Amazing Grace
"Amazing Grace" adalah sebuah himne Kristen yang ditulis pada tahun 1772 dan dipublikasikan pada tahun 1779 oleh pendeta dan penyair Anglikan Inggris, John Newton (1725–1807). Lagu ini kemungkinan merupakan himne yang paling banyak dinyanyikan dan direkam di seluruh dunia serta sangat populer, khususnya di Amerika Serikat, di mana lagu ini digunakan untuk keperluan religius dan sekuler.[1][2][3] Syair lagu ini ditulis oleh Newton berdasarkan pengalaman pribadinya. Ia tumbuh tanpa keyakinan religius apa pun, tetapi jalan hidupnya dibentuk oleh berbagai liku-liku dan kebetulan-kebetulan yang yang sering kali digerakkan oleh reaksi orang lain terhadap apa yang mereka anggap sebagai pembangkangan dirinya yang keras kepala. Ia direkrut paksa untuk mengabdi dalam Angkatan Laut Kerajaan, dan setelah meninggalkan pengabdian, ia menjadi terlibat dalam perdagangan budak Atlantik. Pada tahun 1748, badai dahsyat menghantam kapalnya di lepas pantai County Donegal, Irlandia dengan begitu hebatnya sampai ia berseru kepada Allah untuk memohon belas kasihan. Meskipun momen ini menandai pertobatan spiritualnya, ia tetap melanjutkan perdagangan budak hingga tahun 1754 atau 1755, ketika ia benar-benar mengakhiri seluruh perjalanan berlayarnya. Newton mulai mempelajari teologi Kristen dan di kemudian hari ia menjadi seorang abolisionis. Setelah ditahbiskan di Gereja Inggris pada tahun 1764, Newton menjadi pendeta pratama di Olney, Buckinghamshire, tempat di mana ia mulai menulis himne-himne bersama penyair William Cowper. "Amazing Grace" ditulis sebagai ilustrasi khotbah pada Hari Tahun Baru 1773. Tidak diketahui apakah ada musik yang mengiringi bait-bait tersebut; mungkin saja syair-syair tersebut diserukan oleh jemaat. Syair lagu ini memulai debutnya dalam bentuk cetak pada tahun 1779 dalam Olney Hymns karya Newton dan Cowper, tetapi relatif tidak dikenal di Inggris. Di Amerika Serikat, "Amazing Grace" menjadi lagu populer yang digunakan oleh para pengkhotbah Baptis dan Metodis sebagai bagian dari penginjilan mereka, terutama di Amerika Serikat Selatan, selama Gerakan Kebangunan Rohani Kedua pada awal abad ke-19. Syair ini telah dinyanyikan dengan lebih dari 20 melodi. Pada tahun 1835, komponis Amerika William Walker mengaransemennya pada nada yang dikenal sebagai "New Britain" dalam format not balok; ini adalah versi yang paling sering dinyanyikan saat ini. "Amazing Grace", yang mengandung pesan bahwa pengampunan dan penebusan adalah hal-hal yang mungkin tanpa memandang dosa-dosa yang telah diperbuat dan bahwa sebuah jiwa dapat dibebaskan dari keputusasaan melalui belas kasihan Allah, merupakan salah satu lagu yang paling dikenal di dunia berbahasa Inggris. Sejarawan Amerika, Gilbert Chase, menulis bahwa lagu ini "tidak diragukan lagi merupakan himne yang paling terkenal dari semua himne folk"[4] dan Jonathan Aitken, seorang penulis biografi Newton, memperkirakan bahwa lagu tersebut dibawakan sekitar 10 juta kali setiap tahunnya.[5] Lagu ini memiliki pengaruh khusus dalam musik folk, dan telah menjadi simbol dari spiritual kulit hitam. Pesan universalnya telah menjadi faktor penting dalam kesuksesannya masuk di dunia musik sekuler. "Amazing Grace" menjadi kembali populer saat kebangkitan musik folk Amerika di tahun 1960-an, dan telah direkam ribuan kali selama dan sejak abad ke-20. Pertobatan John Newton
