Share to: share facebook share twitter share wa share telegram print page

Manurung

Manurung
Aksara Batakᯔᯉᯮᯒᯮᯰ
(Surat Batak Toba)
Nama margaManurung
Artimanurung (surung)
(utama, istimewa, unggul)
Silsilah
Jarak
generasi
dengan
Siraja Batak
1Si Raja Batak
2Raja Isumbaon
3Tuan Sorimangaraja
4Tuan Sorbadijae
(Datu Pejel)
5Raja Narasaon
6Raja Mangarerak
7Toga Manurung
Nama lengkap
tokoh
Raja Toga Manurung
Nama istri
  • 1. Siboru Siampul Julu Boru Borbor
  • 2. Siboru Sumaing Boru Borbor
Nama anak
  • 1. Raja Hutagurgur
  • 2. Raja Hutagaol
  • 3. Raja Simanoroni
Nama boru
Kekerabatan
Induk margaNarasaon
Persatuan
marga
Narasaon
Kerabat
marga
Matani ari
binsar
Borbor
Padan
Asal
SukuBatak
EtnisBatak Toba
Daerah asalSibisa, Toba

Manurung (Surat Batak: ᯔᯉᯮᯒᯮᯰ) adalah salah satu marga Batak Toba yang berasal dari daerah Sibisa, Toba. Marga ini merupakan keturunan dari Raja Toga Manurung, cucu dari Raja Narasaon yang merupakan seorang penguasa di daerah Uluan.[1]

Asal

Datu Pejel
(Tuan Sorbadijae)

Boru Tantandebata
Raja Narasaon
Boru Limbong
Raja Mangarerak
Boru Borbor
{{{kembar}}}Raja Mangatur
Boru Sagala
Toga ManurungToga SitorusToga SiraitToga Butarbutar

Manurung merupakan salah satu marga yang tergabung dalam perkumpulan Narasaon yang merupakan keturunan dari Datu Pejel atau yang dikenal juga sebagai Tuan Sorbadijae. Datu Pejel menikah dengan Boru Tantandebata dan melahirkan seorang putra yang bernama Raja Narasaon.

Raja Narasaon kemudian menikah dengan Boru Limbong dan melahirkan dua orang putra yang kembar (sabalutan) dan hingga saat ini tidak diketahui jelas perihal mana yang sulung dan mana yang bungsu dari antara kedua putra tersebut. Adapun kedua orang tersebut ialah Raja Mangarerak dan Raja Mangatur.

  1. Raja Mangarerak menikah dengan Siboru Hutahot, putri dari Siraja Borbor dan memiliki seorang putra yang bernama Toga Manurung yang menjadi leluhur dari marga Manurung dan seorang putri yang bernama Siboru Similingiling yang dinikahi oleh Raja Silahisabungan dan melahirkan Raja Tambun.
  2. Raja Mangatur menikah dengan Deak Bintang Hagurasan Boru Sagala dan memiliki tiga orang putra, yaitu (1) Toga Sitorus, (2) Toga Sirait, dan (3) Toga Butarbutar.

Tarombo (Silsilah)

Toga Manurung
1. Boru Borbor
2. Boru Borbor
Hutagurgur
(Sihahaan)
Boru Nainggolan
Hutagaol
(Sibitonga)
Simanoroni
(Siampudan)
Boru Limbong
Ompu Banua Luhung
Boru Saragi
Ompu TorpaniajiOmpu Sibatu NanggarOmpu Parpinggol LobilobiRaja PangadumTuan Ria Sibatu
(Raja Dapot)
Boru Pasaribu
Raja Mangantar
Ompu Patujong
Boru Saragi
Raja Mangatur
Boru Rumapea
Ompu Raja UnggulOmpu Janji MariaJanji NabolonNamora Titip
Boru Sinaga
Raja Huta
Ompu Jarojang
Boru Saragi
Raja Naualu
Boru Rumapea
Ompu Patubanban
Boru Sibarani
Ompu Niunggul
Boru Samosir
Raja Sijambang
1. Boru Nainggolan
2. Boru Situmorang
3. Boru Samosir
Ompu Sompa Oloan
Boru Sitorus
Tuan Sogar
1. Boru Sitanggang
2. Boru Nainggolan
3. Boru Sijabat
4. Boru Sitorus
5. Boru Sibuea
6. Boru Sitorus
7. Boru Butarbutar
8. Boru (?)
Raja Humuntor
(Tamba)
Tuan Ria Sibuntuon
1. Boru Butarbutar
2. Boru Tampubolon
Raja Mamotik
Boru Simangunsong
Raja SibagotRaja Udan
Boru Butarbutar
Raja Buhit
Ompu Patuanbanban
Boru Nadapdap
Ompu Bungkulan
Boru Manik
Ompu JebarOmpu Rahamat
Boru Siallagan

