober 1961)
Partai politikPartai Komunis Uni Soviet (dari tahun 1912)
Afiliasi politik
lainnya
Suami/istri
(m. 1906; meninggal 1907)
(m. 1919; meninggal 1932)
Anak
Orang tua
Tanda tangan
JulukanKoba
Karier militer
Pihak
Dinas/cabangTentara Merah
Masa dinas1918–1920
PangkatGeneralissimus (dari tahun 1945)
KomandoAngkatan Bersenjata Uni Soviet (dari tahun 1941)
Pertempuran/perang
IMDB: nm0821672 Allocine: 538562 Allmovie: p370159
iTunes: 797639413 Musicbrainz: 835254cb-e7ee-43ed-a751-c96ba5543f36 IMSLP: Category:Stalin,_Joseph Find a Grave: 970 Modifica els identificadors a Wikidata
Keanggotaan lembaga pusat

Jabatan yang pernah dipegang
Daftar pemimpin Uni Soviet

  • a Meskipun menghapus jabatan Sekretaris Jenderal pada tahun 1952, Stalin tetap menggunakan kekuasaannya sebagai anggota tertinggi Sekretariat.
  • b Setelah kematian Stalin, Malenkov menggantikan sementara sebagai anggota tertinggi Sekretariat.
Sunting kotak info
Sunting kotak info • L • B
Bantuan penggunaan templat ini

Josef Stalin[b] (lahir dengan nama Ioseb Besarionis dze Jughashvili;[c] 18 Desember 1878 – 5 Maret 1953) adalah tokoh revolusi dan politikus Uni Soviet keturunan Georgia. Ia menjadi Pemimpin Uni Soviet sejak pertengahan era 1920-an sampai akhir hayatnya pada tahun 1953, dengan gelar Sekretaris Jenderal Partai Komunis Uni Soviet sejak tahun 1922 sampai 1952, dan Kepala Pemerintahan Uni Soviet sejak tahun 1941 sampai 1953. Meskipun mula-mula menjalankan pemerintahan Uni Soviet selaku kepala dari suatu rezim partai tunggal oligarkis yang memerintah dengan suara terbanyak relatif (pluralitas), Stalin akhirnya menjadi diktator de facto Uni Soviet pada era 1930-an. Sebagai pengamal setia gagasan-gagasan hasil tafsir Marxisme menurut teori-teori Leninisme, ia turut berjasa membakukan gagasan-gagasan ini menjadi paham Marxisme–Leninisme, sementara kebijakan-kebijakannya sendiri akhirnya dikenal dengan sebutan Stalinisme.

Putra keluarga miskin asal Gori, Kekaisaran Rusia, ini mengawali perjalanan karier revolusionernya dengan menjadi anggota Partai Buruh Demokrat Sosial Rusia yang berhaluan Marxis pada masa mudanya. Sebagai anggota partai, ia bekerja menyunting surat kabar partai, Pravda, dan menghimpun dana bagi faksi Bolshevik pimpinan Vladimir Lenin dengan cara merampok, melakukan penculikan, dan menjual jasa keamanan. Ia berulang kali ditahan, dan beberapa kali harus menjalani hukuman pengasingan di dalam negeri. Setelah kaum Bolshevik berhasil mengambil alih pemerintahan Rusia melalui Revolusi Oktober 1917, Stalin masuk menjadi anggota Politbiro, badan eksekutif partai komunis. Selaku anggota Politbiro, Stalin turut terlibat dalam proses pembentukan Uni Soviet pada tahun 1922. Setelah Lenin jatuh sakit lalu wafat pada tahun 1924, Stalin tampil menjadi pemimpin baru Uni Soviet. Di bawah rezim Stalin, "Sosialisme dalam Satu Negara" menjadi asas utama dari dogma partai, dan Kebijakan Ekonomi Baru yang dicanangkan oleh Lenin digantikan dengan ekonomi terpimpin yang tersentralisasi. Dengan menggunakan sistem Rencana Lima Tahun, Uni Soviet berusaha melakukan kolektivisasi dan industrialisasi yang berjalan dengan pesat, tetapi tidak mampu menghindari kemelut di bidang produksi pangan yang menimbulkan bencana kelaparan 1932–1933. Guna mengenyahkan pihak-pihak yang dianggap sebagai "musuh-musuh kelas pekerja", Stalin melancarkan gerakan "Pembersihan Besar-Besaran" yang mengakibatkan lebih dari sejuta orang dipenjarakan dan sekurang-kurangnya 700.000 orang dihukum mati antara 1934 sampai 1939.

