Durian![]() Durian (bentuk tidak baku: duren) adalah buah yang dapat dimakan dari beberapa spesies pohon dalam genus Durio yang didalamnya terdiri dari 29 spesies yang diakui, setidaknya sembilan di antaranya menghasilkan buah yang dapat dimakan. Durio zibethinus yang merupakan spesies asli Kalimantan dan Sumatra, adalah satu-satunya spesies yang tersedia di pasar internasional. Ia memiliki lebih dari 300 varietas bernama di Thailand dan lebih dari 200 di Malaysia pada tahun 2021. Spesies lain dijual di daerah asalnya.[1] Buah ini dikenal di beberapa daerah sebagai "raja buah",[2][3] durian memiliki ciri khas karena ukurannya yang besar, bau yang kuat, dan kulitnya yang berduri. Buahnya dapat tumbuh hingga panjang 30 cm (12 inci) dan diameter 15 cm (6 inci), dan beratnya biasanya 1 hingga 3 kg (2 hingga 7 pon). Bentuknya berkisar dari lonjong hingga bulat, warna kulitnya dari hijau hingga cokelat, dan dagingnya dari kuning pucat hingga merah, tergantung spesiesnya. Beberapa orang menganggap durian memiliki aroma manis yang menyenangkan, sementara yang lain menganggap aromanya terlalu kuat dan tidak menyenangkan. Baunya yang kuat dan bertahan selama beberapa hari telah menyebabkan beberapa hotel dan layanan transportasi umum di Asia Tenggara seperti di Singapura dan Bangkok, melarang buah tersebut. Daging buahnya dapat dikonsumsi pada berbagai tingkat kematangan, dan digunakan untuk membumbui berbagai macam hidangan penutup manis dan hidangan gurih dalam benerapa masakan Asia Tenggara. Bijinya juga dapat dimakan setelah dimasak terlebih dahulu. EtimologiNama "durian" berasal dari kata Melayu "duri", yang merujuk pada banyaknya duri tajam pada kulitnya, dikombinasikan dengan akhiran pembentuk kata benda "-an".[4][5] Menurut Oxford English Dictionary, kata ini pertama kali digunakan dalam bahasa Inggris pada tahun 1588, dalam terjemahan Historie of the Great and Mightie Kingdome of China karya Juan González de Mendoza. Ejaan varian historisnya meliputi durion, duryoen, duroyen, durean, dan dorian.[4] Nama salah satu spesies tipenya yakni Durio zibethinus, berasal dari bahasa Italia zibetto (musang), karena bau buah yang kuat dan menyengat mengingatkan orang pada bau hewan tersebut.[6] DeskripsiPohon durian berukuran besar, tumbuh hingga 25–50 meter (80–165 kaki) tingginya tergantung pada spesiesnya. Daunnya merupakan malar hijau, elips hingga lonjong dan panjang 10–18 sentimeter (4–7 inci). Bunganya dihasilkan dalam tiga hingga tiga puluh kelompok bersama-sama pada cabang-cabang besar dan langsung pada batang, dengan setiap bunga memiliki kelopak dan lima (jarang empat atau enam) mahkota. Pohon durian memiliki satu atau dua periode berbunga dan berbuah per tahun, meskipun waktunya bervariasi tergantung pada spesies, kultivar, dan lokasi. Pohon durian yang khas dapat berbuah setelah empat atau lima tahun. Buah durian dapat menggantung dari cabang mana saja, dan matang kira-kira tiga bulan setelah penyerbukan. Buahnya dapat tumbuh hingga sepanjang 30 cm (12 inci) dan berdiameter 15 cm (6 inci), serta biasanya beratnya 1 hingga 3 kilogram (2–7 pon). Bentuknya berkisar dari lonjong hingga bulat, warna kulitnya hijau hingga cokelat, dan dagingnya kuning pucat hingga merah, tergantung pada spesiesnya.