Beograd
Beograd (bahasa Serbia: Beograd / Београд; pelafalan dalam bahasa Serbo-Croatian: [beǒɡrad] ⓘ) adalah ibu kota dan kota terbesar di Serbia. Kota ini terletak di pertemuan Sungai Sava dan Donau dan juga merupakan tempat bertemunya Daratan Pannonia dengan Balkan.[5] Nama kota ini secara harfiah berarti "kota putih". Wilayah perkotaan Beograd memiliki penduduk sebanyak 1,34 juta jiwa, sementara lebih dari 1,65 juta orang tinggal di dalam batas administratifnya.[1] Kebudayaan Vinča (yang merupakan salah satu kebudayaan prasejarah paling penting di Eropa) berkembang di wilayah Beograd pada milenium ke-6 SM. Pada zaman kuno, orang-orang Trakia dan Dacia menghuni wilayah ini, dan setelah tahun 279 SM orang-orang Kelt menaklukan kota ini dan menamainya Singidūn.[6] Kota tersebut kemudian ditaklukan oleh Romawi pada masa kekuasaan Kaisar Augustus, sementara hak kota baru diberikan pada pertengahan abad ke-2.[7] Wilayah Beograd dihuni oleh orang-orang Slavia pada tahun 520-an dan kepemilikannya diperebutkan oleh Kekaisaran Romawi Timur, Kekaisaran Bulgaria dan Kerajaan Hungaria sebelum akhirnya menjadi ibu kota Raja Serbia Stefan Dragutin (1282–1316). Pada tahun 1521, Beograd ditaklukan oleh Kesultanan Utsmaniyah dan menjadi ibu kota Sanjak Smederevo.[8] Kota ini diperebutkan oleh Utsmaniyah dan Habsburg dan peperangan sering kali menghancurkan kota ini. Beograd kembali menjadi ibu kota Serbia pada tahun 1841. Beograd Utara tetap menjadi pos paling selatan Habsburg hingga tahun 1918 ketika kota Beograd disatukan kembali. Akibat lokasinya yang strategis, kota ini diperebutkan dalam 115 perang dan telah dihancurkan 44 kali.[9] Beograd juga merupakan ibu kota Yugoslavia dari masa pendirian negara tersebut pada tahun 1918 hingga pembubaran resmi pada tahun 2006. Beograd memiliki status administratif di Serbia[10] dan merupakan salah satu dari lima wilayah statistik Serbia. Wilayah metropolitannya terbagi menjadi 17 munisipalitas dan masing-masing memiliki dewan lokalnya sendiri.[11] Kota Beograd mencakup 3,6% wilayah Serbia, sementara 22,5% populasi negara tinggal di batas administratif kota ini.[12] Beograd diklasifikasikan sebagai kota Global Beta.[13] SejarahPrasejarah![]() Kepingan alat batu yang ditemukan di Zemun menunjukkan bahwa wilayah di sekitar Beograd telah dihuni oleh pemburu-pengumpul nomaden pada masa Paleolitikum dan Mesolitikum. Beberapa alat tersebut dibuat oleh industri Mousteria yang diduga merupakan industri spesies Neanderthal. Alat-alat Aurignacia dan Gravettia juga telah ditemukan di tempat tersebut, sehingga wilayah tersebut sudah dihuni sekitar 50.000 hingga 20.000 tahun yang lalu.[14] Jejak petani pertama yang bermukim di wilayah tersebut dapat ditilik dari keberadaan kebudayaan Starčevo yang berkembang pada masa Neolitikum dari tahun 6200 hingga 5200 SM.