Share to: share facebook share twitter share wa share telegram print page

Andam

Daun pinus yang rontok dapat digunakan sebagai mulsa
Mulsa organik yang sudah tua akan secara alami menjadi kompos
Serpihan kayu sebagai mulsa
Mulsa dari serpihan batu
Mulsa anorganik dari bahan plastik yang digunakan pada kebun cabe di Sukabumi, Jawa Barat
Mulsa karet, yang bisa didapatkan dari bahan limbah seperti ban bekas

Mulsa atau Andam adalah lapisan bahan, baik organik maupun anorganik, yang diletakkan di permukaan tanah di sekitar tanaman untuk berbagai tujuan seperti menjaga kelembaban tanah, menekan pertumbuhan gulma, melindungi tanaman dari penyakit, meningkatkan suhu tanah dan mencegah erosi tanah. Mulsa dapat bersifat hanya sementara seperti mulsa organik, atau bersifat permanen seperti mulsa anorganik. Mulsa dapat diaplikasikan sebelum penanaman dimulai maupun setelah tanaman muncul. Mulsa yang terbuat dari bahan organik akan secara alami menyatu dengan tanah dikarenakan proses alami yang melibatkan organisme tanah dan pelapukan non-biologis. Mulsa digunakan pada berbagai aktivitas pertanian, mulai dari pertanian subsisten, berkebun, hingga pertanian industri.[1]

Berdasarkan bahan asalnya, mulsa dibedakan menjadi 2 macam yaitu mulsa organik dan mulsa anorganik.

Mulsa organik berasal dari bahan-bahan alami yang mudah terurai seperti sisa-sisa tanaman. Contoh mulsa organik adalah gulma kering, daun-daunan kering, jerami, serbuk gergaji, kulit kayu, kompos dll. Mulsa organik diberikan setelah tanaman atau bibit ditanam. Keuntungan mulsa organik adalah lebih murah, mudah didapatkan, dan dapat terurai sehingga menambah kandungan bahan organik dalam tanah.

Mulsa anorganik berasal dari bahan-bahan sintetis yang tidak dapat terurai. Contoh mulsa anorganik adalah plastik, kain geotekstil, kerikil dll. Mulsa anorganik dipasang sebelum tanaman atau bibit ditanam. Keuntungan mulsa anorganik adalah lebih tahan lama tapi lebih mahal, dan tidak dapat terurai.

Bahan

Pemilihan bahan mulsa yang terbaik bagi tanaman harus mempertimbangkan banyak faktor, seperti ketersediaannya, harga, dampaknya bagi tanah, dan penampilannya. Sifat fisik dan kimiawi yang dipertimbangkan diantaranya laju dekomposisi, reaktivitas terhadap tanah, porositas, tingkat penyerapan air, dan sebagainya. Beberapa jenis mulsa juga dapat mengandung benih gulma dan patogen.[2]

Mulsa Organik

Mulsa organik akan terurai seiring dengan waktu. Laju penguraian akan sangat bergantung pada kondisi lingkungan, seperti temperatur, penyinaran matahari, curah hujan, organisme tanah, dan kelembapan udara. Mulsa yang mengandung terlalu banyak karbon relatif terhadap kandungan nitrogennya dapat menyebabkan konsentrasi unsur nitrogen di dalam tanah berkurang karena aktivitas organisme tanah cenderung menghabiskan nitrogen untuk pertumbuhannya.[3][4] Namun belum diketahui apakah hal ini berdampak negatif bagi tanah atau tidak.[5] Rasio karbon terhadap nitrogen yang optimal adalah 30 sampai 35:1.[6] Mulsa organik yang terlalu rapat porositasnya dapat menghalangi laju penyerapan air, dan mulsa organik yang terlalu kering dapat menyerap air dari tanah sehingga membuat zona perakaran kering.

Sebuah percobaan di Institut Pertanian Bogor (ITB) dengan menggunakan limbah perkebunan kelapa sawit memperlihatkan bahwa mulsa organik dengan rasio C/N yang tinggi (misal dari limbah kelapa sawit) tidak baik bagi tanaman cabai. Dan mulsa organik tidak memberikan hasil panen yang lebih baik secara signifikan dibandingkan tanaman tanpa mulsa. Namun mulsa organik terbukti menjadikan struktur tanah lebih baik, yang mampu memberikan pengaruh secara jangka panjang.[7]

Contoh mulsa organik yaitu:

