Share to: share facebook share twitter share wa share telegram print page

Dhirar bin Khattab

Dhirar bin Khattab adalah seorang sahabat Nabi Muhammad yang berasal dari suku Quraisy keturunan Bani Fihir. la termasuk di antara empar penyair ternama yang kerap menggunakan kecakapan mereka untuk membela kaum Quraisy. Tiga penyair lainnya adalah Abdullah bin al-Zaba’ri, Amr bin al-Ash, dan Abu Sufyan bin al-Harits. Pada saat peristiwa Futuh Makkah (Pembukaan Mekah), mereka baru memeluk Islam.[1]

Ibnu al-Atsir mengatakan bahwa ayahanda Dhirar, yakni al-Khattab, adalah pemimpin Bani Fihir. la menguasai seluruh ladang kaumnya. Pada saat berlangsung Perang Fijar, Dhirar berada di pihak Bani Muharib bin Fihir. la termasuk prajurit Quraisy yang pemberani dan mahir berkuda. la juga dikenal sebagai penyair ulung yang jarang tandingannya.[1]

Saat Perang Uhud. Ketika itu, Dhirar berkata, “Aku tidak tahu tentang kaum Aus dan Khazraj saat itu. Tetapi yang pasti, aku telah menikahkan 11 orang dari kalian dengan bidadari saat Perang Uhud.” Maksudnya, Dhirar membunuh 11 orang Muslim sehingga mereka mendapat syahid dan mendapat balasan surga.[1]

Hanya empat orang Quraisy yang berhasil melompati khandaq (parit di gerbang Madinah), dan ia salah satunya. Mereka terjun melewati bagian parit ini, lalu memutar kuda mereka ke arah bagian yang lebih lembap, antara parit dan Gunung Sal'un. Ali bin Abi Thalib bersama beberapa orang Muslim langsung mengepung daerah yang dapat dilewati beberapa orang Quraisy. Amr bin Abi Wudd menantang untuk adu tanding, satu lawan satu. Tantangan ini diladeni Ali bin Abu Thalib, dan Ali juga melontarkan perkataan yang membuat Amr sangat marah. Amr yang termasuk salah seorang prajurit Quraisy yang pemberani dan pahlawan mereka, turun dari kuda sambil mengumpat kudanya sendiri dan menempeleng mukanya. Kemudian dia siap berhadapan dengan Ali bin Abu Thalib. Keduanya beiputar-putar lalu bertanding dengan seru, hingga Ali dapat membunuhnya. Sementara yang lain juga merasa terdesak lalu mereka terjun ke parit dan melarikan diri. Mereka benar-benar ketakutan, sampai-sampai Ikrimah bin Abu Jahl meninggalkan tombaknya.[2]

Peta Penaklukkan Persia oleh Muslim.

Al-Zubair bin Bikar berkata, “Belum pernah ada di kalangan Quraisy seseorang yang memiliki kemampuan mumpuni dalam bersyair melebihi Dhirar dan Ibnu al-Zaba’ri.”[1] Dhirar mengikuti kampanye pertempuran ke negeri Syam (Suirah) dipimpina Abu Ubaidah bin Jarrah.

Dhirar juga mengikuti Pertempuran Qadisiyah bersama Saad bin Abi Waqqash. Saat kaum muslimin memasuki kota Bahurasir di Kampanye Penaklukkan Persia, mereka melihat istana putih Madain, inilah istana yang pernah diberitakan Nabi akan ditaklukkan Allah untuk umatnya (saat persiapan Pertempuran Khandak). Pasukan muslim pertama yang melihat istana ini adalah Dhirar bin al-Khaththab. Seketika itu dia berteriak dan mengucapkan takbir,"Allahu Akbar... lihatlah! Itu istana putih Raja Kisra, inilah yang telah dijanjikan Allah dan Rasulnya kepada kita." Semua orang menoleh kepadanya dan ikut mengumandangkan takbir hingga pagi menjelang.[3]

Pada tahun 16 Hijriyah, Sa'ad mendengar bahwa Azain bin Hurmudzan bersiap-siap mengumpulkan kembali pasukan Persia. Sa'ad melaporkan hal ini kepada Umar dan ia memerintahkannya untuk mengutus tentara dibawah komando Dhirar bin al-Khaththab menuju Pertempuran Masabzaban. Dhirar bergerak membawa pasukannya dari Madain dan ibnu Huzail al-Asadi diperintahkan sebagai pimpinan penyerangan di barisan depan. Ternyata sebelum sampainya Dhirar ke tempat itu, Pasukan Huzail sudah bertemu dengan pasukan Azain.[3]

Kaum muslimin berhasil menghancurkan pasukan musuh dengan menawan Azain bin al-Hurmudzan dan sisa pasukannya berhasil melarikan diri. Dhirar memerintahkan agar kepala Azain dipenggal di hadapannya. Kemudian mereka mengejar musuh-musuh yang melarikan diri hingga sampai ke suatu tempat yang bernama Masabadzan -sebuah kota besar- dan akhirnya mereka berhasil menguasai kota itu dengan paksa. sementara itu para penduduknya banyak yang berlari ke gunung-gunung dan lembah-lembah. Dhirar memanggil mereka dan ternyata mereka kembali setelah Dhirar mewajibkan bagi seluruh warga untuk membayar jizyah. Selanjutnya Dhirar menempatkan wakilnya di kota ini hingga keberangkatan Sa'ad dari Madain ke Kufah.[3]

Referensi

  1. ^ a b c d Muhammad Raji Hassan, Kinas (2012). Ensiklopedia Biografi Sahabat Nabi. Jakarta: Penerbit Zaman, Hlm. 318. ISBN 978-979-024-295-1
  2. ^ Syaikh, Shafiyyurrahman Al-Mubarakfuri (2012). Sirah Nabawiyah. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, Hlm. 362. ISBN 978-602-98968-3-1
  3. ^ a b c Katsir, Ibnu (2012). Terjemah Al Bidayah wa an-Nihayah. Jakarta: Pustaka Azzam, Hlm.250. ISBN 978-602-236-044-5
Prefix: a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x y z 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Portal di Ensiklopedia Dunia

Kembali kehalaman sebelumnya