Share to: share facebook share twitter share wa share telegram print page

Abdurrahman bin Samurah

Abdurrahman bin Samurah
MeninggalBashrah, Irak[1]
Orang tua
  • Samurah bin Habib (ayah)

Abdurrahman bin Samurah (bahasa Arab: عبد الرحمن بن سمرة) adalah anak dari Samurah bin Habib bin Abdu Syams bin Abdu Manaf bin Qushay bin Kilab, nama kunya (panggilan) beliau adalah Abu Sa'id, termasuk dalam suku Quraisy dari keturunan Bani Abdu Syams. Dia adalah salah satu sahabat Nabi Muhammad yang masuk Islam pada peristiwa Fathu Makkah, dan pernah menjabat sebagai Gubernur Sijistan. Beliau wafat di Bashrah pada tahun 50 H, ada pula yang mengatakan tahun 51 H.[1][2][3]

Kehidupan

Wilayah Sistan di Timur Persia (Iran).

Abdurrahman tinggal di Bashrah, dan dialah yang membuka Sijistan (Sistan), Kabul, dan kota lainnya. Dia juga menyaksikan Pertempuran Mu'ta dimana ia diutus Khalid bin Walid untuk lebih duluan kembali ke Madinah dan mengabarkan hasil pertempuran, namun sebelum ia ceritakan, Muhammad sudah lebih dulu menceritakan padanya dan sahabat apa yang telah terjadi atas kematian pada komandan tempurnya.[4]

Beliau meriwayatkan hadits dari Nabi Muhammad, juga dari sahabat lainnya seperti Mu'adz bin Jabal, sedangkan tokoh yang meriwayatkan dari beliau antara lain: Said bin al-Musayyib, Abdurrahman bin Abi Laila, Abdullah bin Abbas, Ibnu Sirin, Hayyan bin Umair, dan lain lain. Ia menyaksikan Utsman bin Affan membawa 1.000 dinar (4 miliar rupiah) untuk infak Pertempuran Tabuk.[5] Saat di Ahlu Suffah Madinah, ia mendengar nasihat Muhammad tentang orang-orang yang sekarat didatangi malaikat maut, namun diselamatkan oleh amal baiknya.[6]

Semasa Khalifah Muawiyah, ia diutus Muawiyah untuk merundingkan perdamaian dengan Hasan bin Ali hingga diterima Hasan.[7]

Ibnu Sa'ad berkata: Abdullah bin Amir mengangkatnya sebagai wali di Sijistan dan kemudian menginvasi Khurasan dan berhasil menaklukkannya. Ia juga menaklukan wilayah Zaranj, dengan perjanjian damai jizyah 2 juta dirham (8 miliar rupiah). Saat di Sijistan, Ibnu Samurah membawa serta Ibad bin al-Husain, Umar bin Ubaidillah bin Muammar, Abdullah bin Khazim, Qathri bin Fuja'ah, dan Muhallab bin Abu Shufrah.[7] Saat di kota Kabul (Afghanistan), Ibnu Samurah memimpin solat Khauf (solat dalam kondisi perang)[8]. Dalam sebuah misi pertempuran, seorang sahabat Abu Rifaah yang ikut dalam rombongan pasukannya tertinggal dan tertawan musuh hingga dibunuh sementara Ibnu Samurah sempat menyelamatkan jasadnya yang hampir disalib musuh.[9]

Ibnu Samurah mendapat bekal pesan dari Muhammad agar tidak meminta jabatan, dan jika mendapatkan jabatan agar tidak berambisi sehingga mendapatkan pertolongan Allah.[10]

Kematian

Ia kemudian kembali ke Bashrah dan wafat di sana pada tahun 50 Hijriah. Ibnu 'Afir berkata: "Dia meninggal pada tahun lima puluh, dan dikatakan pada tahun lima puluh satu". Saat dimakamkan, awalnya muslimin berjalan pelan mengangkat jenazah Ibnu Samurah, lalu datang Abu Bakrah berkendara keledai berkata bahwa Muhammad mengajarkan berlari kecil, akhirnya muslimin pun berlari kecil ke pemakaman.[11]