Toga Manurung menikah dengan kedua pariban-nya yaitu Siboru Siampuljulu dan Siboru Sumaing, keturunan dari Siraja Borbor dan membuka pemukiman di Lumban Banua Luhung Sibisa yang menjadi bona pasogit dari marga Manurung. Dari pernikahannya, Toga Manurung memperoleh tiga orang putra yaitu (1) Hutagurgur (Sihahaan), (2) Hutagaol (Sibitonga), dan (3) Simanoroni (Siampudan), serta dua orang putri yang mana keturunan kedua putri ini menjadi boru sihabolonon atau menantu resmi dari marga Manurung, yaitu (1) Pinta Haomasan yang menikah dengan pariban-nya yaitu Raja Tambun yang merupakan leluhur dari marga Tambun dan Tambunan dan (2) Anian Nauli yang menikah dengan Raja Turi yang merupakan leluhur dari marga Sianturi.

Manurung Hutagurgur (Sihahaan)

Hutagurgur menikah dengan Boru Nainggolan dan memperoleh empat orang putra, yaitu (1) Ompu Banua Luhung, (2) Ompu Torpaniaji, (3) Ompu Sibatunanggar, dan (4) Ompu Parpinggol Lobilobi.

Kemudian juga, Manurung Hutagurgur juga memiliki hela (menantu) atau boru sihabolonon, yaitu (1) Namora Panaluan Situmorang Lumbannahor, (2) Salah satu keturunan Sinaga Bonor, (3) Tuan Binur yang merupakan putra dari Saragi Tua, (4) Salah satu keturunan Situmorang Suhutnihuta, dan (5) Raja Babiat Sitohang.

Ompu Banua Luhung menikah dengan Boru Saragi dan tetap bermukim di Lumban Banua Luhung. Beliau memiliki dua orang putra, yaitu Ompu Patujong dan Raja Mangatur.

Ompu Patujong menikahi Boru Saragi dan tetap bermukim di Sibisa serta kemudian keturunannya terbagi menjadi dua kelompok, yaitu Ompu Jebar yang keturunannya tetap bermukim di Sibisa dan Ompu Rahamat yang menikah dengan Boru Siallagan dan bermukim di Ambarita Simanindo dan keturunannya juga kemudian banyak yang bermukim di Tuktuk Siadong. Ompu Rahamat sendiri memiliki seorang putra yang bernama Ompu Soribintang, lalu Ompu Soribintang menikah dengan Boru Sidabutar dan memiliki tiga orang putra, yaitu (1) Ompu Sorpian yang menikah dengan Boru Rumahorbo, (2) Ompu Taimbang yang menikah dengan Boru Rumahorbo, dan (3) Ompu Nianjur yang menikah dengan Boru Turnip dan keturunannya kelak ada yang bermukim di Motung.

Raja Mangatur yang menikahi Nanti Raja Boru Rumapea dan bermukim di Sionggang serta kemudian memiliki 7 orang putra, yaitu (1) Raja Naualu, (2) Ompu Patubanban, (3) Ompu Niunggul, (4) Raja Sijambang, (5) Ompu Sompa Oloan, (6) Tuan Sogar, dan (7) Raja Humuntor. Raja Mangatur juga memiliki seorang putri yang bernama Siboru Napuan yang dinikahi oleh Parmata Manunggal Damanik dari Sipolha.