Rezim Stalin berusaha menyebarluaskan paham Marxisme-Leninisme ke luar Rusia melalui organisasi Komunis Internasional, dan mendukung gerakan-gerakan antifasis di seluruh Eropa pada era 1930-an, khususnya gerakan antifasis dalam perang saudara di Spanyol. Pada tahun 1939, rezim Stalin dan Jerman Nazi menandatangani sebuah kesepakatan untuk tidak saling menyerang. Atas dasar kesepakatan ini, Uni Soviet dan Jerman Nazi bersama-sama menginvasi Polandia, tetapi Jerman secara sepihak mengingkari kesepakatan ini dengan menginvasi Uni Soviet pada tahun 1941. Meskipun mula-mula terdesak, Tentara Merah Soviet mampu memukul mundur pasukan Jerman, bahkan berhasil merebut kota Berlin pada tahun 1945, dan mengakhiri Perang Dunia II di Eropa. Uni Soviet menganeksasi negara-negara Baltik dan menyokong pembentukan rezim-rezim pro-Uni Soviet di hampir seluruh kawasan tengah dan timur Eropa, di Tiongkok, dan di Korea Utara. Seusai Perang Dunia II, Uni Soviet dan Amerika Serikat tampil menjadi dua negara adidaya di tataran dunia. Ketegangan-ketegangan yang timbul di antara kedua negara adidaya ini memuncak menjadi Perang Dingin antara Blok Timur yang didukung Soviet dan Blok Barat yang didukung Amerika Serikat. Stalin memimpin negaranya melewati kurun waktu pembangunan kembali pascaperang, dan pada kurun waktu inilah, tepatnya pada tahun 1949, Uni Soviet berhasil mengembangkan senjata nuklir. Pada tahun-tahun ini pula Uni Soviet sekali lagi mengalami bencana kelaparan dahsyat, dan merebaknya kampanye antisemit yang berpuncak pada kasus persekongkolan para dokter. Stalin wafat pada tahun 1953, dan jabatannya selaku kepala negara Uni Soviet di kemudian hari diduduki oleh Nikita Khrushchev yang justru mengecam pendahulunya itu dan memelopori suatu proses de-Stalinisasi atas segenap lapisan masyarakat Soviet.

Sebagai salah seorang tokoh terpenting pada abad ke-20 menurut anggapan banyak orang, Stalin menjadi subjek dari suatu kultus individu yang mewabah dalam gerakan Marxis-Leninis internasional. Bagi para pemujanya, Stalin adalah pahlawan sosialisme dan kelas pekerja. Meskipun Uni Soviet akhirnya bubar pada tahun 1991, masih banyak orang di Rusia dan Georgia yang mengaguminya sebagai seorang pemimpin yang jaya pada masa perang, dan berjasa membangun Uni Soviet menjadi sebuah kekuatan besar di mata dunia. Sebaliknya, banyak pula yang mengutuk rezim totaliternya sebagai pihak yang bertanggung jawab atas tindakan-tindakan penindasan massal, pembersihan etnik, ratusan ribu penghukuman mati, dan bencana kelaparan yang merenggut jutaan korban jiwa.

Riwayat awal

Masa kecil: 1878–1899

Ibunda Stalin yang bernama Ekaterina Dzhugashvili

Stalin dilahirkan dengan nama Ioseb Jughashvili di kota Gori, Georgia pada tanggal 18 Desember [K.J.: 6 Desember] 1878.[1][d] Stalin merupakan anak dari Besarion "Beso" Jughashvili dan Ekaterine "Keke" Geladze,[3] yang menikah pada Mei 1872,[4] dan sempat memiliki dua anak yang meninggal pada saat bayi sebelum Stalin lahir.[5] Kedua orang tua Stalin merupakan orang Georgia dan Stalin dibesarkan dengan bahasa Georgia sebagai bahasa pertamanya.[6] Gori pada masa itu merupakan bagian dari Kekaisaran Rusia dan kota ini sendiri merupakan tempat tinggal bagi 20.000 penduduk yang mayoritas merupakan orang Georgia dengan minoritas orang Armenia, Rusia dan Yahudi.[7] Stalin dibaptis pada tanggal 29 Desember.[8] Nama panggilannya adalah "Soso", bentuk diminutif dari "Ioseb".[9]

Foto diambil pada tahun 1894, saat Stalin berusia sekitar 15 tahun

Besarion berprofesi sebagai seorang tukang sepatu yang memiliki tempat kerjanya sendiri.[10] Awalnya dia sukses dengan pekerjaannya, tetapi kemudian usahanya jatuh.[11] Keluarga mereka menjadi miskin,[12] dan dalam rentang waktu sepuluh tahun harus berpindah-pindah ke sembilan kamar sewaan yang berbeda.[13] Besarion menjadi seorang pemabuk,[14] dan ia memukuli istri dan anaknya dalam keadaan mabuk.[15] Untuk melarikan diri dari kekerasan rumah tangga, Ekaterine pindah bersama Stalin ke rumah teman keluarga mereka, yaitu Pendeta Christopher Charkviani.[16] Ekaterine bekerja sebagai petugas kebersihan rumah dan pencuci baju untuk keluarga setempat yang bersimpati dengan keadaannya.[17] Ekaterine bertekad untuk menyekolahkan Stalin, sesuatu yang sebelumnya belum pernah dilakukan oleh anggota keluarga mereka yang lain.[18] Pada akhir tahun 1888, Stalin mendaftar masuk Sekolah Gereja Gori. Biasanya sekolah ini diperuntukkan bagi anak-anak pastor, tetapi Charkviani memastikan agar Stalin dapat bersekolah di sini.[19] Stalin unggul secara akademis,[20] mempertunjukkan bakat melukis dan bermain drama,[21] menulis puisinya sendiri,[22] dan bernyanyi sebagai anggota paduan suara.[23] Stalin terlibat dalam banyak perkelahian,[24][25] dan kawan semasa kecilnya kemudian mengatakan Stalin adalah siswa yang terbaik tetapi juga paling nakal di kelas.[26] Stalin menghadapi beberapa masalah kesehatan yang parah. Pada tahun 1884, dia menderita cacar yang berujung pada bekas cacar di mukanya.[27] Ketika Stalin berusia 12 tahun, dia terluka parah setelah tertabrak phaeton (sejenis kereta kuda), yang mungkin merupakan penyebab lengan kirinya mengalami cacat seumur hidup.[28]

