Abbas bin Abdul Muthalib
Abbas bin Abdul Muthalib (bahasa Arab: العباس بن عبد المطلب) adalah paman dan sahabat dari Nabi Islam Muhammad. Ia dilahirkan hanya beberapa tahun sebelum keponakannya Nabi Muhammad dan merupakan saudara termuda ayahnya Nabi Muhammad. Ibunya bernama Nutailah binti Janab bin Kulaib.[1] BiografiSaat masih jahiliyah, Abbas bertugas sebagai takmir masjid dan menyediakan minuman untuk jamaah haji.[1] Abbas ikut menemani Nabi Muhammad dalam Baiat Ridwan dan berbicara pertama pada mereka yang hadir:
Abbas bin Abdul Muthalib bertanya pada hadirin soal pembelaan pada Nabi, dijawab oleh Abu Jabir Abdullah bin Amr bin Haram,
Saat Pertempuran Badar, Abbas masih berada dibarisan Quraisy Mekkah sehingga ia tertawan dan diikat. Atas permintaan Nabi, ikatannya dikendurkan dan Abbas menebus dirinya untuk bebas. Sahabat Anshar Abu al-Sair, yang menawan Abbas, tubuhnya pendek sementara Abbas lebih tinggi sehingga Nabi heran. "Demi Allah, bukan orang ini yang tadi menawanku. Tadi aku ditawan seorang laki-laki botak yang wajahnya sangat tampan menunggu seekor kuda yang gagah. Aku tidak pernah melihatnya ada di tengah-tengah mereka." Orang Anshar itu menyahut, "Akulah yang telah menawannya wahai Rasulullah." Nabi berkata, "Bukan, Allah telah membantumu dengan seorang malaikat yang mulia."[2] Saat kembali berada di Mekkah ia ingin hijrah ke Madinah namun ditahan Nabi, "Engkau adalah Muhajirin terakhir, sebagaimana halnya aku nabi terakhir.”[1] Abbas ditugaskan sebagai mata-mata Nabi di Mekah.[2] Secara resmi, Abbas menerima Islam sesaat sebelum Pembebasan Mekkah, 20 tahun kemudian.[3] Muhammad mempercayakan pengelolaan sumur zamzam kepada Abbas dan keluarganya.[4] Dalam Pertempuran Hunain, Abbas setia menemani di samping Nabi ketika di awal pertempuran pasukan muslimin porak poranda dikejutkan hujan panah dari balik bukit musuh.[1] Pada masa kekhalifahan Umar ibn al-Khattab terjadi paceklik dan kekeringan yang cukup lama sehingga kaum muslim menderita. Umar keluar sambil memegang tangan al-Abbas bin Abdul Muthalib. la memohon kepada Allah agar diturunkan hujan dengan bertawasul (doa perantara) kepadanya. Tak lama kemudian hujan turun dan bumi kembali subur. Umar berkata, “Orang ini, demi Allah, adalah perantara kepada Allah.” Ketika hujan turun, banyak orang yang menyentuh al-Abbas sambil berkata, “Berbahagialah engkau, wahai pemberi minum dua tanah haram.”[1] Abbas pernah memerdekakan 70 orang budak. Keturunan dari Abbas kelak akan menjadi golongan khalifah yang dikenal dengan nama Bani Abbasiyah yang pernah berkuasa di Baghdad. KeturunanAbbas memiliki istri dan anak sebagai berikut:[5]
KematianAbbas wafat dan disolatkan khalifah Utsman bin Affan di usia 88 tahun, 2 tahun sebelum wafatnya Utsman. Abbas dimakamkan di Pemakaman al-Baqi di Madinah pada 653 M.[1] Lihat pulaReferensi
|