Raja Naualu menikah dengan dengan pariban-nya yaitu Boru Rumapea dan bermukim di Parsunian. Keturunan Raja Naualu sendiri kemudian terbagi menjadi dua kelompok, yaitu Ompu Manutup dan Raja Naonom.

Ompu Patubanban menikah dengan Boru Sibarani dan bermukim di Parsunian. Ia memperoleh dua orang putra, yaitu Ama ni Patubanban yang bermukim di Parsunian dan kemudian keturunannya juga tersebar di Uluan dan Lumban Nabolon Dolok Nagodang Sionggang; dan Ompu Talutuk yang menikahi Marnala Boru Sarumpaet serta bermukim di Dolok Nagodang Porsea;

Ompu Niunggul menikah dengan Boru Samosir dan tetap bermukim di Sionggang. Ia memperoleh dua orang putra yaitu Guru Mandumpas yang menikahi Boru Sitorus dan Boru Samosir; serta Ompu Tarubar yang menikahi Nai Hosniari Boru Sinaga. Ompu Niunggul juga memiliki seorang putri, yaitu Pintaomas yang dinikahi oleh Sinabutar, putra dari Raja Parmahan (Raja Bungabunga) Silalahi.

Raja Sijambang menikah dengan Boru Nainggolan Parhusip, Boru Situmorang, dan Boru Samosir serta bermukim di Jangga. ia memperoleh lima orang putra yaitu (1) Ompu Panaham Laut, (2) Ompu Bahal Gaja, (3) Raja Ujian, (4) Pande Sumurung, dan (5) Tuan Enggang. Raja Sijambang juga memperoleh dua orang putri yaitu Siboru Parmudaan dan Siboru Pura Dienet Haomasan yang sama-sama dinikahi oleh Datu Parulas Parultop Nainggolan, leluhur marga Nainggolan Lumbanraja. Keturunan dari Raja Sijambang sendiri banyak yang bermukim di Lumban Holbung, Sosor Sialtong, Pulo Gonting, Lumban Harangan, Sihiong, dan ada juga yang ke Mandoge serta Tanah Jawa.

Ompu Sompa Oloan menikah dengan Pinta Omas Boru Sitorus dan bermukim di Narumambing Porsea. Ia memperoleh dua orang putra yaitu Raja Oloan yang menikahi Saur Nauli Boru Samosir dan Raja Mamogang yang menikahi Boru Pasaribu. Kemudian Ompu Sompa Oloan juga memperoleh tiga orang putri, yaitu (1) Hatulungan yang dinikahi oleh Tuan Hinalang Sihombing Lumbantoruan; (2) Didang Nauli (Manotalan) yang dinikahi oleh Baginda Malim Sianturi; dan (3) Paulina yang dinikahi oleh Ompu Raja Sihat Sibuea.

Tuan Sogar menikah dengan (1) Boru Sitanggang, (2) Boru Nainggolan, (3) Boru Sijabat, (4) Boru Sitorus, (5) Boru Sibuea, (6) Boru Sitorus, (7) Boru Butarbutar, dan (8) Boru (?) serta bermukim di Janjimatogu. Ia memperoleh sepuluh orang putra, yaitu (1) Ompu Humaliang yang bermukim di Lumban Tambak Janjimatogu dan kemudian dari keturunannya ada yang bermukim di Lumban Holbung; (2) Raja Natotar yang bermukim di Lumban Lintong Janjimatogu; (3) Puniharian yang menikahi Boru Butarbutar dari Sihiong dan keturunannya bermukim di Lumban Tambak dan Lumban Lintong Janjimatogu; (4) Guru Mangaraja yang bermukim di Janjimatogu dan keturunannya kemudian dikabarkan pergi ke Sibolga; (5) Raja Siperek yang menikahi Boru Sitorus dan bermukim di Sihubakhubak; (6) Purajum yang bermukim di Galagala Pangkailan; (7) Pupungutan yang bermukim di Lumban Tongatonga Narumambing; (8) Guru Pangajian atau yang juga dikenal dengan nama Raja Marrangan Bosi yang menikah dengan Boru Sitorus dari Lumban Sibinbin dan bermukim di Jangga; (9) Raja Pardemban yang dikabarkan keturunannya ada di Simalungun; dan (10) Simamora Debataraja, yang mana keturunan Tuan Sogar adalah yang memulai hubungan padan antara marga Manurung dan marga Simamora Debataraja

Raja Humuntor sendiri bergabung dan menjadi marga Tamba serta beliaulah yang memulai hubungan padan antara marga Manurung dan marga Tamba.