Pada tahun 1894, Stalin mulai belajar di Seminari Spiritual Tiflis (gambar diambil pada tahun 1870-an)

Atas rekomendasi para gurunya, Stalin melanjutkan pendidikannya di Seminari Spiritual di Tiflis.[29] Ia masuk sekolah tersebut pada Agustus 1894,[30] dibantu oleh beasiswa yang mengurangi iuran yang harus dibayarkan.[31] Di sana, ia bergabung dengan 600 calon pendeta yang tinggal di asrama seminari tersebut.[32] Stalin kembali sukses secara akademik dan meraih peringkat tinggi.[33] Ia terus menulis puisi; lima puisinya diterbitkan dengan nama samaran "Soselo" dalam surat kabar Iveria ("Georgia") milik Ilia Chavchavadze.[34] Secara tematik, puisi-puisi karyanya menyoroti topik-topik seperti alam, tanah, dan patriotisme.[35] Menurut penulis biografi Stalin Simon Sebag Montefiore, puisi-puisi ini menjadi "karya klasik kecil di Georgia",[36] dan masuk dalam berbagai antologi puisi Georgia pada tahun-tahun mendatang.[36] Saat ia makin dewasa, Stalin tidak lagi tertarik dengan pelajaran; peringkatnya turun,[37] dan ia berulang kali dihukum masuk sel karena perilaku memberontaknya.[38] Para guru mengeluh karena Stalin menyatakan dirinya sebagai seorang ateis, sering berbicara di kelas dan menolak mengangkat topinya kepada para biarawan sebagai tanda hormat.[39]

Stalin bergabung dengan sebuah klub buku terlarang yang aktif di sekolah[40] dan ia sangat dipengaruhi oleh novel-pro-revolusioner tahun 1863 karya Nikolay Chernyshevsky yang berjudul Apa Yang Akan Dilakukan?.[41] Buku lainnya yang berpengaruh terhadap pribadi Stalin adalah Patrisida karya Alexander Kazbegi, dan Stalin bahkan menyebut dirinya dengan julukan "Koba" yang berasal dari karakter protagonis bandit dalam buku tersebut.[42] Ia juga membaca buku Kapital karya pakar teori sosiologi Jerman Karl Marx yang diterbitkan pada tahun 1867.[43] Stalin lalu membaktikan dirinya kepada teori sosio-politik Marxisme,[44] yang saat itu sedang bangkit di Georgia dan merupakan salah satu jenis sosialisme yang menentang pemerintahan Tsar di Rusia.[45] Pada malam hari, ia menghadiri pertemuan-pertemuan buruh rahasia,[46] dan diperkenalkan kepada Silibistro "Silva" Jibladze, seorang Marxis yang menjadi pendiri kelompok sosialis Georgia Mesame Dasi ('Grup Ketiga').[47] Pada April 1899, Stalin meninggalkan seminari dan tak pernah kembali lagi,[48] meskipun sekolah tersebut berusaha membujuknya untuk tetap meneruskan pendidikannya.[49]

Partai Buruh Demokrat Sosial Rusia: 1899–1904

Stalin pada tahun 1902

Pada Oktober 1899, Stalin mulai bekerja sebagai seorang meteorolog di sebuah observatorium di Tiflis,[50] dan saat sedang bertugas ia memiliki waktu untuk membaca.[51] Stalin mengadakan kelas teori sosialis dan berhasil menarik minat sekelompok pemuda di sekitarnya.[52] Ia menjadi salah satu penyelenggara sebuah pertemuan buruh rahasia dalam rangka Hari Buruh pada tahun 1900,[53] dan dalam pertemuan tersebut ia berhasil mengajak banyak orang untuk melakukan mogok kerja.[54] Pada masa ini, kepolisian rahasia kekaisaran yang disebut Okhrana sudah mengetahui kegiatan Stalin dalam gerakan revolusioner Tiflis.[54] Mereka mencoba menangkapnya pada Maret 1901, tetapi ia berhasil lolos dan bersembunyi,[55] dan hidup dari sumbangan teman-teman dan simpatisannya.[56] Walaupun masih harus bergerak secara diam-diam, ia membantu perencanaan unjuk rasa dalam rangka Hari Buruh tahun 1901, dan selama unjuk rasa tersebut 3.000 demonstran bentrok dengan aparat.[57] Ia berupaya menghindari penangkapan dengan memakai nama samaran dan tidur di apartemen-apartemen yang berbeda.[58] Pada November 1901, ia terpilih sebagai anggota Komite Tiflis di Partai Buruh Demokrat Sosial Rusia (PBDSR), sebuah partai Marxis yang didirikan pada tahun 1898.[59]

Pada bulan yang sama, ia mengunjungi kota pelabuhan Batumi.[60] Retorikanya yang militan memecah belah golongan Marxis di kota tersebut, dan beberapa orang bahkan menduga bahwa ia adalah seorang agent provocateur yang diam-diam mengabdi kepada pemerintahan.[61] Ia mendapatkan pekerjaan di gudang penyulingan Rothschild, dan di situ ia menjadi salah satu penyelenggara dua tindakan mogok kerja.[62] Setelah beberapa pemimpin mogok kerja ditangkap, ia menjadi salah satu orang yang mengadakan unjuk rasa besar yang berujung pada penyerbuan penjara; pasukan pemerintahan pun menembaki para pengunjuk rasa, sehingga 13 orang di antaranya tewas.[63] Stalin menyelenggarakan unjuk rasa besar kedua pada hari pemakaman mereka,[64] sebelum akhirnya ia ditangkap pada April 1902.[65] Ia awalnya ditahan di Penjara Batumi,[66] tetapi kemudian dipindahkan ke Penjara Kutaisi.[67] Pada pertengahan tahun 1903, Stalin dijatuhi hukuman tiga tahun pengasingan di Siberia Timur.[68]