John Newton, 1778[6] Menurut Dictionary of American Hymnology, "Amazing Grace" adalah otobiografi rohani John Newton dalam bentuk syair.[7] Pada tahun 1725, Newton lahir di Wapping, sebuah distrik di London dekat Sungai Thames. Ayahnya adalah seorang pedagang yang melaut yang dibesarkan sebagai seorang Katolik namun memiliki simpati terhadap Protestanisme, dan ibunya adalah seorang Independen yang saleh, yang tidak berafiliasi dengan Gereja Anglikan. Sang ibu ingin agar Newton menjadi seorang pendeta, tetapi ia meninggal akibat tuberkulosis saat Newton berusia enam tahun.[8] Selama beberapa tahun berikutnya, ketika ayahnya berada di laut, Newton dibesarkan oleh ibu tirinya yang secara emosional tidak dekat dengan darinya. Ia juga dikirim ke sekolah asrama, di mana ia mengalami penganiayaan.[9] Pada usia sebelas tahun, ia bergabung dengan ayahnya di sebuah kapal sebagai anak magang. Karier pelayarannya akan ditandai dengan ketidakpatuhan akibat sifat keras kepala dirinya. Sebagai seorang pemuda, Newton memulai sebuah pola yang meliputi mengalami kejadian yang membuatnya sangat dekat dengan kematian, merenungkan hubungannya dengan Tuhan, kemudian jatuh kembali ke dalam kebiasaan buruknya. Sebagai seorang pelaut, ia menanggalkan keyakinannya setelah dipengaruhi oleh seorang teman sekapal yang berdiskusi dengannya tentang Characteristicks of Men, Manners, Opinions, Times, sebuah buku karya Earl of Shaftesbury Ketiga. Dalam serangkaian surat, Newton kemudian menulis, "Seperti seorang pelaut yang tidak waspada meninggalkan pelabuhannya sebelum badai datang, saya menanggalkan pengharapan dan penghiburan Injil pada saat semua penghiburan lainnya akan segera mengecewakan saya."[10] Ketidakpatuhannya menyebabkan ia direkrut paksa ke Angkatan Laut Kerajaan, dan ia memanfaatkan kesempatan untuk memperpanjang masa cutinya. Ia meninggalkan angkatan laut untuk mengunjungi Mary "Polly" Catlett, seorang teman keluarga yang dengannya ia telah jatuh cinta.[11] Setelah menanggung penghinaan karena melakukan desersi,[a] ia ditukarkan menjadi awak kapal di kapal budak. Ia memulai karier dalam perdagangan budak.[b] ![]() Newton sering secara terbuka mengejek sang kapten dengan menciptakan puisi dan lagu cabul mengenai sang kapten, yang kemudian menjadi sangat populer sehingga para awak kapal pun mulai ikut-ikutan.[12] Perselisihannya dengan beberapa rekannya membuatnya hampir mati kelaparan, dipenjara saat berada di laut, dan dirantai seperti budak yang mereka bawa. Ia sendiri diperbudak oleh Sherbro dan dipaksa bekerja di sebuah perkebunan di Sierra Leone dekat Sungai Sherbro. Setelah beberapa bulan, ia mulai menganggap Sierra Leone sebagai rumahnya, tetapi ayahnya turun tangan setelah Newton mengiriminya surat yang menggambarkan keadaannya, dan awak dari kapal lain secara kebetulan menemukannya.[c] Newton mengklaim bahwa satu-satunya alasan ia meninggalkan Sierra Leone adalah karena Polly.[13] Saat berlayar di kapal Greyhound, Newton terkenal sebagai salah satu orang paling tidak senonoh yang pernah ditemui sang kapten kapal. Dalam budaya di mana para pelaut terbiasa mengumpat, Newton ditegur beberapa kali karena tidak hanya menggunakan kata-kata terburuk yang pernah didengar sang kapten, tetapi juga menciptakan kata-kata baru yang melebihi batas-batas kebejatan verbal.[14] Pada bulan Maret 1748, ketika Greyhound berada di Atlantik Utara, sebuah badai dahsyat menerjang kapal tersebut dengan begitu ganasnya hingga menyapu seorang awak kapal yang berdiri di tempat yang sama dengan Newton beberapa saat sebelumnya ke dalam air.