[15] Telah ditemukan beberapa situs Starčevo di Beograd dan wilayah sekitarnya, termasuk situs Starčevo yang menjadi asal nama kebudayaan ini. Kebudayaan Starčevo digantikan oleh kebudayaan Vinča (5500–4500 SM), kebudayaan petani yang lebih canggih. Kebudayaan yang berkembang dari permukiman-permukiman Starčevo ini juga dinamai dari sebuah situs di wilayah Beograd (Vinča-Belo Brdo). Kebudayaan Vinča dikenal akan permukiman-permukimannya yang sangat besar dan juga merupakan salah satu yang tertua dan terbesar di Eropa prasejarah.[16] Figur-figur yang mirip manusia seperti Wanita Vinča merupakan contoh hasil metalurgi perunggu pertama di Eropa yang telah ditemukan.[17] Proto-tulisan yang disebut aksara Eropa Lama telah dikembangkan sebelum orang-orang Sumeria dan Minoa dan berasal dari sekitar tahun 5300 SM.[18] Zaman kuno![]() Bukti bahwa orang zaman dahulu telah mengetahui lokasi geografis Beograd berasal dari mitos dan legenda kuno. Batu yang menghadap pertemuan Sungai Sava dan Donau telah diidentifikasikan sebagai salah satu latar dalam kisah Iason dan Argonaut.[19][20] Beograd sebelumnya dihuni oleh suku Trakia-Dacia yang disebut Singi.[6][21] Setelah invasi yang dilancarkan oleh suku-suku Kelt pada tahun 279 SM, kelompok Scordisci merebut kota ini dan menamainya "Singidūn" (dūn, benteng).[6] Pada tahun 34–33 SM, pasukan Romawi mencapai kota Beograd. Nama kota ini diromanisasi menjadi Singidunum pada abad ke-1 M, dan pada abad ke-2 kota ini dinyatakan sebagai municipium oleh Romawi, sehingga pada akhir abad tersebut kota ini berkembang menjadi colonia (status kota tertinggi).[7] Di seberang sungai Sava terdapat pula kota Kelt Taurunum (Zemun); pada zaman Romawi, sebuah jembatan menghubungkan kota ini dengan Singidunum.[22] Wilayah Serbia pada saat itu menjadi tempat kelahiran dua kaisar penting dalam sejarah Romawi: selain kota Naissus (kini Niš) yang merupakan tempat lahirnya Kaisar Romawi Kristen pertama, Konstantinus I atau Konstantinus yang Agung,[23] Singidunum adalah kota kelahiran Kaisar Flavius Yovianus Augustus.[24] Kaisar Yovianus berperan dalam mengembalikan Kekristenan sebagai agama resmi Kekaisaran Romawi dan mengakhiri pemulihan sementara agama Romawi Kuno oleh pendahulunya, Yulianus Apostata. Pada tahun 395 M, wilayah ini menjadi bagian dari Kekaisaran Romawi Timur.[25] Abad pertengahanPertalian sejarah
Pada tahun 442, wilayah Beograd dihancurkan oleh Attila.[26] Pada tahun 471, wilayah ini dihancurkan oleh Theodoric yang Agung, yang kemudian meneruskan serangannya ke Yunani.[27] Setelah kaum Ostrogoth meninggalkan wilayah tersebut untuk menyerbu Italia, orang-orang Gepid mengambil alih kota ini. Pada tahun 539, kota ini direbut kembali oleh Romawi Timur.[28] Pada tahun 577, sekitar 100.000 orang Slavia datang ke Trakia dan Ilirikum dan menghancurkan kota-kota sebelum akhirnya bermukim.[29] Suku Avar di bawah kepemimpinan Bayan I menaklukkan seluruh wilayah ini pada tahun 582.[30] Menurut kronik Romawi Timur De Administrando Imperio, orang-orang Serbia Putih sempat berhenti di Beograd dalam perjalanan pulang. Mereka meminta tanah dari strategos dan akhirnya memperoleh provinsi di barat yang akan dikuasai sebagai bawahan Kaisar Romawi Timur Heraklius (610–641).[31] Pada tahun 829, Khan Omurtag menjadikan Singidunum dan wilayah sekitarnya sebagai bagian dari Kekaisaran Bulgaria Pertama.