[7] Di antara tiga puluh spesies Durio yang diketahui, sembilan menghasilkan buah yang dapat dimakan yakni: D. zibethinus, D. dulcis, D. grandiflorus, D. graveolens, D. kutejensis, D. lowianus, D. macrantha, D. oxleyanus, dan D. testudinarius.[8] D. zibethinus adalah satu-satunya spesies yang dibudidayakan secara komersial dalam skala besar dan tersedia di luar wilayah asalnya.[9] Karena spesies ini diserbuki secara terbuka, ia menunjukkan keragaman yang cukup besar dalam warna dan bau buah, ukuran daging dan biji, dan fenologi pohon. Dalam nama spesiesnya, zibethinus merujuk pada musang kesturi (Viverra zibetha). Ada perbedaan pendapat mengenai apakah nama ini, yang diberikan oleh Linnaeus, mengacu pada musang yang begitu menyukai durian sehingga buahnya digunakan sebagai umpan untuk menjebak mereka, atau pada aroma durian yang seperti musang.[10] Bunga durian besar dan berbulu, dengan nektar yang melimpah; mereka mengeluarkan bau yang berat, asam, dan seperti mentega. Ciri-ciri ini merupakan ciri khas bunga yang diserbuki oleh spesies kelelawar tertentu yang memakan nektar dan serbuk sari.[11] Durian dapat diserbuki oleh beberapa jenis kelelawar seperti lalai kembang, codot krawar, dan kalong besar).[12] Spesies D. grandiflorus dan D. oblongus diserbuki oleh burung pijantung (famili Nectariniidae), sementara D. kutejensis diserbuki oleh lebah madu raksasa, burung, dan kelelawar.[13] Beberapa ilmuwan berhipotesis bahwa perkembangan benang sari monotekate dan bunga yang lebih besar (dibandingkan dengan genus yang tersisa di Durioneae) dalam klad yang terdiri dari Durio, Boschia, dan Cullenia bersamaan dengan transisi dari penyerbukan kumbang ke penyerbukan vertebrata.[14]
KultivarSelama berabad-abad, berbagai kultivar durian yang diperbanyak dengan kloning vegetatif telah muncul di Asia Tenggara. Dulu, kultivar ini ditanam dari biji pohon yang menghasilkan buah berkualitas unggul, dengan hasil yang beragam. Kini, kultivar ini diperbanyak dengan cara cangkok atau (lebih umum) okulasi, termasuk okulasi kuncup, veneer, wedge, whip, dan U-grafting, pada bibit batang bawah yang dipilih secara acak. Kultivar yang berbeda dapat dibedakan sampai batas tertentu berdasarkan variasi bentuk buah, seperti bentuk duri.[15] Varietas MalaysiaKementerian Pertanian dan Industri Berbasis Agro Malaysia sejak tahun 1934 telah memiliki daftar varietas terdaftar, di mana setiap kultivar diberi nama umum dan nomor kode yang dimulai dengan "D". Kode-kode ini banyak digunakan di seluruh Asia Tenggara; pada tahun 2021, terdapat lebih dari 200 varietas terdaftar.[16] Banyak kultivar unggul telah diidentifikasi melalui kompetisi yang diadakan di Pameran Pertanian, Hortikultura, dan Agrowisata Malaysia tahunan. Ada 13 varietas umum Malaysia yang memiliki kualitas warna, tekstur, bau, rasa, hasil tinggi, dan ketahanan terhadap berbagai penyakit yang menguntungkan.[17] Musang King (D197) ditemukan pada tahun 1980-an, ketika seorang pria bernama Tan Lai Fook dari Raub, Pahang, menemukan pohon durian di Gua Musang, Kelantan. Dia membawa cabang kembali ke Raub untuk dicangkok. Kultivar tersebut dinamai sesuai tempat asalnya. Varietas ini memiliki daging berwarna kuning cerah dan seperti versi D24 yang lebih kuat atau lebih baik. D24 atau durian Sultan memiliki daging berwarna kuning keemasan dan tekstur serta aroma yang kaya. Ini adalah varietas yang populer di Malaysia.