Stalin meninggalkan Batumi pada bulan Oktober dan tiba di kota kecil Novaya Uda di Siberia pada akhir bulan November.[69] Di situ, ia tinggal di sebuah rumah petani yang hanya terdiri dari dua kamar, dan ia terpaksa tidur di lemari makan.[70] Stalin mencoba melarikan diri sebanyak dua kali; mula-mula ia lari ke Balagansk sebelum akhirnya kembali akibat radang dingin.[71] Upaya keduanya berhasil dan ia pindah ke Tiflis.[72] Di situ, ia menjadi salah satu penyunting sebuah surat kabar Marxis Georgia, Proletariatis Brdzola ("Perjuangan Proletarian"), bersama dengan Philip Makharadze.[73] Ia menyerukan kepada pergerakan Marxis Georgia untuk memisahkan diri dari kelompok Marxis Rusia, sehingga beberapa anggota PBDSR mengklaim bahwa pandangannya berlawanan dengan etos internasionalisme Marxis dan meminta agar Stalin dikeluarkan dari partai.[74] Stalin lalu mencabut pandangannya di bawah bayang-bayang Mikha Tskhakaya.[75] Sementara itu, pada masa pengasingannya, PBDSR telah terpecah antara Bolshevik yang dipimpin oleh Vladimir Lenin dan Menshevik yang dikepalai oleh Julius Martov.[76] Stalin membenci banyak anggota Menshevik di Georgia dan memutuskan untuk mendukung kelompok Bolshevik.[77] Meskipun Stalin berhasil menjadikan kota tambang Chiatura sebagai basis kelompok Bolshevik,[78] Bolshevisme masih menjadi kelompok minoritas di kalangan revolusioner Georgia yang didominasi oleh kaum Menshevik.[79]

Revolusi tahun 1905 dan imbasnya: 1905–1912

Pada Januari 1905, pasukan pemerintah membantai para pengunjuk rasa di Sankt Peterburg.[80] Kerusuhan lalu merebak di berbagai wilayah Kekaisaran Rusia dan peristiwa ini kemudian dikenal dengan sebutan Revolusi 1905.[80] Georgia adalah salah satu daerah yang terkena imbasnya.[81] Pada bulan Februari, Stalin sedang berada di Baku saat terjadi kekerasan antara orang Armenia dan Azerbaijan; setidaknya terdapat 2.000 orang yang tewas akibat kejadian tersebut.[82] Stalin secara terbuka mengutuk "pogrom terhadap orang Yahudi dan Armenia" sebagai bagian dari upaya Tsar Nikolai II untuk "mempertahankan tahtanya yang tercela".[83] Ia membentuk Satuan Tempur Bolshevik untuk mencoba memisahkan etnis-etnis yang saling berseteru di Baku, dan juga memanfaatkan kerusuhan ini untuk menjarah alat-alat cetak.[83] Di tengah merebaknya kekerasan di seluruh wilayah Georgia, Stalin membentuk Satuan-Satuan Tempur tambahan, dan kaum Menshevik juga melakukan hal yang sama.[84] Satuan-satuan Stalin melucuti kepolisian dan tentara setempat,[85] menyerang gudang-gudang senjata pemerintahan,[86] dan menggalang dana melalui jaminan perlindungan kepada usaha-usaha dan pertambangan-pertambangan besar.[87] Mereka melancarkan serangan terhadap pasukan Kazaki dan kelompok Ratusan Hitam yang pro-Tsar,[88] dan Stalin juga mengoordinasikan beberapa operasi mereka dengan milisi-milisi Menshevik.[89]

Stalin pertama kali bertemu dengan Vladimir Lenin di konferensi Tampere tahun 1905

Pada November 1905, kaum Bolshevik Georgia memilih Stalin sebagai salah satu delegasi mereka ke sebuah konferensi Bolshevik di Sankt Peterburg.[90] Setibanya di sana, ia bertemu istri Lenin Nadezhda Krupskaya, yang memberitahukan kepadanya bahwa tempat acaranya dipindah ke Tampere di Keharyapatihan Finlandia.[91] Di konferensi tersebut, Stalin bertemu dengan Lenin untuk yang pertama kalinya.[92] Meskipun Stalin sangat menghormati Lenin, ia lantang menyuarakan ketidaksetujuannya dengan pandangan Lenin bahwa kaum Bolshevik sebaiknya mengirimkan calon untuk turut serta dalam pemilihan umum anggota Duma Negara yang akan datang; Stalin merasa bahwa proses parlementer hanya akan membuang-buang waktu.[93] Pada April 1906, Stalin menghadiri Kongres PBDSR ke-4 di Stockholm; ini adalah perjalanan pertama Stalin ke luar Kekaisaran Rusia.[94] Di konferensi tersebut, PBDSR—saat itu dipimpin oleh kelompok Menshevik yang menjadi mayoritas—sepakat untuk tidak menggalang dana dengan melakukan perampokan bersenjata.[95] Lenin dan Stalin tidak setuju dengan keputusan ini,[96] dan kemudian secara pribadi mendiskusikan cara agar mereka dapat melanjutkan perampokan-perampokan untuk kepentingan Bolshevik.[97]