[32][33] ![]() Catatan sejarah pertama yang menyebut nama Belograd berasal dari surat paus yang dialamatkan kepada penguasa Bulgaria Boris I yang bertanggal 16 April 878.[34] Belakangan terdapat beberapa nama: Alba Graeca (kota Yunani), Griechisch Wiessenburg (kastil putih Yunani), Nandor Alba (kota orang-orang Bulgaria), Nandor Fejervar (kastil putih orang-orang Bulgaria), Castelbianco (kastil putih), dan Alba Bulgarica (kota Bulgaria). Kota ini diperebutkan oleh Kekaisaran Romawi Timur, Kerajaan Hungaria dan Kekaisaran Bulgaria selama sekitar empat abad.[35] Kaisar Romawi Timur Basil II (976–1025) pernah menempatkan garnisunnya di Beograd.[36] Kota ini juga pernah menerima tentara salib pertama dan kedua.[37] Namun, ketika Kaisar Romawi Timur Friedrich Barbarossa melewati kota ini bersama dengan 190.000 tentara salib untuk turut serta dalam Perang Salib Ketiga, mereka mendapati bahwa kota Beograd telah hancur.[38] Raja Stefan Dragutin (berkuasa 1276–1282) memperoleh kota Beograd dari mertuanya, Stefan V dari Hungaria, pada tahun 1284. Kota ini dijadikan ibu kota Kerajaan Syrmia dan Dragutin dianggap sebagai Raja Serbia pertama yang menguasai Beograd sebagai vasal Kerajaan Hungaria.[39] Setelah berakhirnya Pertempuran Maritsa (1371) dan Kosovo (1389), Serbia mulai runtuh dan Kesultanan Utsmaniyah menaklukkan wilayah selatannya.[40][41] Meskipun begitu, Kedespotan Serbia yang beribukota di Beograd masih terus melawan. Kota Beograd berkembang pada masa kekuasaan Stefan Lazarević, putra pangeran Serbia Lazar Hrebeljanović. Lazarević membangun sebuah kastil dengan benteng dan menara; saat ini hanya menara Despot dan tembok barat yang tersisa. Ia juga membentengi kembali tembok kuno kota, sehingga Kedespotan Serbia dapat menahan Utsmaniyah selama hampir 70 tahun. Pada masa itu, Beograd menjadi tempat pelarian orang-orang Balkan yang menghindari kekuasaan Utsmaniyah, sehingga jumlah penduduknya mencapai 40.000 hingga 50.000 jiwa.[39] Pada tahun 1427, penerus Stefan Đurađ Branković harus mengembalikan Beograd kepada Raja Hungaria, sehingga Smederevo menjadi ibu kota baru. Walaupun Utsmaniyah berhasil merebut sebagian besar wilayah Kedespotan Serbia, Beograd yang dikenal dengan nama Nándorfehérvár dalam bahasa Hungaria berhasil dipertahankan dari pengepungan Utsmaniyah pada tahun 1440.[37] Kota ini menjadi penghambat dalam upaya Utsmaniyah untuk menyerbu Hungaria, sehingga 100.000 pasukan Utsmaniyah[42] mengepungnya pada tahun 1456, tetapi pasukan Kristen di bawah kepemimpinan Jenderal Hungaria Hunyadi János berhasil mempertahankannya.[43][44] "Lonceng tengah hari" yang diperintahkan oleh Paus Kallistus III untuk merayakan kemenangan ini masih dibunyikan di dunia Kristen hingga kini.[37][45] Kekuasaan Utsmaniyah dan pendudukan Austria![]() Tujuh dasawarsa setelah pengepungan pertama, Beograd akhirnya jatuh ke tangan Sultan Suleiman yang Agung dan 250.000 pasukannya pada 28 Agustus 1521. Kota ini kemudian diratakan dengan tanah dan semua penduduk Ortodoks Kristennya dideportasi ke Istanbul,[37] ke tempat yang semenjak itu disebut hutan Beograd.