[18] Kultivar populer lainnya di Malaysia termasuk "Tekka", dengan inti kekuningan yang khas di batang bagian dalam; "D168" (IOI), yang berbentuk bulat, berukuran sedang, dengan kulit luar berwarna hijau dan kuning, serta daging buah yang mudah terlepas, tebal sedang, padat, berwarna kuning, dan manis;[19] dan "Udang Merah" (D175), ditemukan di negara bagian Pahang dan Johor.[20][21] Buahnya berukuran sedang, lonjong, berwarna hijau kecokelatan, dengan duri pendek. Daging buahnya tebal, tidak padat, berwarna kuning, dan memiliki rasa manis.[17] Varietas IndonesiaIndonesia memiliki lebih dari 100 varietas durian. Spesies yang paling banyak dibudidayakan adalah D. zibethinus.[22] Di Indonesia terdapat lebih dari 55 varietas/jenis durian budi daya. Hingga 2005 terdapat 38 kultivar unggul yang telah diseleksi dan diperbanyak secara vegetatif.[23] Beberapa di antaranya:
Beberapa ras lokal belum diseleksi, sehingga masih bervariasi dan keunggulannya belum terjamin. Biasanya dinamakan sesuai lokasi geografi. Beberapa di antaranya adalah:
Varietas ThailandDi Thailand, Monthong adalah kultivar yang paling banyak dicari secara komersial, karena dagingnya yang tebal, bertubuh penuh, lembut, dan berasa manis ringan dengan aroma sedang dan biji yang lebih kecil, sementara Chanee paling tahan terhadap infeksi Phytophthora palmivora. Kan Yao kurang umum, tetapi dihargai karena masa panennya yang lebih panjang, yaitu manis dan tidak berbau. Di antara kultivar di Thailand, lima di antaranya saat ini dibudidayakan secara komersial dalam skala besar: Chanee, Monthong, Kan Yao, Ruang, dan Kradum.[25] Pada tahun 2007, ilmuwan pemerintah Thailand Songpol Somsri telah menyilangkan lebih dari sembilan puluh varietas durian untuk menciptakan Chantaburi No. 1, sebuah kultivar tanpa bau khas. Hibrida lain, Chantaburi No. 3, mengembangkan bau sekitar tiga hari setelah buah dipetik, yang memungkinkan transportasi tanpa bau namun memuaskan konsumen yang lebih menyukai bau menyengat.[26] Pada tahun 2012, dua kultivar tanpa bau, Long Laplae dan Lin Laplae, dipresentasikan kepada publik oleh Yothin Samutkhiri, gubernur provinsi Uttaradit, tempat mereka dikembangkan..[27]
Nama-nama lokalTerdapat banyak nama lokal. Nama terbanyak ditemukan di Kalimantan, yang mengacu pada berbagai varietas dan spesies yang berbeda. Durian di Jawa dikenal sebagai duren (bahasa Jawa, bahasa Betawi) dan kadu atau duren (bahasa Sunda). Di Sumatra, durian dikenal sebagai durian dan duren (bahasa Gayo). Di Sulawesi, orang Manado menyebutnya duriang, sedangkan orang Toraja menyebutnya duliang. Sementara di ujung paling timur pulau ini, orang Banggai mengenalnya dengan nama mbolisukon. Di Pulau Seram bagian timur, durian disebut rulen.[28][29] Di Kota Ambon dan kepulauan Lease, durian biasa disebut sebagai doriang. Orang Batak menyebutnya Tarutung[butuh rujukan]. Penyebaran![]() Pusat keanekaragaman durian adalah Pulau Kalimantan.