Stalin menikahi Kato Svanidze di sebuah gereja di Tskhakaya pada Juli 1906.[98] Pada Maret 1907, ia dikaruniai seorang putra yang bernama Yakov.[99] Menurut sejarawan Robert Service, Stalin telah menjadi "Bolshevik utama Georgia" pada masa itu.[100] Ia menghadiri Kongres PBDSR Kelima, yang diadakan di kota London pada Mei–Juni 1907.[101] Sekembalinya di Tiflis, Stalin mengadakan perampokan uang dalam jumlah besar yang sedang dikirim ke Bank Kekaisaran pada Juni 1907. Gengnya menyergap konvoi bersenjata yang membawa uang tersebut di Lapangan Yerevan dengan senjata api dan bom yang dibuat sendiri. Sekitar 40 orang tewas, tetapi anggota-anggota geng Stalin berhasil lolos.[102]

Setelah peristiwa ini, Stalin menetap di Baku bersama dengan istri dan putranya.[103] Di sana, kaum Menshevik berkonfrontasi dengan Stalin akibat perampokan tersebut dan memutuskan untuk mengeluarkannya dari PBDSR, tetapi Stalin tak menghiraukan mereka.[104] Di Baku, Stalin berhasil menjadikan kelompok Bolshevik sebagai kelompok yang dominan di cabang PBDSR setempat,[105] dan ia menjadi penyunting dua surat kabar Bolshevik, Bakinsky Proletary ("Proletar Baku") dan Gudok ("Peluit").[106] Pada Agustus 1907, ia menghadiri Kongres Ketujuh Organisasi Internasional Kedua di Stuttgart, Jerman.[107] Pada November 1907, istrinya meninggal dunia akibat penyakit tifus,[108] sehingga Stalin menitipkan putranya di rumah keluarga istrinya di Tiflis.[109] Di Baku, ia mengumpulkan kembali anggota gengnya,[110] yang terus menerus menyerang kelompok Ratusan Hitam dan mengumpulkan dana dengan memberikan jaminan perlindungan, memalsukan uang, dan melakukan perampokan.[111] Mereka juga menculik anak orang kaya untuk meminta uang tebusan.[112] Pada awal tahun 1908, ia mengunjungi kota Jenewa, Swiss, untuk bertemu dengan Lenin dan tokoh Marxis Rusia yang terkemuka, Georgi Plekhanov, meskipun Plekhanov kemudian membuat Stalin jengkel.[113]

Pada Maret 1908, Stalin ditangkap dan dikurung di Penjara Bailov.[114] Di situ ia memimpin anggota-anggota Bolshevik yang juga dipenjara, mendirikan kelompok-kelompok diskusi, dan memerintahkan pembunuhan orang yang diduga sebagai informan.[115] Ia akhirnya dijatuhi hukuman dua tahun pengasingan di desa Solvychegodsk, Provinsi Vologda, dan kemudian tiba di sana pada Februari 1909.[116] Pada bulan Juni, ia berhasil melarikan diri dari desa tersebut dan mencapai kota Kotlas dengan menyamar menjadi wanita dan lalu melanjutkan perjalanan ke Sankt Peterburg.[117] Pada Maret 1910, ia ditangkap lagi,[118] dan lalu dikembalikan ke Solvychegodsk.[119] Di sana, ia menjalin hubungan dengan setidaknya dua wanita; seorang perempuan yang merupakan pemilik tempat tinggal Stalin di desa tersebut, yaitu Maria Kuzakova, kemudian melahirkan putra kedua Stalin yang bernama Konstantin.[120] Pada Juni 1911, Stalin diberi izin untuk pindah ke Vologda. Ia menetap di kota tersebut selama dua bulan,[121] dan di situ menjalin hubungan asmara dengan Pelageya Onufrieva.[122] Ia lalu pergi ke Sankt Peterburg,[123] tetapi ia lagi-lagi ditangkap pada September 1911,[124] dan kemudian dihukum tiga tahun pengasingan di Vologda.[124]

Anggota Komite Pusat dan Penyunting Koran Pravda: 1912–1917

Foto Stalin yang diabadikan pada tahun 1911 oleh polisi rahasia Kekaisaran Rusia

Anggota-anggota Komite Pusat Bolshevik yang pertama dipilih di Konferensi Praha, dan setelah itu Lenin dan Grigory Zinoviev mengundang Stalin untuk menjadi anggota.[125] Stalin yang masih berada di Vologda setuju dengan tawaran tersebut dan ia tetap menjadi anggota hingga akhir hayatnya.[126] Lenin yakin bahwa Stalin dapat digunakan untuk memperoleh dukungan dari kelompok minoritas di Kekaisaran Rusia.[126] Pada Februari 1912, Stalin melarikan diri ke Sankt Peterburg,[127] dan ia lalu ditugaskan untuk mengubah surat kabar mingguan Bolshevik, Zvezda ("Bintang"), menjadi surat kabar harian Pravda ("Kebenaran").[128] Surat kabar baru tersebut diluncurkan pada April 1912,[129] meskipun peran Stalin sebagai seorang penyunting masih dirahasiakan.[129] Pada Mei 1912, ia ditangkap lagi dan dijebloskan ke Penjara Shpalerhy, sebelum akhirnya dihukum tiga tahun pengasingan di Siberia.[130] Pada bulan Juli, ia tiba di desa Narym, Siberia,[131] dan di situ ia tinggal satu kamar dengan rekan Bolsheviknya, Yakov Sverdlov.[132] Setelah dua bulan, Stalin dan Sverdlov kabur ke Sankt Peterburg.[133]