Terkait dengan tarombo dari Ompu Torpaniaji sendiri hingga saat ini masih kontroversi dan diperdebatkan, yang mana keturunannya mengklaim bahwa leluhur mereka merupakan putra sulung dari Manurung Hutagurgur serta tarombo yang mereka pegang berbeda dengan tarombo yang dipegang marga Manurung pada umumnya. Ompu Torpaniaji yang dikenal keturunannya sebagai Ompu Bona Huta menikah dengan Boru Sagala dan bermukim di Lumban Jabijabi Sibisa. Ia memiliki dua orang putra yaitu Raja Naing dan Ompu Raja Hualu.

Raja Naing menikah dengan Boru Sagala dan tetap bermukim di Sibisa. Ia memiliki dua orang putra yaitu Ompu Bane yang bermukim di Sibisa dan Ompu Lamis yang bermukim di Sipangan Bolon. Kemudian Ompu Raja Hualu yang menikah dengan Boru Sijabat dan bermukim di Ajibata. Ia memiliki tiga orang putra, yaitu (1) Ompu Pongki, (2) Raja Niojur, dan (3) Raja Togap yang menikahi Boru Sirait dan bermukim di Lumban Gambiri Sipangan Bolon.

Ompu Sibatu Nanggar yang dikabarkan bermukim ke Motung lalu ke Ajibata, namun jejak dari beliau dan keturunannya belum diketahui sampai sekarang dan kabarnya masih simpang siur serta perlu diselidiki lebih lanjut.

Ompu Parpinggol Lobilobi yang pergi ke Siantar dan di sana beliau bergabung dengan marga Damanik.

Manurung Hutagaol (Sibitonga)

Hutagaol memiliki seorang putra yang bernama Raja Pangadum, dan kemudian Raja Pangadum memiliki dua orang putra yaitu Ompu Raja Unggul dan Ompu Janji Maria.

Ompu Raja Unggul memiliki 2 orang putra, yaitu Ama ni Raja Unggul yang bermukim di Ajibata dan Ompu Datas yang bermukim di Motung. Kemudian Ompu Janji Maria yang memiliki tiga orang putra, yaitu (1) Datu Lobi yang bermukim di Binangalom, (2) Raja Haposan (Ompu Tatar Uluan), dan (3) Raja Sinading. Keturunan Manurung Hutagaol juga ada yang bermukim di Sirait Uruk namun mayoritas bermukim di Motung.

Manurung Simanoroni (Siampudan)

Simanoroni menikah dengan Boru Limbong dan pergi dari Sibisa lalu bermukim di Sibatu yang berada di lereng Gunung Simanukmanuk. Beliau memiliki dua orang putra, yaitu Tuan Ria Sibatu (Raja Dapot) dan Raja Mangantar. Kemudian juga, Manurung Simanoroni juga memiliki hela (menantu) atau boru sihabolonon yaitu Raja Hutajulu.

Tuan Ria Sibatu atau yang juga bernama Raja Dapot menikah dengan Pinta Uli Boru Pasaribu dan memiliki tiga orang putra, yaitu (1) Janji Nabolon, (2) Namora Titip, dan (3) Raja Huta.

Janji Nabolon pergi serta bermukim di Sibuntuon dan memperoleh lima orang putra, yaitu (1) Tuan Ria Sibuntuon, (2) Raja Mamotik, (3) Raja Sibagot, (4) Raja Udan, (5) Raja Buhit.