[30] Daerah-daerah sekitarnya juga memilki beberapa plasma nutfah durian, seperti Mindanao, Sumatra, dan Semenanjung Malaya meskipun tidak semelimpah Kalimantan. Meskipun demikian, pengekspor utama durian adalah Thailand, yang mampu mengembangkan kultivar dengan mutu tinggi dan sistem budi daya yang baik. Tempat lain yang membudidayakan durian dengan orientasi ekspor adalah Mindanao di Filipina, Queensland di Australia, Kamboja, Laos, Vietnam, India, dan Sri Lanka. ![]() Di Filipina, pusat penghasil durian adalah di daerah Davao di Pulau Mindanao. Festival Kadayawan merupakan perayaan tahunan untuk durian di Davao City. Budi daya dan perbanyakanSyarat tumbuh dan pemupukanCurah hujan yang disukai sekurang-kurangnya 1500 mm, yang tersebar merata sepanjang tahun. Akan tetapi, periode kering 1–2 bulan akan merangsang perbungaan lebih baik. Musim raya buah durian biasa terjadi setelah tahun dengan musim kemarau yang berkepanjangan. Musim panen antara dapat terjadi dengan produksi buah yang biasa-biasa saja. Tanaman ini memerlukan tanah yang dalam, ringan dan berdrainase baik. Derajat keasaman optimal adalah 6–6,5. Tanah masam, seperti latosol atau podsolik merah kuning memerlukan pengapuran agar tanaman tumbuh baik. Durian muda juga memerlukan lindungan alam, agar pohon atau cabang-cabangnya yang sarat buah tidak patah diterpa angin yang kuat. Muka air tanah tidak boleh kurang dari 150 cm karena air tanah yang terlalu rendah berakibat buah kurang manis. Pemupukan dilakukan dengan membuat parit kecil di sekeliling pohon lalu ditaburi pupuk kimia. Pupuk kandang diberikan pada waktu penanaman bibit. Pemupukan dengan kadar NPK yang sama diberikan segera setelah musim berbuah, sedangkan pemupukan dengan kadar P yang lebih tinggi diberikan setelah flushing selesai untuk mempersiapkan pembungaan. Penanaman dan pemeliharaanPenanaman durian secara komersial di perkebunan dilakukan dengan jarak tanam 10 m × 10 m hingga 12 m × 12 m, tergantung dari ukuran tanaman/kultivarnya.[28] Apabila tanaman masih kecil, tumpang sari dapat dilakukan. Pengendalian gulma juga perlu dilakukan. Pemeliharaan mencakup pemupukan, pemangkasan (pembentukan dan peremajaan), pengairan (bila diperlukan), dan pengendalian hama dan penyakit.[28] Tajuk durian yang baik adalah berbentuk kerucut membulat, dengan cabang utama mendatar ke samping. PerbanyakanPerbanyakan durian di desa-desa umumnya dengan menggunakan biji. Perbanyakan dengan biji juga dilakukan untuk memperoleh batang bawah dalam perbanyakan vegetatif. Biji durian bersifat recalcitrant, hanya dapat hidup dengan kadar air tinggi (di atas 30% berat) dan tanpa perlakuan tertentu hanya sanggup bertahan seminggu sebelum akhirnya embrionya mati. Dengan demikian biji harus segera disemaikan setelah buahnya dibuka. Pohon durian mulai berbuah setelah 4–5 tahun, tetapi dalam budi daya dapat dipercepat jika menggunakan bahan tanam hasil perbanyakan vegetatif. Teknik-teknik yang dipakai adalah pencangkokan (jarang dilakukan), penyusuan (jarang dilakukan), penyambungan sanding (inarching), penyambungan celah (cleft grafting), atau okulasi (budding).[28] Teknik yang terakhir ini sekarang yang paling banyak dilakukan. Beberapa penangkar sekarang juga menerapkan penyambungan mikro (micrografting). Teknik ini dilakukan pada saat batang bawah masih berusia muda sehingga mempercepat masa tunggu. Tercatat bahwa durian hasil perbanyakan vegetatif mampu berbunga setelah 2–3 tahun. Durian juga memungkinkan diperbanyak secara in vitro (kultur jaringan). Hama dan penyakitHama yang menyerang durian di antaranya adalah ulat penggerek buah (gala-gala), ulat penggerek bunga, dan kutu loncat durian (mengisap cairan daun muda).