Keturunan

Abdurrahman bin Samurah memiliki anak-anak yang bernama Ubaidullah, Abdullah, Abdul Malik, Abdul Majid, Muhammad, Syu'aib dan Utsman. Ubaidullah turut serta dalam pemberontakan Ibnul Asy'ats melawan al-Hajjaj bin Yusuf gubernur Irak dan berperan dalam mengambil alih Bashrah selama pemberontakan.[12]

Kedua cucunya, Utbah dan Utsman, kedua putra Ubaidullah bin Abdurrahman bin Samurah, juga turut serta bersama ayahnya dalam pemberontakan Ibnul Asy'ats melawan al-Hajjaj. Utbah tertangkap dan sebagai balasan keikutsertaannya dalam pemberontakan, al-Hajjaj membunuhnya di Wasith.[13]

Referensi

  1. ^ a b Tahdzib at-Tahdzib jilid.6 / hlm.190
  2. ^ (Arab) Al-Maktabah al-Islamiyyah
  3. ^ Tahdzib al-Kamal jilid.2 / hlm.792
  4. ^ Kemunculan Nabi Isa Imam Mahdi & Dajal. QultumMedia. 2008. hlm. 63. ISBN 978-979-3762-66-1. Pemeliharaan CS1: Status URL (link)
  5. ^ Ash-Shallabi, Prof Dr Ali Muhammad. Biografi Utsman bin Affan. Pustaka Al-Kautsar. hlm. 45. Pemeliharaan CS1: Status URL (link)
  6. ^ Ma, M. Khalilurrahman Al-Mahfani; MA, Abdurrahim Hamdi (2016-01-01). Menguak Rahasia Kehidupan Setelah Kematian. WahyuQolbu. hlm. 114. ISBN 978-602-6358-06-6. Pemeliharaan CS1: Status URL (link)
  7. ^ a b Lathif, Prof Dr Abdussyafi Muhammad Abdul. Bangkit dan Runtuhnya Khilafah Bani Umayyah. Pustaka Al-Kautsar. hlm. 132–397. Pemeliharaan CS1: Status URL (link)
  8. ^ Hamka (2020-12-01). Tafsir al-Azhar Jilid 2: Diperkaya dengan Pendekatan Sejarah, Sosiologi, Tasawuf, Ilmu Kalam, Sastra, dan Psikologi (dalam bahasa Melayu). Prestasi. hlm. 436. ISBN 978-602-250-858-8. Pemeliharaan CS1: Status URL (link)
  9. ^ Al-Ibi, Abul Fida' Abdurraqib bin Ali (2020-12-18). Kisah Karomah Para Wali Allah: Sejak Zaman Ibrahim Alaihissalam hingga 1344 Hijriyah (dalam bahasa Melayu). Darul Falah. hlm. 243. Pemeliharaan CS1: Status URL (link)
  10. ^ an-Nawawi, Imam; S.S, Mida Latifatul Muzammirah (2018-06-30). Riyadhush Shalihin: Juz 1. DIVA PRESS. hlm. 536. ISBN 978-602-391-571-2. Pemeliharaan CS1: Status URL (link)
  11. ^ an-Nasa’i, Abu Abdurrahman Ahmad Imam (2023-01-05). Sunan an-Nasai jilid 2. Gema Insani. hlm. 171. ISBN 978-623-458-147-8. Pemeliharaan CS1: Status URL (link)
  12. ^ Ibnu Hazm (2010), جمهرة أنساب العرب (dalam bahasa Arab) (Edisi 7), Kairo: Dar Almaref, hlm. 74, Wikidata Q114955882
  13. ^ Ahmad bin Yahya bin Jabir al-Baladzuri (1996), جمل من كتاب أنساب الأشراف (dalam bahasa Arab), vol. 9, Beirut: Dār al-Fikr, hlm. 355, OCLC 122969004, Wikidata Q114665392


Prefix: a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x y z 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Portal di Ensiklopedia Dunia

Kembali kehalaman sebelumnya