Stalin sempat kembali ke Tiflis dan di situ ia dan gengnya merencanakan penyerangan sebuah kereta kuda milik pos, tetapi kebanyakan anggota geng tersebut ditangkap oleh aparat.[134] Stalin kembali ke Sankt Peterburg, dan kemudian ia meneruskan aktivitasnya sebagai penulis dan penyunting untuk harian Pravda.[135] Setelah enam orang Bolshevik dan enam orang Menshevik terpilih dalam pemilu Duma pada Oktober 1912, Stalin menulis artikel-artikel yang menyerukan rekonsiliasi,[136] sehingga ia dikritik oleh Lenin.[136] Pada akhir tahun 1912, ia dua kali melintasi wilayah Austria-Hungaria untuk mengunjungi Lenin di Kraków,[137] dan pada akhirnya ia menurut dengan penolakan Lenin terhadap upaya untuk berdamai dengan kelompok Menshevik.[138]

Kelompok Bolshevik di pengasingan di Siberia pada tahun 1915. Beberapa di antara mereka adalah Stalin, Lev Kamenev dan Yakov Sverdlov

Pada Januari 1913, Stalin mengunjungi kota Wina,[139] dan di situ ia memusatkan perhatiannya kepada "permasalahan nasional" mengenai bagaimana kelompok Bolshevik sebaiknya memperlakukan kelompok minoritas di Kekaisaran Rusia.[140] Lenin ingin memperoleh dukungan mereka dengan menawarkan hak untuk memisahkan diri dari negara Rusia, tetapi pada saat yang sama ia berharap agar mereka tetap menjadi bagian dari negara Rusia yang suatu saat akan diperintah oleh kaum Bolshevik.[141] Untuk menjawab permasalahan ini, Stalin menyelesaikan sebuah artikel yang berjudul Marxisme dan Permasalahan Nasional;[142] Lenin sangat puas dengan artikel ini.[143] Menurut Montefiore, ini adalah "karya Stalin yang paling terkenal".[141] Artikel tersebut diterbitkan dengan nama samaran "K. Stalin",[143] sebuah nama yang ia pakai sejak tahun 1912.[144] Nama ini mungkin berasal dari kata baja (stal) dalam bahasa Rusia,[145] dan telah diterjemahkan menjadi "Pria Baja".[146] Stalin memakai nama ini hingga akhir hayatnya, kemungkinan karena nama tersebut dicantumkan dalam artikel tersebut yang membuatnya tersohor di kalangan Bolshevik.[147]

Pada Februari 1913, Stalin ditangkap saat sedang berada di Sankt Peterburg.[148] Ia dihukum empat tahun pengasingan di Turukhansk yang terletak di daerah yang sangat terpencil di Siberia.[149] Pada bulan Agustus, ia tiba di desa Monastyrskoe, meskipun setelah empat minggu ia dipindah ke Kostino.[150] Pada Maret 1914, aparat memutuskan untuk memindahkan Stalin ke Kureika di ujung Lingkar Arktik karena mereka khawatir bahwa Stalin akan mencoba melarikan diri.[151] Di tempat tersebut, Stalin menjalin hubungan perselingkuhan dengan Lidia Pereprygia yang berusia tiga belas tahun pada waktu itu dan masih di bawah umur.[152] Sekitar Desember 1914, Pereprygia melahirkan anak Stalin, tetapi anak itu meninggal tidak lama sesudahnya.[153] Ia melahirkan anak lainnya, Alexander, sekitar April 1917.[154] Di Kureika, Stalin tinggal berdekatan dengan penduduk asli Tungus dan Ostyak,[155] dan menghabiskan waktunya dengan memancing.[156]

Revolusi Rusia: 1917

Saat Stalin masih berada di pengasingan, Rusia terlibat dalam Perang Dunia Pertama, dan pada Oktober 1916 Stalin dan anggota Bolshevik lain yang berada di pengasingan akhirnya diwamilkan, sehingga mereka berangkat ke Monastyrskoe.[157] Mereka tiba di Krasnoyarsk pada Februari 1917,[158] tetapi di situ hasil pemeriksaan medis menyatakan bahwa Stalin tidak layak untuk dijadikan tentara akibat lengan kirinya yang lumpuh.[159] Stalin masih harus menjalani pengasingannya selama empat bulan, tetapi ia diizinkan melewati masa pengasingan tersebut di Achinsk.[159] Stalin berada di kota tersebut saat Revolusi Februari meletus. Pada saat yang sama, pemberontakan merebak di Petrograd (nama kota Sankt Peterburg yang baru), dan pada akhirnya Tsar Nikolai II mengundurkan diri dan digantikan oleh Pemerintahan Sementara.[160] Ia lalu naik kereta ke Petrograd pada bulan Maret.[161] Di situ, Stalin dan rekan sejawatnya Lev Kamenev mengambil alih harian Pravda,[162] dan Stalin diangkat menjadi perwakilan Bolshevik di Komite Eksekutif Soviet Petrograd, yaitu dewan buruh kota yang berpengaruh.[163] Pada bulan April, Stalin meraih peringkat ketiga dalam pemilihan anggota Komite Pusat Bolshevik, sementara Lenin meraih peringkat pertama dan Zinoviev mencapai peringkat kedua.[164] Ini menunjukkan bagaimana Stalin telah menjadi tokoh senior Bolshevik pada masa itu.[165]

Pemerintahan tuan tanah dan kapitalis yang berdiri saat ini harus digantikan oleh pemerintahan yang baru, yaitu pemerintahan buruh dan petani.
Pemerintahan palsu saat ini yang tak dipilih oleh rakyat dan yang tidak bertanggung jawab kepada rakyat harus digantikan oleh pemerintahan yang diakui oleh rakyat, dipilih oleh para perwakilan buruh, prajurit dan petani dan bertanggung jawab kepada para perwakilan tersebut.