[46] Beograd ditetapkan sebagai ibu kota distrik (Sanjak) dan kemudian menjadi kota Utsmaniyah terbesar kedua di Eropa dengan jumlah penduduk sebesar 100.000 jiwa.[42] Kekuasaan Utsmaniyah juga membawa arsitektur Utsmaniyah (terutama dalam bentuk masjid) dan menambah nuansa Oriental di kota ini.[47] Pada tahun 1594, pemberontakan yang dilancarkan oleh orang-orang Serbia dipadamkan oleh Utsmaniyah. Akibat pemberontakan tersebut, Wazir Agung Sinan Pasha memerintahkan pembakaran pusaka Santo Sava di muka umum di dataran tinggi Vračar. Gereja Santo Sava dibangun pada abad ke-20 untuk mengenang peristiwa ini.[48] Kota ini sempat diduduki tiga kali oleh pasukan Habsburg (1688–1690, 1717–1739, 1789–1791).[49] Namun, Beograd selalu direbut kembali oleh Utsmaniyah dan kemudian dihancurkan.[47] Selama periode ini, kota ini terkena dampak Migrasi Besar Serbia Pertama dan Kedua, yaitu peristiwa-peristiwa ketika ratusan ribu orang Serbia yang dipimpin oleh Patriark Serbia mundur bersama dengan pasukan Austria ke Imperium Habsburg dan menetap di wilayah Vojvodina dan Slavonia.[50] Kepangeranan/Kerajaan SerbiaSelama Pemberontakan Serbia Pertama, para pejuang revolusioner Serbia menguasai kota ini dari tanggal 8 Januari 1807 hingga tahun 1813, ketika Utsmaniyah berhasil merebutnya kembali.[51] Setelah meletusnya Pemberontakan Serbia Kedua pada tahun 1815, Serbia memperoleh status semi-merdeka yang secara resmi diakui oleh Porte Utsmaniyah pada tahun 1830.[52] Pada tahun 1841, Pangeran Mihailo Obrenović memindahkan ibu kota negara dari Kragujevac ke Beograd.[53][54] Pada Mei 1868, Pangeran Mihailo dan sepupunya Anka Konstantinović dibunuh saat mengendarai kereta kuda di taman kediamannya.[55] ![]() ![]() Setelah Kepangeranan Serbia memperoleh kemerdekaan penuh pada tahun 1878 dan berubah menjadi Kerajaan Serbia pada tahun 1882, Beograd kembali menjadi kota yang penting di Balkan dan berkembang pesat.[51][56] Namun, Serbia secara keseluruhan masih sangat agraris, bahkan setelah dibukanya jalur kereta api ke Niš, kota terbesar kedua Serbia, dan pada tahun 1900 jumlah penduduk Beograd hanya mencapai 70.000 jiwa[57] (sementara jumlah penduduk Serbia pada saat itu adalah 2,5 juta). Namun, pada tahun 1905 jumlah penduduk bertambah hingga melebihi 80.000, dan pada saat meletusnya Perang Dunia I pada tahun 1914 jumlahnya telah melebihi 100.000 jiwa (tidak termasuk Zemun yang saat itu merupakan wilayah Austria-Hungaria).[58] Proyeksi gambar bergerak pertama di Balkan dan Eropa Tengah diadakan di Beograd pada Juni 1896 oleh Andre Carr, perwakilan Lumière bersaudara. Ia mengambil gambar bergerak Beograd pertama pada tahun berikutnya, tetapi karya tersebut sudah hilang.