Gunung Raung
Gunung Raung adalah gunung berapi kerucut yang terletak di ujung timur Pulau Jawa, Indonesia. Secara administratif, kawasan gunung ini termasuk dalam wilayah tiga kabupaten di wilayah Besuki, Jawa Timur, yaitu Banyuwangi, Bondowoso, dan Jember. Puncaknya sekitar 3.344 MDPL[2] Secara geografis, lokasi gunung ini berada dalam kawasan kompleks Pegunungan Ijen dan menjadi puncak tertinggi dari gugusan pegunungan tersebut. Dihitung dari titik tertinggi, Gunung Raung merupakan gunung tertinggi ketiga di Jawa Timur setelah Gunung Semeru dan Gunung Arjuno, serta menjadi yang tertinggi keempat di Pulau Jawa. Kaldera Gunung Raung juga merupakan kaldera kering yang terbesar di Pulau Jawa dan terbesar kedua di Indonesia setelah Gunung Tambora di Nusa Tenggara Barat.[3] Terdapat empat titik puncak, yaitu Puncak Bendera, Puncak 17/Puncak Bendera (3159 mdpl), Puncak Tusuk Gigi,(3300 mdpl) dan, yang tertinggi, adalah Puncak Sejati (3.344 mdpl).[4] Dilihat dari vegetasinya, Gunung Raung memiliki kawasan hutan Dipterokarp Bukit, hutan Dipterokarp Atas, hutan Montane, dan hutan Ericaceous atau hutan gunung. PendakianGunung Raung dikenal sebagai salah satu gunung dengan jalur pendakian paling menantang di Jawa Timur karena medannya yang ekstrem dan berbahaya. Pendakian memerlukan peralatan khusus dan pengalaman yang memadai. Jalur PendakianTerdapat beberapa jalur pendakian menuju Gunung Raung, dengan dua jalur utama yang paling populer: Via KalibaruJalur via Kalibaru (Banyuwangi) merupakan jalur favorit meskipun cukup menantang. Basecamp berada di Dusun Wonorejo, Kalibaru, yang dikenal dengan nama Rumah Pak Suto. Pendakian melalui jalur ini melewati 9 pos dengan estimasi waktu 3-4 hari pulang-pergi:[5]
Dari Pos 9, pendaki melanjutkan ke Puncak Bendera (3.154 mdpl) dan akhirnya ke Puncak Sejati (3.344 mdpl) melalui jalur ekstrem yang dijuluki "Jembatan Sirotol Mustaqim" karena hanya berupa punggungan sempit dengan jurang di kedua sisinya. Via SumberwringinJalur via Sumberwringin (Bondowoso) dianggap lebih mudah dan aman dibandingkan jalur Kalibaru. Basecamp berada di Desa Sumberwringin dengan rute sebagai berikut:[6]
Tingkat KesulitanPendakian Gunung Raung dikategorikan sebagai pendakian tingkat sulit (hard) dengan medan yang ekstrem. Trek pendakian sangat menanjak sejak awal, dengan medan berbatu, tanah licin saat hujan, dan tebing-tebing tinggi dengan kemiringan yang curam hingga tegak lurus. Bagian tersulit adalah menuju Puncak Sejati yang hanya berupa punggungan sempit dengan jurang dalam di kedua sisi.[7] Peralatan yang DiperlukanKarena medannya yang ekstrem, pendaki memerlukan peralatan khusus seperti:
Pendaki juga disarankan membawa air minum 5-6 liter karena sulit menemukan sumber air di sepanjang jalur pendakian. PerizinanPendaki harus mengurus SIMAKSI (Surat Izin Masuk Kawasan Konservasi) di basecamp sebelum mendaki dan melaporkan diri kepada petugas. LetusanTipe LetusanLetusan Gunung Raung bertipe letusan stromboli, yaitu letusan kecil tetapi terus-menerus mengeluarkan pijar.[8] Gunung Raung juga memiliki sistem kawah yang terbuka, yang menyebabkan lava pijar yang dihasilkan akan kembali ke dalam kawah dan kecil kemungkinan meluber keluar kaldera. Sejarah Letusan
Hidrologi DASKomplek Gunung Raung menjadi batas alami hidrologi yang membagi tujuh daerah aliran sungai menjadi tiga arah aliran yang berbeda. Pertama adalah aliran yang mengarah ke pesisir utara dan bermuara di Laut Jawa (DAS Sampean). Kedua, aliran yang mengarah ke pesisir selatan dan bermuara di Samudera Hindia (DAS Kalibaru, DAS Mayang dan DAS Bedagung). Ketiga adalah aliran yang mengarah ke pesisir timur dan bermuara di Selat Bali (DAS Glondong, DAS Bomo dan DAS Setail). Titik pertemuan batas hidrologi tersebut berada pada puncak Gunung Raung (kecuali DAS Bedagung yang diapit oleh DAS Sampean dan DAS Mayang).[18] Lihat pula
GaleriReferensi
Pranala luar |