—Editorial yang ditulis oleh Stalin, Oktober 1917[166]

Stalin membantu mengadakan pemberontakan Hari-hari Juli yang menjadi unjuk kekuatan Bolshevik.[167] Setelah pemberontakan tersebut dipadamkan, Pemerintahan Sementara mengambil tindakan keras terhadap kaum Bolshevik dan menyerbu kantor harian Pravda.[17] Selama penyerbuan tersebut, Stalin menyelundupkan Lenin keluar dari kantor surat kabar tersebut dan bertugas menjaga keamanan sang pemimpin Bolshevik; ia memindahkannya ke tempat-tempat rahasia sebelum akhirnya menyelundupkannya ke Razliv.[168] Di tengah ketidakhadiran Lenin, Stalin masih menyunting harian Pravda dan bertugas sebagai pelaksana jabatan pemimpin Bolshevik. Ia mengatur jalannya Kongres Keenam Partai yang diadakan diam-diam.[169] Lenin mulai menyerukan agar kaum Bolshevik merebut kekuasaan dengan melengserkan Pemerintahan Sementara dalam sebuah kudeta. Stalin dan Leon Trotsky mendukung rencana aksi Lenin, tetapi rencana ini ditentang oleh Kamenev dan anggota partai lainnya.[170] Meskipun begitu, Lenin kembali ke Petrograd dan rencana kudetanya didukung oleh mayoritas hadirin dalam pertemuan Komite Pusat pada tanggal 10 Oktober.[171]

Pada tanggal 24 Oktober, kepolisian menyerbu kantor-kantor surat kabar Bolshevik dan menghancurkan peralatan-peralatan yang ada di situ, tetapi Stalin berhasil menyelamatkan beberapa peralatannya untuk meneruskan kegiatannya.[172] Pada pagi buta tanggal 25 Oktober, Stalin bergabung dengan Lenin dalam sebuah pertemuan Komite Pusat di Institut Smolny, dan selama pertemuan tersebut mereka mengarahkan kudeta Bolshevik.[173] Milisi Bolshevik merebut pembangkit listrik, kantor pos utama, bank negara, sentral telepon, dan beberapa jembatan.[174] Sebuah kapal yang dikendalikan oleh kaum Bolshevik, yaitu Aurora, menembak ke arah Istana Musim Dingin; pada akhirnya, para delegasi Pemerintahan Sementara menyerah dan ditangkap oleh Bolshevik.[175] Meskipun ia telah ditugaskan untuk memberikan arahan kepada para delegasi Bolshevik dari Kongres Soviet Kedua mengenai perkembangan situasi,[176] peran Stalin dalam kudeta tersebut tak terlihat secara terbuka.[177] Trotsky dan orang-orang Bolshevik lainnya yang kelak akan menjadi lawan Stalin menggunakan hal ini sebagai bukti bahwa ia sama sekali tidak berperan besar dalam kudeta tersebut, meskipun beberapa sejarawan telah membantah hal ini.[178] Menurut sejarawan Oleg Khlevniuk, Stalin "memenuhi sebuah peranan yang penting [dalam Revolusi Oktober]... sebagai seorang Bolshevik senior, anggota Komite Pusat partai, dan penyunting surat kabar utamanya".[179]

Dalam pemerintahan Lenin

Mengukuhkan kekuasaan: 1917–1918

Pada tanggal 26 Oktober, Lenin membentuk pemerintahan baru yang disebut Dewan Komisar Rakyat ("Sovnarkom"),[180] dan ia berperan sebagai Ketua.[181] Stalin menjadi salah satu anggota Bolshevik yang mendukung keputusan Lenin untuk tidak membentuk koalisi dengan kelompok Menshevik dan Partai Revolusioner Sosialis, meskipun kaum Bolshevik telah membentuk pemerintahan koalisi dengan kelompok Revolusioner Sosialis Kiri.[182] Stalin kemudian menjadi bagian dari kelompok tak resmi yang terdiri dari empat orang yang memimpin pemerintahan, bersama dengan Lenin, Trotsky, dan Sverdlov; dari empat di antaranya, Sverdlov sering kali tidak hadir,[183] dan kemudian wafat pada Maret 1919.[184] Kantor Stalin berada di dekat kantor Lenin di Institut Smolny,[183] dan ia dan Trotsky adalah satu-satunya orang yang diizinkan untuk mengakses ruang pribadi Lenin tanpa perlu membuat janji terlebih dahulu.[185] Meskipun tidak seterkenal Lenin atau Trotsky,[186] pengaruh Stalin di kalangan Bolshevik meningkat.[187] Ia turut menandatangani dekret Lenin yang menutup surat-surat kabar yang berlawanan.[188] Bersama dengan Sverdlov, ia mengetuai sesi-sesi komite yang merumuskan konstitusi baru untuk Republik Sosialis Federatif Soviet Rusia.[189] Ia sangat mendukung keputusan Lenin untuk membentuk badan keamanan Cheka dan juga Teror Merah yang dipicu oleh badan tersebut; sebagai catatan, ia merasa bahwa penggunaan kekerasan oleh negara merupakan alat yang mujarab bagi kekuatan kapitalis, sehingga menurutnya hal yang sama juga dapat dilakukan oleh pemerintahan Soviet.[190] Tidak seperti para Bolshevik senior lainnya seperti Kamenev dan Nikolai Bukharin, Stalin tak pernah mengungkapkan keprihatinannya terhadap pertumbuhan pesat organisasi Cheka dan teror yang diakibatkan olehnya.[190]