[59] Perang Dunia I dan periode antar perangJembatan Raja Aleksandar I dihancurkan pada tahun 1941 dan dibangun kembali setelah berakhirnya Perang Dunia II 1956 dengan nama Jembatan Branko. Alun-Alun Republik 1934 Perang Dunia I dimulai pada tanggal 28 Juli 1914 setelah Austria-Hungaria menyatakan perang terhadap Serbia. Sebagian besar pertempuran berlangsung di dekat Beograd. Kapal monitor Austria-Hungaria membombardir Beograd pada 29 Juli 1914 dan kota ini direbut oleh Angkatan Darat Austria-Hungaria yang dipimpin oleh Jenderal Oskar Potiorek pada 30 November. Pada 15 Desember, kota ini direbut kembali oleh pasukan Serbia di bawah kepemimpinan Marsekal Radomir Putnik. Namun, Beograd jatuh ke tangan pasukan Jerman dan Austria-Hungaria pada tanggal 9 Oktober 1915 setelah berlangsungnya pertempuran dari tanggal 6 Oktober yang menghancurkan banyak bangunan di kota. Kota ini pada akhirnya dibebaskan oleh pasukan Serbia dan Prancis pada 1 November 1918 di bawah komando Marsekal Louis Franchet d'Espérey dari Prancis dan Putra Mahkota Aleksandar dari Serbia. Subotica sempat menjadi kota terbesar di Serbia untuk sementara waktu karena Beograd berada di barisan terdepan dan mengalami kehancuran.[60] Setelah berakhirnya perang, Beograd menjadi ibu kota Kerajaan Serbia, Kroasia dan Slovenia, yang kemudian diganti namanya menjadi Kerajaan Yugoslavia pada tahun 1929. Kerajaan ini terdiri dari sejumlah banovina, dan Beograd bersama dengan Zemun dan Pančevo merupakan satuan administratif yang terpisah.[61] Pada periode ini, kota ini mengalami pertumbuhan pesat dan proses modernisasi. Jumlah penduduk Beograd mencapai 239.000 jiwa pada tahun 1931 (termasuk kota Zemun yang sebelumnya berada di Austria-Hungaria) dan 320.000 jiwa pada tahun 1940. Rata-rata pertumbuhan penduduk dari tahun 1921 hingga 1948 tercatat sebesar 4,08% setiap tahunnya.[62] Pada tahun 1927, bandar udara pertama Beograd dibuka, dan pada tahun 1929 stasiun radio pertamanya memulai siarannya. Jembatan Pančevo yang menyeberangi Sungai Donau dibuka pada tahun 1935,[63] sementara "Jembatan Raja Aleksandar" yang menyeberangi Sungai Sava dibuka pada tahun 1934. Pada 3 September 1939, Grand Prix Beograd pertama (dan juga balapan Grand Prix terakhir sebelum meletusnya Perang Dunia II) diadakan di sekitar Benteng Beograd dan disaksikan oleh 80.000 orang.[64] Pemenangnya adalah Tazio Nuvolari.[65] Perang Dunia II![]() ![]() Pada 25 Maret 1941, pemerintahan yang menjadi wali Putra Mahkota Paul menandatangani Pakta Tripartit dan bergabung dengan Blok Poros dengan harapan agar tidak perlu terlibat dalam Perang Dunia II. Keputusan ini memicu demonstrasi besar-besaran di Beograd dan kudeta militer yang dilancarkan oleh komandan angkatan udara Jenderal Dušan Simović, yang kemudian memproklamirkan bahwa Raja Petar II sudah cukup usia dan dapat memimpin negara. Akibatnya, Beograd dibom habis-habisan oleh Luftwaffe pada tanggal 6 April 1941 dan tindakan ini menewaskan sekitar 24.000 orang.[66][67] Yugoslavia kemudian diserbu oleh Jerman Nazi, Italia, Hungaria dan Bulgaria. Beograd diduduki oleh Wehrmacht pada bulan yang sama dan Beograd menjadi pusat pemerintahan rezim boneka Nedić yang dikepalai oleh Jenderal Milan Nedić.