[28] Penyakit utama durian adalah busuk akar dan batang Pythium complectens, mati bibit (juga oleh patogen yang sama), penyakit blendok/kanker Phytophthora palmivora, dan jamur upas yang menyerang batang/cabang.[28][31] Kegunaan![]() Durian terutama dipelihara orang untuk buahnya, yang umumnya dimakan (arilus atau salut bijinya) dalam keadaan segar. Salut biji ini umumnya manis dan sangat bergizi karena mengandung banyak karbohidrat, lemak, protein, dan mineral.[32] Pada musim raya durian, buah ini dapat dihasilkan dengan berlimpah, terutama di sentra-sentra produksinya di daerah. Secara tradisional, daging buah yang berlebih-lebihan ini biasa diawetkan dengan memasaknya bersama gula menjadi dodol durian (biasa disebut lempok), atau memfermentasikannya menjadi tempoyak. Selanjutnya, tempoyak yang rasanya masam ini biasa menjadi bahan masakan seperti sambal tempoyak, atau untuk campuran memasak ikan. Durian pun kerap diolah menjadi campuran bahan kue-kue tradisional, seperti gelamai atau jenang. Terkadang, durian dicampurkan dalam hidangan nasi pulut (ketan) bersama dengan santan. Dalam dunia masa kini, durian (atau aromanya) biasa dicampurkan dalam permen, es krim, susu, dan berbagai jenis minuman penyegar lainnya. Bijinya bisa dimakan sebagai camilan setelah direbus atau dibakar,[32] atau dicampurkan dalam kolak durian. Biji durian yang mentah beracun dan tak dapat dimakan karena mengandung asam lemak siklopropena (cyclopropene).[33] Biji durian mengandung nutrisi tinggi yang dibutuhkan oleh tubuh.[34] Kuncup daun (pucuk), mahkota bunga, dan buah yang muda dapat dimasak sebagai sayuran.
Beberapa bagian tumbuhan kadang-kadang dimanfaatkan sebagai bahan obat tradisional. Akarnya dimanfaatkan sebagai obat demam. Daunnya, dicampur dengan jeringau (Acorus calamus), digunakan untuk menyembuhkan cantengan (infeksi pada kuku). Kulit buahnya untuk mengobati ruam pada kulit (sakit kurap) dan susah buang air besar (sembelit). Kulit buah ini pun biasa dibakar dan abunya digunakan dalam ramuan untuk melancarkan haid dan menggugurkan kandungan. Abu dan air rendaman abu ini juga digunakan sebagai campuran pewarna tradisional.[36] Beberapa masyarakat di Jawa menggunakan kulit durian yang telah dimakan sebagai pengusir (repellent) nyamuk dengan meletakkannya di sudut ruangan.[37] Kayu gubalnya berwarna putih dan terasnya kemerah-merahan. Ringan, tetapi tidak begitu awet dan mudah diserang rayap. Biasa digunakan sebagai perabot rumah, peti-peti pengemas, dan bahan konstruksi ringan di bawah atap, asalkan tidak bersentuhan dengan tanah.[36] Nilai giziSetiap 100 g salut biji mengandung 67 g air, 28,3 g karbohidrat, 2,5 g lemak, 2,5 g protein, 1,4 g serat; serta memiliki nilai energi sebesar 520 kJ. Durian juga banyak mengandung vitamin B1, vitamin B2, dan vitamin C; serta kalium, kalsium dan fosfor.[32] Serba-serbi buah durianMasalah bau![]() Karena baunya yang keras menyengat dan cenderung busuk (bagi beberapa orang), sejumlah perusahaan dan maskapai penerbangan melarang orang membawa durian, misalnya di kabin pesawat udara, di kendaraan angkutan umum ataupun dibawa ke hotel. Bagi penggemar durian, agar tidak menimbulkan hal-hal tak menyenangkan dengan orang yang tak menyukai bau durian, dipercaya ada sebuah cara yang mudah untuk menghilangkan bau durian di jari-jari tangan dan mulut. Jari tangan dibersihkan dengan mengaduk-aduk air di dalam pangsa durian (yakni ceruk kulit buah bagian dalam, bekas tempat daging dan biji durian menempel) dan air adukan tersebut tidak dibuang, tetapi digunakan untuk berkumur, hal itu dinilai efektif.