Abdurrahman bin Samurah
Abdurrahman bin Samurah (bahasa Arab: عبد الرحمن بن سمرة) adalah anak dari Samurah bin Habib bin Abdu Syams bin Abdu Manaf bin Qushay bin Kilab, nama kunya (panggilan) beliau adalah Abu Sa'id, termasuk dalam suku Quraisy dari keturunan Bani Abdu Syams. Dia adalah salah satu sahabat Nabi Muhammad yang masuk Islam pada peristiwa Fathu Makkah, dan pernah menjabat sebagai Gubernur Sijistan. Beliau wafat di Bashrah pada tahun 50 H, ada pula yang mengatakan tahun 51 H.[1][2][3] Kehidupan![]() Abdurrahman tinggal di Bashrah, dan dialah yang membuka Sijistan (Sistan), Kabul, dan kota lainnya. Dia juga menyaksikan Pertempuran Mu'ta dimana ia diutus Khalid bin Walid untuk lebih duluan kembali ke Madinah dan mengabarkan hasil pertempuran, namun sebelum ia ceritakan, Muhammad sudah lebih dulu menceritakan padanya dan sahabat apa yang telah terjadi atas kematian pada komandan tempurnya.[4] Beliau meriwayatkan hadits dari Nabi Muhammad, juga dari sahabat lainnya seperti Mu'adz bin Jabal, sedangkan tokoh yang meriwayatkan dari beliau antara lain: Said bin al-Musayyib, Abdurrahman bin Abi Laila, Abdullah bin Abbas, Ibnu Sirin, Hayyan bin Umair, dan lain lain. Ia menyaksikan Utsman bin Affan membawa 1.000 dinar (4 miliar rupiah) untuk infak Pertempuran Tabuk.[5] Saat di Ahlu Suffah Madinah, ia mendengar nasihat Muhammad tentang orang-orang yang sekarat didatangi malaikat maut, namun diselamatkan oleh amal baiknya.[6] Semasa Khalifah Muawiyah, ia diutus Muawiyah untuk merundingkan perdamaian dengan Hasan bin Ali hingga diterima Hasan.[7] Ibnu Sa'ad berkata: Abdullah bin Amir mengangkatnya sebagai wali di Sijistan dan kemudian menginvasi Khurasan dan berhasil menaklukkannya. Ia juga menaklukan wilayah Zaranj, dengan perjanjian damai jizyah 2 juta dirham (8 miliar rupiah). Saat di Sijistan, Ibnu Samurah membawa serta Ibad bin al-Husain, Umar bin Ubaidillah bin Muammar, Abdullah bin Khazim, Qathri bin Fuja'ah, dan Muhallab bin Abu Shufrah.[7] Saat di kota Kabul (Afghanistan), Ibnu Samurah memimpin solat Khauf (solat dalam kondisi perang)[8]. Dalam sebuah misi pertempuran, seorang sahabat Abu Rifaah yang ikut dalam rombongan pasukannya tertinggal dan tertawan musuh hingga dibunuh sementara Ibnu Samurah sempat menyelamatkan jasadnya yang hampir disalib musuh.[9] Ibnu Samurah mendapat bekal pesan dari Muhammad agar tidak meminta jabatan, dan jika mendapatkan jabatan agar tidak berambisi sehingga mendapatkan pertolongan Allah.[10] KematianIa kemudian kembali ke Bashrah dan wafat di sana pada tahun 50 Hijriah. Ibnu 'Afir berkata: "Dia meninggal pada tahun lima puluh, dan dikatakan pada tahun lima puluh satu". Saat dimakamkan, awalnya muslimin berjalan pelan mengangkat jenazah Ibnu Samurah, lalu datang Abu Bakrah berkendara keledai berkata bahwa Muhammad mengajarkan berlari kecil, akhirnya muslimin pun berlari kecil ke pemakaman.[11] KeturunanAbdurrahman bin Samurah memiliki anak-anak yang bernama Ubaidullah, Abdullah, Abdul Malik, Abdul Majid, Muhammad, Syu'aib dan Utsman. Ubaidullah turut serta dalam pemberontakan Ibnul Asy'ats melawan al-Hajjaj bin Yusuf gubernur Irak dan berperan dalam mengambil alih Bashrah selama pemberontakan.[12] Kedua cucunya, Utbah dan Utsman, kedua putra Ubaidullah bin Abdurrahman bin Samurah, juga turut serta bersama ayahnya dalam pemberontakan Ibnul Asy'ats melawan al-Hajjaj. Utbah tertangkap dan sebagai balasan keikutsertaannya dalam pemberontakan, al-Hajjaj membunuhnya di Wasith.[13] Referensi
|