Kremlin di Moskow. Stalin pindah ke sini pada tahun 1918

Ia berhenti dari pekerjaannya sebagai seorang penyunting di koran Pravda.[191] Kemudian ia diangkat sebagai Komisar Rakyat untuk Kebangsaan.[192] Pada bulan November, ia menandatangani Dekret tentang Kebangsaan, yang memberikan hak untuk memisahkan diri dan hak penentuan nasib sendiri kepada kaum minoritas di Rusia.[183] Penandatanganan dekret ini merupakan langkah strategis yang dimaksudkan agar kelompok minoritas mau mendukung kaum Bolshevik; sebenarnya kelompok Bolshevik berharap bahwa kelompok minoritas tidak sungguh-sungguh menginginkan kemerdekaan.[193] Pada bulan yang sama, ia mendatangi Helsinki untuk berbicara dengan Partai Demokrat Sosial Finlandia. Stalin menjanjikan kemerdekaan kepada mereka, dan kemerdekaan itu akhirnya terwujud pada bulan Desember.[193] Selain itu, departemen yang dipimpin oleh Stalin mengalokasikan dana untuk mendirikan pers dan sekolah dalam bahasa berbagai etnis minoritas.[194] Namun, kelompok Revolusioner Sosialis menuduh Stalin telah memanfaatkan perbincangan mengenai federalisme dan hak penentian nasib sendiri sebagai kedok dari kebijakan-kebijakan imperialis dan sentralisasi Sovnarkom.[189]

Pemerintahan Lenin dipindah dari Petrograd ke Moskow pada Maret 1918 karena pada masa itu Perang Dunia Pertama masih berkecamuk dan Rusia sedang bertempur melawan Blok Sentral.[195] Stalin membawa Nadezhda Alliluyeva dengannya sebagai sekretarisnya;[196] Stalin sendiri sudah lama menjadi teman orangtuanya.[197] Pasangan tersebut akhirnya menikah, tetapi tanggal pernikahan mereka tidak diketahui secara pasti.[198] Sementara itu, Lenin menginginkan gencatan senjata dengan Blok Sentral tanpa memedulikan seberapa besar wilayah yang harus diserahkan sebagai gantinya, dan angan-angan ini didukung oleh Stalin.[199] Stalin merasa bahwa gencatan senjata tersebut diperlukan karena menurutnya Eropa belum akan mengalami revolusi proletarian, walaupun pandangan ini membuat kesal Lenin.[200] Lenin pada akhirnya berhasil meyakinkan anggota Bolshevik senior lainnya mengenai pentingnya perjanjian perdamaian, sehingga ditandatanganilah Perjanjian Brest-Litovsk pada Maret 1918.[201] Perjanjian tersebut memberikan banyak wilayah dan sumber daya kepada Blok Sentral dan membuat murka banyak orang di Rusia; Partai Revolusioner Sosialis Kiri bahkan langsung keluar dari pemerintahan koalisi sebagai akibat dari keputusan tersebut.[202] Tak lama sesudahnya, nama partai PBDSR diganti menjadi Partai Komunis Rusia.[203]

Komando Militer: 1918–1921

Setelah kelompok Bolshevik berhasil meraih kekuasaan, pasukan sayap kiri dan kanan menentang mereka, sehingga memicu Perang Saudara Rusia.[204] Untuk mengamankan akses ke persediaan pangan yang sedang menipis, pada Mei 1918, Sovnarkom mengirim Stalin ke Tsaritsyn untuk mengurus pengadaan pangan di Rusia selatan.[205] Ia ingin membuktikan kecakapannya sebagai seorang komandan,[206] dan setibanya di sana ia mengambil alih operasi-operasi militer regional.[207] Ia berteman dengan dua tokoh militer, Kliment Voroshilov dan Semyon Budyonny, yang kemudian akan menjadi basis dukungan militer dan politiknya.[208] Ia merasa yakin bahwa kemenangan itu dipastikan oleh keunggulan jumlah pasukan, sehingga ia mengirim banyak pasukan Tentara Merah untuk bertempur melawan Tentara Putih yang anti-Bolshevik di kawasan tersebut; namun, banyak korban jiwa di pihak Tentara Merah yang berjatuhan, sehingga Lenin merasa prihatin dengan taktik yang memakan banyak korban ini.[209] Di Tsaritsyn, Stalin menghukum mati orang-orang yang diduga anti-revolusi, kadang-kadang tanpa melalui proses pengadilan.[210] Selain itu, meskipun tidak sejalan dengan perintah dari atas, ia tetap melakukan pembersihan di militer dan badan pengumpulan pangan yang terdiri dari ahli-ahli dari golongan menengah, dan beberapa di antara mereka juga dihukum mati.[211] Kekerasan dan teror yang diakibatkan oleh Stalin jauh lebih besar daripada yang disetujui oleh pemimpin-pemimpin Bolshevik.[212] Contohnya, ia memerintahkan agar beberapa desa dibakar supaya orang-orang pat