[38] Panen durianDi Kabupaten Ketapang Kalbar panen durian setiap tahun muncul pada bulan Januari atau Februari. Untuk tahun 2006, di luar kebiasaan, buah selang (buah bukan musim) ternyata cukup banyak dihasilkan. Meskipun panen buah kali ini tidak besar (karena buah selang) namun karena banyak lokasi kebun yang berbuah maka cukup banyak juga yang tersedia di pasaran. Panen terbesar kali ini datang dari tanaman masyarakat di Kecamatan Sukadana yang juga merupakan sentra produksi durian di Kabupaten Ketapang. Di kawasan ini selain dibudidayakan masih banyak buah durian yang tumbuh liar. Buah durian ini termasuk spesies endemik di Kabupaten Ketapang, beberapa jenis durian liar ada di kawasan kabupaten Ketapang. Jenisnya beraneka, seperti durian teratong, durian lahong, durian lei, durian tembranang. Beberapa jenis durian tersebut meskipun tidak komersial, tetapi merupakan sumber gen plasma nutfah yang sangat berguna bagi pemulyaan. Nama ilmiah spesies liar cukup banyak antara lain durian burung, durian kura kura kura yang buahnya dipangkal batang atau di pangkal akar. Durio kutejensis ( durian pekawai), Durio oxlevanus, Durio graveolens, dan Durio dulcis (lahong). Aneka jenis spesuies liar banyak terdapat di hutan dengan warna, bau dan bentuk yang beraneka. Karena banyaknya spesies di kawasan ini maka membuktikan bahwa Kabupaten Ketapang adalah salah satu tempat penyebaran durian. Para ahli kini sedang meneliti beberapa jenis varitas liar tersebut. Memilih durian![]() ![]() ![]() Setiap orang mempunyai caranya sendiri dalam memilih buah durian terbaik. Masing-masing orang percaya bahwa cara pemilihannya dapat menghasilkan buah terbaik. Durian adalah buah musiman yang dulunya dipanen sekali setahun. Sekarang panen durian dapat dilakukan hingga dua kali setahun. Hal ini meningkatkan persaingan di antara para penjual eceran. Memilih buah yang tepat amat penting apabila penjual menjual buah sebagaimana adanya, tanpa boleh dibuka. Sekarang penjual umumnya mau membuka buah untuk membuktikan isinya. Dengan cara ini, keahlian dalam memilih pun menjadi kurang penting. Orang dapat memilih durian dengan mudah di kebun. Buah dari pohon yang sama umumnya mempunyai ciri-ciri yang serupa. Lazimnya buah di kebun dibiarkan masak dan jatuh dari pohonnya ("duren jatuhan"). Pemilihan buah di luar kebun lebih rumit. Berikut ini adalah sebagian dari pedoman seleksi yang dapat digunakan:
Membelah durianOrang yang baru belajar membeli durian dianjurkan membeli durian yang telah siap dibuka karena membelah durian agak sukar. Biasanya kita dapat dengan mudah menemukan penjual yang memberi pelayanan membelah durian. Bila pembeli sudah setuju untuk membelinya, penjual biasanya akan membelah durian sebagai pelayanannya. Mereka bersedia melakukannya, meskipun mereka tidak memindahkan isinya ke dalam bungkusan lain. Namun buah durian yang sudah dibelah perlu segera dimakan karena buah itu cenderung untuk "berkeringat". Bila isi durian mulai menghasilkan air, buah durian akan kehilangan rasanya dan tidak banyak gunanya. Orang dapat belajar membelah durian dengan hati-hati dengan peralatan yang biasa terdapat. Periksalah kulit luar buah untuk menemukan "garis" (kampuh) sepanjang permukaan di mana duri durian tersusun membentuk garis lurus. Umumnya terdapat hingga 5 garis sepanjang permukaan buah durian. ![]() Bagian tangkai durian harus dibalikkan dan garis urat durian akan bertemu pada satu titik di ujung buah. Pelan-pelan tusukkan benda tajam (pisau) pada titik ini, lalu goreskan sepanjang "garis" yang sudah terlihat sebelumnya. Sarung tangan atau sehelai kain yang tebal dapat digunakan untuk memegang buah durian dengan sebelah tangan, sementara tangan yang satunya untuk melakukan tugas ini. Waspadai risiko tertusuk duri durian. Bila kulit buah durian telah terbuka menjadi dua bagian, isi di dalam telah siap untuk dimakan. Ruas selebihnya dapat dibelah dengan menggunakan telapak tangan dengan cara merobek ujung kulit durian sedikit pada sepanjang pusat titik tengah sebelumnya. PanasMenurut banyak cerita yang berkembang di masyarakat (urban legend), durian dianggap sebagai makanan yang panas, dan sehabis makan durian biasanya tubuh akan berkeringat. Cara yang umum digunakan untuk mengatasinya adalah dengan menuangkan air tawar pada bagian kulit buah yang telah kosong, lalu diminum. Selain itu, musim durian biasanya terjadi bersamaan dengan musim manggis, yaitu buah yang dianggap mendinginkan badan. Dengan demikian, kedua buah kemudian dimakan bersama-sama. Secara ilmiah, klaim-klaim di atas tidak pernah dibuktikan. Kemungkinannya ialah karena kandungan nutrisi durian yang padat, orang yang makan durian sering makan kebanyakan sehingga akhirnya mengalami kenaikan tekanan darah. Hal tersebut merupakan reaksi yang alamiah jika terlalu banyak memakan makanan apa pun. Durian tanpa duriSebagian durian dijual "tanpa duri". Duri buah durian ini ternyata telah dibuang ketika duriannya masih muda. Jadi tidak alami. Sebagian durian memang hampir tidak berduri karena durinya kurang dari 5 mm. Dalam sejarahDurian telah dikenal dan disukai orang sekurang-kurangnya semenjak masa Mataram Kuno (abad ke-9). Tanaman ini tercantum dalam naskah Kakawin Ramayana Sarga XXIV bait 98; dalam bahasa Jawa Kuno dikenal sebagai dūryyan.[39] Dampak pada lingkunganTingginya permintaan durian di Tiongkok telah mendorong peralihan di Malaysia dari kebun durian skala kecil ke operasi industri skala besar. Hutan ditebang untuk memberi jalan bagi perkebunan durian besar, memperparah masalah deforestasi yang sudah ada yang disebabkan oleh budidaya kelapa sawit.[40] Spesies hewan seperti kalong kecil, yang menyerbuki pohon durian, dan harimau Malaya terancam punah oleh meningkatnya deforestasi habitat mereka.[40][41] Di Jajahan Gua Musang, pemerintah negara bagian menyetujui konversi 40 km2 (10.000 hektar) hutan, termasuk tanah adat Orang Asli, menjadi perkebunan durian.[42] Prevalensi varietas Musang King dan Monthong di Malaysia dan Thailand, telah menyebabkan kekhawatiran tentang penurunan keanekaragaman genetik durian dengan mengorbankan varietas berkualitas lebih tinggi.[40] Sebuah studi tahun 2022 terhadap spesies durian di Kalimantan, Indonesia, menemukan keragaman genetik yang rendah, yang menunjukkan adanya depresi perkawinan sekerabat dan penghanyutan genetik.[43] Selain itu, varietas hibrida dominan ini lebih rentan terhadap hama dan penyakit jamur, sehingga memerlukan penggunaan insektisida dan fungisida yang dapat melemahkan pohon.[40] Referensi
Pranala luar
|