Tuan Ria Sibuntuon menikah dengan Boru Butarbutar dan Boru Tampubolon serta memiliki enam orang putra, yaitu (1) Pu Raja yang menikahi Boru Tampubolon dan bermukim di Boltok Nihuta; (2) Pu Pangke yang menikahi Boru Butarbutar dan keturunannya bermukim di Balata dan Toba Holbung; (3) Pu Laban yang menikahi Boru Sinaga dan Boru Samosir serta bermukim di Sibuntuon; (4) Raja Siarsam yaang menikahi Boru Gultom dan bermukim di Lumban Julu; (5) Datu Arimo yang menikahi Siboru Marsanea Bulan Boru Lumbanraja dan Boru Sihotang serta bermukim di Binangalom; dan (6) Raja Marpirik yang menikahi Boru Butarbutar dan bermukim di Lumban Manurung. Kemudian Raja Mamotik menikahi Intan Br. Simangunsong dan bermukim di Lumban Sinuksuk Porsea. Ia memiliki tiga orang putra, yaitu (1) Punsogit, (2) Punsait, dan (3) Puntaronggal. Adapun Raja Sibagot bermukim di Sirait Uruk dan memiliki dua orang putra, yaitu Raja Pardarapati dan Raja Hualu. Lalu Raja Udan menikahi Marsaulina Boru Butarbutar dan bermukim di Lumban Nahor. Ia memiliki dua orang putra, yaitu Pu Jumonang dan Pu Tumording.

Namora Titip menikah dengan Paradongan Boru Sinaga dan bermukim di Lumban Ganjang. Ia memperoleh dua orang putra, yaitu Simodang Sangkar dan Raja Sibortung.

Simodang Sangkar sendiri keturunannya tersebar di Parmaksian dan Lumban Huala. Ia memperoleh tiga orang putra yaitu (1) Tuan Naposo yang bermukim di Lumban Sibabiat; (2) Palahuta yang bermukim di Lumban Huala Sipinggan; dan (3) Tuan Lobi yang menikahi Hotmauli Boru Nadapdap dan bermukim di Lumban Sidagul. Kemudian Raja Sibortung menikah dengan Boru Manik dan keturunannya tersebar di Lumban Binanga dan Sihubakhubak. Ia memperoleh dua orang putra, yaitu Raja Habiaran dan Raja Pinainggal yang menikahi Boru Siburian.

Raja Huta sendiri keturunannya tersebar di Lumban Huala Porsea, lalu juga di Ulubius dan Lumban Binanga. Ia memperoleh tiga orang putra, yaitu (1) Badia Raja, (2) Raja Huta II, dan (3) Ompu Iang Debata.

Raja Mangantar sendiri memiliki seorang putra yang bernama Ompu Raja Pande dan bermukim di Parmaksian. Kemudian karena ada sesuatu hal, beliau pergi ke arah Rantau Prapat dan kabar dari beliau serta keturunannya tidak diketahui hingga saat ini.

