Ion helium hidrida, ion hidridohelium(1+), atau helonium, dengan rumus kimia HeH+, adalah ionpositif yang terbentuk sebagai hasil reaksi proton dengan atomhelium dalam fase gas. Ion ini pertama kali dibuat di laboratorium pada 1925, dan bersifat isoelektron (memiliki struktur dan jumlah elekton valensi yang sama) dengan molekul hidrogen (H2).[2] Ion ini merupakan asam terkuat yang diketahui saat ini, dengan afinitas proton 177.8 kJ/mol.[3] Sejak 1970, muncul hipotesis bahwa HeH+ seharusnya dapat terbentuk secara alamiah di medium antarbintang. Laporan deteksi pertama yang tidak diragukan lagi terjadi pada 2019.[4][5] Ion ini merupakan ion heteronuklir (ion dengan dua unsur berbeda) yang paling sederhana. Jika dibandingkan dengan ion H2+, ion ini memiliki momen dipol permanen, sehingga lebih mudah dikarakterisasi dengan spektroskopi.[6] Menurut perhitungan, momen dipol HeH+ adalah 2,26 atau 2,84.[7]
Sifat
Dalam keadaan terkondensasi, seperti padatan atau cairan, HHe+ tidak dapat dibuat dengan mudah karena ion tersebut akan memprotonasi molekul, atom, atau anion apapun yang berinteraksi dengannya. Namun, keasamannya dalam air dapat diperkirakan secara hipotesis menggunakan Hukum Hess:
Perubahan Energi bebas reaksi ini (−360 kJ/mol) ekuivalen dengan pKa sebesar –63.
Panjang ikatan kovalen pada HeH+ adalah 0.772 Å.[10]
Reaksi
Ion helium hidrida bereaksi dengan kebanyakan zat lain. Kation ini diamati dapat memberikan proton kepada gas oksigen (O2), amonia (NH3), sulfur dioksida (SO2), air (H2O) dan karbon dioksida (CO2), menghasilkan ion-ion yaitu masing-masing O2H+, NH+4, HSO+2, H3O+, and HCO+2.[11] Molekul-molekul lain seperti nitrogen monoksida, nitrogen dioksida, dinitrogen monoksida, hidrogen sulfida, metana, asetilena, etilena, metanol dan asetonitril juga bereaksi dengan HeH+, tetapi hasil reaksinya langsung terurai akibat besarnya energi yang dihasilkan dalam reaksi.[11] Salah satu cara untuk menyelidiki reaksi HeH+ dengan senyawa organik adalah menggunakan senyawa organik dengan tritium. Tritium ini akan meluruh menjadi 3He+ yang kemudian terikat dengan atom hidrogen, menghasilkan 3HeH+ yang berada ditengah-tengah molekul-molekul organik, yang kemudian bereaksi dengannya.[11]
^ abLias, S. G.; Liebman, J. F.; Levin, R. D.; Liebman; Levin (1984). "Evaluated Gas Phase Basicities and Proton Affinities of Molecules; Heats of Formation of Protonated Molecules". Journal of Physical and Chemical Reference Data. 13 (3): 695. Bibcode:1984JPCRD..13..695L. doi:10.1063/1.555719. Pemeliharaan CS1: Banyak nama: authors list (link)
^J. Fernandez; F. Martin; Martín (2007). "Photoionization of the HeH+ molecular ion". J. Phys. B: At. Mol. Opt. Phys. 40 (12): 2471–2480. Bibcode:2007JPhB...40.2471F. doi:10.1088/0953-4075/40/12/020. Pemeliharaan CS1: Banyak nama: authors list (link)
^Coxon, J; Hajigeorgiou, PG (1999). "Experimental Born–Oppenheimer Potential for the X1Σ+ Ground State of HeH+: Comparison with the Ab Initio Potential". Journal of Molecular Spectroscopy. 193 (2): 306–318. Bibcode:1999JMoSp.193..306C. doi:10.1006/jmsp.1998.7740. PMID9920707.
^Coyne, John P.; Ball, David W. (2009). "Alpha particle chemistry. On the formation of stable complexes between He2+ and other simple species: implications for atmospheric and interstellar chemistry". Journal of Molecular Modeling. 15 (1): 35–40. doi:10.1007/s00894-008-0371-3. PMID18936986.