[68] Pada musim panas dan gugur pada tahun 1941, Jerman melakukan beberapa pembantaian terhadap warga Beograd untuk membalas serangan-serangan gerilyawan; Jenderal Franz Böhme yang menjabat sebagai Gubernur Militer Jerman di Serbia juga memerintahkan pasukannya untuk menembaki anggota komunitas Yahudi. Böhme bahkan memberlakukan peraturan bahwa pembunuhan satu orang Jerman akan dibalas dengan penembakan 100 orang Serbia atau Yahudi.[69] Perlawanan di Beograd dipimpin oleh Mayor Žarko Todorović dari tahun 1941 hingga penangkapannya pada tahun 1943.[70] Seperti kota Rotterdam yang hancur dua kali akibat pengeboman Jerman dan Sekutu, Beograd dibom sekali lagi oleh Sekutu pada 16 April 1944. Pengeboman ini menewaskan paling tidak 1.100 orang dan dilancarkan pada hari Paskah Ortodoks.[71] Pendudukan Jerman di Beograd berakhir pada tanggal 20 Oktober 1944, ketika Tentara Merah dan Partisan Yugoslavia membebaskan kota ini. Pada 29 November 1945, Marsekal Josip Broz Tito memproklamirkan berdirinya Republik Rakyat Federal Yugoslavia di Beograd (belakangan diganti namanya menjadi Republik Federal Sosialis Yugoslavia pada 7 April 1963).[72] Secara keseluruhan, perkiraan yang lebih tinggi dari mantan polisi rahasia menunjukkan bahwa jumlah korban penindasan politik di Beograd mencapai 10.000 jiwa.[73] YugoslaviaPada periode setelah berakhirnya perang, Beograd berkembang pesat sebagai ibu kota Yugoslavia dan pusat industri.[56] Pada tahun 1948, pembangunan Novi Beograd dimulai, dan pada tahun 1958 stasiun televisi pertama Beograd mulai mengudara. Pada tahun 1961, konferensi Gerakan Non-Blok diadakan di Beograd. Pada tahun 1962, Bandar Udara Nikola Tesla Beograd dibangun. Salah satu peristiwa penting lain pada periode ini adalah demonstrasi mahasiswa di Beograd yang memicu bentrok dengan polisi pada tahun 1968.[74] Perpecahan YugoslaviaPada 9 Maret 1991, terjadi demonstrasi besar-besaran yang menentang Slobodan Milošević; demonstrasi ini dipimpin oleh Vuk Drašković.[75] Menurut berbagai media, terdapat sekitar 100.000 hingga 150.000 demonstran di jalan.[76] Selama demonstrasi tersebut, dua orang tewas, 203 terluka, dan 108 ditangkap.[77] Belakangan tank dikirim ke jalan untuk mengembalikan ketertiban umum.[77] Demonstrasi-demonstrasi kembali diadakan di Beograd dari November 1996 hingga Februari 1997 akibat tuduhan kecurangan dalam pemilihan lokal.[78] Salah satu dampak demonstrasi-demonstrasi tersebut adalah pengangkatan Zoran Đinđić sebagai wali kota Beograd pertama semenjak Perang Dunia II yang bukan merupakan anggota Liga Komunis Yugoslavia atau cabangnya, Partai Sosialis Serbia.[79] Selama Perang Kosovo pada tahun 1999, pengeboman yang dilancarkan oleh NATO mengakibatkan kerusakan di Beograd. Beberapa tempat yang dibom adalah bangunan beberapa kementerian, bangunan Radio-Televisi Serbia, beberapa rumah sakit, Hotel Jugoslavija, bangunan Komite Pusat, Menara Avala dan kedutaan besar Tiongkok.[80] Beberapa bangunan tersebut tidak dipugar untuk mengenang peristiwa ini.[81] Setelah diadakannya pemilihan umum presiden pada tahun 2000, terjadi demonstrasi besar di Beograd yang melibatkan lebih dari lima ratus ribu orang. Demonstrasi ini berhasil menjatuhkan Presiden Milošević.[82][83] ![]() Periode terkiniPada tahun 2014, |