Turiturian (Kisah) Marga Manurung dan Marga Simamora Debataraja

Tuan Sogar Manurung, keturunan dari Manurung Hutagurgur yang lebih tepatnya merupakan anak keenam dari Raja Mangatur Manurung, merupakan seorang yang terkenal (tarbarita) dengan kesaktiannya dan keperkasaannya sampai ke Dolok Sanggul. Di Dolok Sanggul sendiri terdapat seorang yang bernama Nahum Dimana Simamora, keturunan dari Simamora Debataraja yang lebih tepatnya merupakan anak kedua dari Marbulang Simamora Debataraja yang terkenal sangat kaya raya dan hampir semua tanah di Dolok Sanggul dimilikinya oleh karena kemenangannya dalam berjudi. Nahum Dimana sangat pintar dan ahli berjudi di Dolok Sanggul sehingga banyak pihak yang ingin membunuhnya karena keahliannya tersebut. Artinya, Nahum Dimana pada saat itu berada dalam posisi yang terjepit sehingga perlu mencari sekutu untuk melawan para musuhnya. Nahum Dimana juga mendengar kehebatan Tuan Sogar yang sangat pintar melawan banyak musuhnya. Nahum Dimana berencana untuk menemui Tuan Sogar sehingga ia berencana untuk pergi ke daerah Porsea untuk berjudi. Onan Porsea ini dikenal dengan Onan Nagodang Siapari. Lalu Nahum Dimana berangkat ke Onan Nagodang Siapari dengan membawa uang manik dan emasnya untuk modal berjudi di onan tersebut. Ketika melewati Parseian (Porsea), ia mulai berpikir dan merasa takut semua hartanya akan diambil oleh penduduk disitu, sehingga Nahum Dimana melakukan diskusi (martarombo) supaya seluruh hartanya tidak disamun (ditodong). Ketika berdiskusi dan bercerita dengan beberapa orang, maka Nahum Dimana mendapatkan bahwa Tuan Sogar merupakan orang yang tepat untuk dijadikan sebagai temannya. Akhirnya, Nahum Dimana bertemu dengan Tuan Sogar di Onan Nagodang Siapari. Pertemuan Tuan Sogar dan Nahum Dimana membuat Nahum Dimana pergi bersama Tuan Sogar ke Lumban Tonga-tonga, Narumambing dan tinggal disitu sambil bermain judi di Onan Nagodang Siapari. Selama tinggal di Narumambing, Nahum Dimana mendapatkan cerita mengenai kesaktian dan kekuatan dari Tuan Sogar, sehingga ia semakin percaya bahwa dia adalah orang yang tepat untuk membantu dia melawan musuhnya di Dolok Sanggul.

Nahum Dimana meminta Tuan Sogar untuk membantunya di Dolok Sanggul melawan musuh-musuhnya dan mereka mengadakan kesepakatan. Tuan Sogar meminta agar mereka pergi terlebih dahulu untuk melihat anak-anaknya di Janji Matogu, Gala-Gala Pangkailan dan ke kampung pamannya (tulang) Raja Rumapea di Huta Rihit Samosir. Tuan Sogar ingin menyampaikan izin dan salam perpisahan kepada anak-anaknya karena hendak pergi dan tinggal dalam waktu yang lama di Dolok Sanggul. Akhirnya urutan perjalanannya yaitu dimulai dari Narumambing ke Gala-Gala Pangkailan, Sihubak-Hubak, Janji Matogu, kampung tulang-nya Raja Rumapea di Huta Rihit, Samosir, dan ke Bakkara hingga naik ke atas lagi ke kampung yang bernama Batu Najagar.

Setelah mereka sampai di Dolok Sanggul, maka semua anak-anak dan isteri Nahum Dimana melaporkan bahwa selama Nahum Dimana tidak di rumah, keluarganya tersebut diancam oleh para musuhnya. Nahum Dimana murka mendengar kabar tersebut dan meminta Tuan Sogar untuk menentukan hari yang tepat untuk melawan musuh-musuhnya tersebut. Tuan Sogar menjawab: “Nunga husigat parhalaan, ndang adong gea di tano pangkailan, ndang adong jea, songon i hamagoan ninna pos do roha. Ni rap-rap hodong tinapu salaon, pos rohanta modom, ai ndang adong sijagaon.” Karena Tuan Sogar adalah Datu Bolon, maka Tuan Sogar meminta kepada Nahum Dimana dengan mengatakan: “pangan hita ma jolo asu sibirong, marganding si bara ulunan dohot munsungna, asa mabiar musu mandopang hita, jala martali-tali tiga bolit ma ho, ahu martali-tali andor nguk-nguk.” Tuan Sogar dan Nahum Dimana memakan anjing tersebut dan mereka berdua berpakaian seperti yang diminta Tuan Sogar dan berjalan di seluruh kampung Nahum Dimana. Semua musuh-musuh Nahum Dimana melihat tindakan Tuan Sogar dan Nahum Dimana sehingga mereka ketakutan dan selanjutnya musuh-musuh Nahum dimana tidak ada lagi.