• Daun Kering
Dedaunan yang telah gugur dan mengering dapat digunakan sebagai mulsa. Setelah gugur dari pohon, dedaunan cenderung mengering dan terurai dengan tanah. Daun kering dapat menjadi sumber nutrisi yang baik bagi tanah setelah membusuk.
• Rumput Kering
Rumput yang telah mengering dapat dikumpulkan dan dijadikan mulsa. Rumput bersifat padat dan memiliki porositas yang rendah. Rumput perlu dicampur dengan bahan lainnya yang lebih renggang sebelum diterapkan menjadi mulsa. Minimnya kandungan nitrogen pada rumput menyebabkan konsentrasi nitrogen pada tanah dapat berkurang, sehingga rumput perlu dicampur dengan bahan lainnya yang kaya nitrogen seperti daun dan sisa tanaman hijau lainnya.
• Lumut
Lumut, seperti Sphagnum dapat cepat tumbuh, dapat dikemas, dipadatkan, dikeringkan dan di basahkan kembali. Tubuh Sphagnum, yang hidup maupun yang mati, dapat menyerap air hingga 26 kali berat keringnya.[8]
• Kulit Kayu
Kulit kayu dapat digunakan sebagai mulsa untuk menjaga kelembapan tanah, menjaga temperatur tanah, dan menekan pertumbuhan gulma. Contoh kulit kayu yang biasanya digunakan sebagai mulsa yaitu kulit kayu pinus, kayu ek dll.
• Jerami
Jerami berasal dari residu tanaman seperti gandum, padi, atau tanaman suku rumput-rumputan. Jerami kaya akan serat dan dapat meningkatkan aerasi tanah. Jerami juga memiliki kemampuan menahan kelembapan tanah dan menekan penyebaran gulma, tetapi karena jerami merupakan limbah tanaman, jerami juga dapat menjadi media persebaran benih gulma.
• Kardus dan Kertas
Kardus dan kertas terbuat dari bahan dasar yang sama, yaitu pulp dari kayusehingga termasuk bahan organik dan dapat terurai secara alami. Karena sudah berbentuk lembaran, kardus dan kertas mudah diterapkan di atas tanah. Kardus dan kertas mampu menyerap air dan menekan pertumbuhan gulma. Namun karena massa yang ringan dibandingkan dengan luas permukaannya, kardus dan kertas dapat tertiup oleh angin, sehingga penerapannya memerlukan komponen kardus yang berat di atas lapisan yang ringan. Membasahinya dengan air juga dapat meningkatkan berat.[9]
• Sabut Kelapa
Sabut kelapa juga dapat dijadikan sebagai mulsa. Sama dengan rumput kering, sabut kelapa perlu dicampur dengan bahan yang lebih renggang dan kaya nitrigen. Secara perlahan, sabut kelapa akan terurai dan menyatu dengan tanah.[7][10]

Penerapan

Mulsa umumnya diterapkan di akhir musim semi atau awal musim panas ketika temperatur tanah sedang meningkat namun kelembapan tanah masih relatif tinggi, sehingga fungsi menjaga temperatur dan kelembapan tanah lebih optimal.[9] Efek mulsa pada tanah di iklim sedang amat bergantung pada kapan mulsa diterapkan. Seiring perubahan musim, Mulsa menjaga temperatur dan kelembapan tanah, mencegah cahaya matahari menyentuh gulma yang baru bertunas, dan mengalihkan beberapa jenis hama seperti siput dari daun tumbuhan karena siput dapat memakan mulsa dedaunan.

Dekomposisi Anaerobik

Mulsa yang sehat akan berbau seperti potongan kayu atau rumput segar, tetapi mulsa yang tidak sehat akan memiliki bau seperti amonia, cuka, sulfur, dan silase. Mulsa yang tidak sehat terjadi karena dekomposisi anaerobik di dasar mulsa. Dekomposisi anaerobik terjadi karena kurangnya oksigen, yang disebabkan oleh porositas mulsa yang terlalu sempit dan tingginya kandungan nitrogen pada andam lapisan bawah. Dekomposisi anaerobik ini dapat menyebabkan munculnya senyawa fitotoksik yang berbahaya bagi tumbuhan. Keasaman tanah juga menjadi tinggi. Pengadukan mulsa dapat mencegah hal tersebut.[11]

Lihat pula

Referensi

  1. ^ RHS A-Z encyclopedia of garden plants. United Kingdom: Dorling Kindersley. 2008. hlm. 1136. ISBN 1405332964.
  2. ^ Louise; Bush-Brown, James (1996), America's garden book, New York: Macmillan USA, hlm. 768, ISBN 0-02-860995-6
  3. ^ http://www.eau.ee/~agronomy/vol07Spec1/p7sI53.pdf[pranala nonaktif permanen]
  4. ^ http://joa.isa-arbor.com/request.asp?JournalID=1&ArticleID=3111&Type=2
  5. ^ Stout, Ruth. Gardening Without Work. Devon-Adair Press, 1961. Norton Creek Press, 2011, pp. 192-193. ISBN 978-0-9819284-6-3
  6. ^ Prahl, F. G., J. R. Ertel, M. A. Goni, M. A. Sparrow, and B. Eversmeyer. "Terrestrial Organic-Carbon Contributions to Sediments on the Washington Margin." Geochimica Et Cosmochimica Acta 58, no. 14 (Jul 1994): 3035-48.
  7. ^ a b Yunindanova, Mercy Bientri; Agusta, Herdhata; Asmono, Dwi (2010). "Tingkat Kematangan Kompos Tandan Kosong Sawit Dan Penggunaan Berbagai Mulsa Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Tanaman Tomat (Lycopersicon esculentum Mill.) dan Cabai (Capsicum annuum L.)". Agronomy and Horticulture IPB. Pemeliharaan CS1: Banyak nama: authors list (link)
  8. ^ Bold, H.C. 1967. Morphology of Plants. second ed. Harper and Row, New York
  9. ^ a b Patrick Whitefield, 2004, The Earth Care Manual, Permanent Publications, ISBN 978-1-85623-021-6
  10. ^ WasteX (2025-02-05). "Apa itu Mulsa? Pengertian, Fungsi, dan Jenisnya". WasteX. Diakses tanggal 2025-07-10.
  11. ^ "Beware of Sour Mulch". Diarsipkan dari asli tanggal 2009-03-31. Diakses tanggal 2014-02-16.

(Indonesia) "Situs Hijau Media Pertanian Online: Mulsa buat Tanaman anda". Diarsipkan dari asli tanggal 2011-02-17. Diakses tanggal 2008-08-25.

Pranala luar

Prefix: a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x y z 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Portal di Ensiklopedia Dunia

Kembali kehalaman sebelumnya