Lamtoro gung
DeskripsiLamtoro gung dapat ditanam sebagai pohon berkayu hingga ~ 20 m tingginya atau dipelihara sebagai legum makanan ternak lebat dengan panen berulang dedaunannya beberapa kali setahun. Lamtoro gung yang ditanam untuk pakan ternak dapat menghasilkan hijauan bahan kering hingga 34 Mg ha − 1 tahun − 1. Hasil hijauan yang tinggi bersama-sama dengan kandungan protein yang tinggi menjadikan leucaena legum pakan ternak yang ideal untuk daerah tropis dan subtropis di dunia. Meskipun mimosin yang ada di dedaunan leucaena memiliki toksisitas, seharusnya tidak menjadi perhatian besar karena hewan ternak ruminansia tidak mengalami efek racun dari mimosin. Mimosin yang ada di dedaunan lamtoro gung juga dapat dihilangkan dengan mudah dan murah melalui pemrosesan sederhana.[3] Kultivar lamtoro gung umumnya bebas dari penyakit dan sangat toleran terhadap kekeringan. Meskipun infestasi oleh hama psyllids mungkin menjadi masalah, sejumlah kultivar lamtoro gung yang resisten terhadap psyllid telah dikembangkan melalui hibridisasi antarspesies.[3] ManfaatKayu lamtoro gung dapat digunakan untuk produksi kayu, bubur kertas, atau biofuel. Dedaunan dan kayu lamtoro gung dapat berfungsi sebagai bahan baku untuk pengembangan industri baru untuk produksi phytochemical seperti mimosin, tanin dan antosianin, produk kayu, dan pakan ternak protein tinggi untuk hewan ternak di masa depan.[3] Pohon Lamtoro ini bisa menjadi sumber kayu bakar, peneduh bagi tanaman lain dan pencegah erosi.[4] Lamtoro diketahui juga dapat digunakan sebagai bahan baku obat-obatan. Beberapa literatur menyebutkan, Lamtoro bisa mengobati kencing manis, cacing, bengkak radang ginjal, bisul, patah tulang, abses paru, luka terpukul, insomnia dan meningkatkan gairah seks.[4] Referensi
Pranala luar![]() Wikimedia Commons memiliki media mengenai Leucaena leucocephala subsp. glabrata. |