Tuan Sogar sudah merasa cocok dan senang tinggal di Dolok Sanggul dan Nahum Dimana juga merasa senang sehingga ia mengangkat (mangain) Tuan Sogar Manurung menjadi marga Simamora Debataraja, yaitu anak dari Nahum Dimana. Adapun anak-anak dari Nahum Dimana tidak termasuk Tuan Sogar Manurung sebagai berikut:

  1. Guru Sabungan
  2. Anak Perempuan (Menikah dengan marga Manalu)
  3. Guru Manurbing
  4. Girsang Matabun
  5. Raja Paimaon
  6. Lahi Sabungan

Anak perempuan dari Nahum Dimana pulang ke kampung ayahnya di Dolok Sanggul karena suaminya wafat, sehingga ia tinggal di rumah Nahum Dimana dan bertemu dengan Tuan Sogar. Pertemuannya dengan Tuan Sogar membuat dia jatuh hati dikarenakan kehebatan yang dimiliki oleh Tuan Sogar. Kemudian tanpa diduga, anak perempuan dari Nahum Dimana itu pun ketahuan sedang mengandung dan akhirnya diketahui oleh semua orang. Akhirnya desas-desus keluar dalam masyarakat, “Tuan Sogar secara tidak langsung telah menikahi saudara perempuannya (iboto) sendiri karena Nahum Dimana telah mengangkat Tuan Sogar menjadi anaknya dan dalam hal ini, Tuan Sogar dan anak perempuan Nahum Dimana sudah melanggar adat”. Ada beberapa pihak memberikan usulan agar aib dalam keluarga tidak semakin meluas, putri Nahum Dimana tinggal di gubug (sopo-sopo) di hutan, dan ternyata kemudian, anak perempuan Nahum Dimana itu pun melahirkan seorang anak laki-laki. Kemudian Puteri Nahum Dimana wafat dan hewan rusa yang menyusui bayi dari perempuan tersebut. Para penggembala kerbau (parmahan) mendengar tangisan bayi dari puteri Nahum Dimana tersebut dan mendekati tempat tersebut dan ditemukan ternyata bayi tersebut bersama dengan rusa yang menyusuinya. Kemudian penggembala kerbau itu melapor kepada Nahum Dimana, lalu bayi tersebut dibawa ke rumah Nahum Dimana dan diberikan kepada Tuan Sogar. Tuan Sogar menyatakan bahwa bayi tersebut adalah anaknya dan ia mengatakan “Pir ma tondimi Anakhi” kepada Nahum Dimana. Sejak itu, namanya disebut Patuan Sogar Simamora, kemudian ia mempunyai kampung di Huta Bagasan, Dolok Sanggul. Seluruh keturunan Patuan Sogar Simamora tidak memakan rusa oleh karena cerita ini.

Tuan Sogar tinggal selama sisa hidupnya di Huta Bagasan, Dolok Sanggul dan menurut cerita tidak pernah lagi pulang ke Narumambing, dan Janji Matogu. Tuan Sogar wafat di Dolok Sanggul dan mempunyai tambak di dekat Huta Bagasan, Dolok Sanggul. Anak laki-laki Tuan Sogar tersebut bernama Juara Manungkun dan pesan untuk tidak memakan rusa datang dari Juara Manungkun. Ada cerita lain yang menyatakan bahwa Juara Manungkun sempat mau diusir dari Huta Bagasan, Dolok Sanggul. Tetapi sahala dari Tuan Sogar selalu melindungi anaknya termasuk seluruh keturunannya, sehingga keturunannya makin banyak dan terlihat besar hingga saat ini. Monumen Tuan Sogar dibangun di Janji Matogu dan tidak ada tulang belulangnya disitu. Monumen tersebut dibangun oleh anak-anaknya mulai dari yang paling besar hingga yang terkecil selain Simamora Tuan Sogar atau Juara Manungkun.[2]

Tokoh

Beberapa tokoh yang bermarga Manurung, di antaranya adalah:

Referensi

  1. ^ Vergouwen, J. C. (Jacob Cornelis) (1964). The social organisation and customary law of the Toba-Batak of northern Sumatra. Internet Archive. The Hague, M. Nijhoff.
  2. ^ "Buku Tuan Sogar Manurung PDF | PDF". Scribd. Diakses tanggal 2025-05-26.
Prefix: a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x y z 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Portal di Ensiklopedia Dunia

Kembali kehalaman sebelumnya