[d] Setelah berjam-jam para kru mengosongkan air dari kapal dan memperkirakan kapal akan terbalik, Newton dan seorang awak lainnya mengikatkan diri mereka pada pompa kapal agar tidak tersapu ke laut, dan bekerja selama beberapa jam.[15] Setelah mengusulkan langkah tersebut kepada sang kapten, Newton berbalik dan berkata, "Jika hal ini tidak berhasil, maka Tuhan kasihanilah kami!"[16][17] Newton beristirahat sejenak sebelum kembali ke geladak untuk mengemudikan kapal selama sebelas jam berikutnya. Selama ia berada di belakang kemudi, ia merenungkan tantangan ilahi yang ia alami.[15] Sekitar dua minggu kemudian, kapal yang sudah hancur tersebut dan para awaknya yang kelaparan berlabuh di Lough Swilly, Irlandia. Selama beberapa minggu sebelum terjadinya badai, Newton sedang membaca The Christian's Pattern, sebuah ringkasan dari buku abad ke-15, The Imitation of Christ karya Thomas à Kempis. Ingatannya soal seruan "Tuhan kasihanilah kami!" yang ia serukan di tengah-tengah keputusasaan dirinya di tengah badai tidak hilang; ia mulai bertanya-tanya apakah dirinya berharga untuk menerima belas kasih Tuhan atau layak untuk ditebus. Tidak hanya mengabaikan keyakinannya, namun ia juga menentangnya secara langsung, menghina orang-orang lain yang menunjukkan keyakinan mereka, mencemooh dan mencela Tuhan sebagai sebuah mitos. Ia mulai percaya bahwa Tuhan telah mengirimkan sebuah pesan yang mendalam kepadanya dan mulai bekerja melalui dirinya.[18] Pertobatan Newton tidak terjadi seketika, tetapi ia menghubungi keluarga Polly dan mengumumkan niatnya untuk menikahinya. Orang tua Polly ragu-ragu karena ia dikenal sebagai orang yang tidak dapat diandalkan dan gegabah. Mereka tahu ia juga adalah seseorang yang bejat, tetapi mereka mengizinkannya menulis surat kepada Polly, dan ia pun mulai tunduk kepada pihak berwenang demi Polly.[19] Ia mencari tempat di kapal budak yang berlayar menuju Afrika, dan Newton serta para rekan awak kapalnya berpartisipasi dalam sebagian besar kegiatan yang sama dengan yang ia telah tulis sebelumnya; satu-satunya hal tidak bermoral yang dapat ia hindari adalah kebejatan. Setelah sebuah peristiwa sakit parah, ia memperbarui tekadnya, namun ia tetap mempertahankan sikap yang sama terhadap perbudakan seperti yang dipegang oleh orang-orang semasanya.[e] Newton melanjutkan perdagangan budak melalui beberapa pelayaran, di mana kini, sebagai kapten, ia mengarungi pesisir Afrika, dan mendapatkan budak-budak yang ditawarkan untuk dijual di pelabuhan-pelabuhan yang lebih besar, mengangkut mereka ke Amerika Utara. Di sela-sela pelayarannya, ia menikahi Polly pada tahun 1750, dan ia merasa semakin sulit meninggalkan Polly di awal setiap pelayaran. Setelah tiga pelayaran dalam perdagangan budak, Newton dijanjikan posisi sebagai kapten kapal dengan muatan yang tidak terkait dengan perbudakan. Namun pada usia tiga puluh, ia pingsan dan tidak pernah berlayar lagi.[20][f] LirikLirik bahasa InggrisAmazing Grace, how sweet the sound, T'was Grace that taught my heart to fear. Through many dangers, toils and snares The Lord has promised good to me. Yea, when this flesh and heart shall fail, When we've been here ten thousand years Lirik bahasa IndonesiaDalam bahasa Indonesia diterjemahkan dengan judul O Rahmat yang Mengagumkan pada buku pujian Gereja Katolik Puji Syukur nomor 600 dan dalam buku pujian Gereja Protestan, Ajaib Benar Anugerah pada Kidung Jemaat Nomor 40. Sungguh besar anu'grah-Nya Berkat anug'rahku gentar Di jurang yang penuh jerat Kudapat janji yang teguh, Kendati nanti ragaku Meski selaksa tahun lenyap Catatan
ReferensiRujukan
Sumber
Pranala luar
|