Utsman bin Abi al-AshUtsman bin Abi al-Ash (Arabic: عثمان بن أبي العاص) atau Utsman bin Abu Ash, adalah Sahabat Nabi Muhammad yang ditugaskan sebagai pemimpin bani Tsaqif setelah keislaman mereka paska Pertempuran Hunain dan tunduknya Thaif kepada Islam.[1] Nasabnya Utsman bin Abi al-Ash bin Bisyr bin Abdu bin Duhman. KehidupanAdapun latar belakang keislaman mereka, karena pemimpin mereka, Urwah bin Mas'ud Ats-Tsaqafi membuntuti Nabi sepulang dari Perang Tha'if pada bulan DzulHijjah 8 H. Sebelum tiba di Madinah, dia menemui Muhammad dan masuk Islam. Lalu dia kembali lagi di tengah kaumnya dan mengajak mereka masuk Islam. Dia merasa yakin bahwa mereka akan memenuhi ajakannya, karena sebelumnya dia memang seorang pemimpin yang disegani dan ditaati. Tetapi ketika dia mengajak mereka agar masuk Islam, justru mereka melancarkan serangan anak panah dari segala penjuru hingga dia meninggal dunia.[2] Sepeninggal Urwah, mereka merasa dicekam ketakutan. Setelah berjalan beberapa bulan, mereka bermusyawarah dan menyadari bahwa mereka tidak akan sanggup menghadapi orang-orang Arab di sekitarnya yang telah masuk Islam. Mereka sepakat untuk mengirim seorang utusan kepada Nabi. Mereka membujuk Abd Yalil dan menawarkan kepadanya untuk diangkat sebagai utusan. Namun dia menolaknya, dengan alasan karena khawatir dia akan menjadi sasaran balas dendam seperti yang mereka lakukan terhadap Urwah. Maka mereka menunjuk dua orang dari sekutu mereka, tiga orang dari Bani Malik, sehingga jumlah mereka ada enam orang, karena ditambah Utsman bin Abul Ash Ats-Tsaqafi, orang yang paling muda di antara mereka. Setiba di Madinah mereka mendirikan tenda bundar di dekat masjid, agar bisa mencuri dengar dan mengintip orang-orang Muslim mendirikan shalat. Mereka ingin merundingkan satu dua hal dengan Nabi, saat beliau menyeru mereka agar masuk Islam. Karena itu pemimpin mereka mengajukan permintaan agar beliau menulis sebuah perjnjian antara beliau dan Bani Tsaqif, yang isinya mereka diperkenankan melakukan zina, minum khamr, riba, dibebaskan dari kewajiban shalat, berhala mereka, Lata, dibiarkan saja, tidak disuruh merobohkan patung-patung mereka.[2] Tetapi tak satu pun permintaan mereka yang dipenuhi Muhammad. Mereka dibiarkan berembug sendiri dan tidak ada jalan lain kecuali tunduk kepada Nabi. Karena itu mereka masuk Islam. Tetapi mereka mengajukan syarat agar Muhammad menunjuk orang lain untuk merobohkan Lata dan bukan tangan orang-orang Tsaqif sendiri. Nabi menerima syarat ini. Lalu Nabi menulis surat yang ditujukan kepada kaum Tsaqif dan menunjuk Utsman bin Abul Ash Ats-Tsaqafi sebagai pemimpin mereka, karena dialah orang yang paling antusias memahami Islam, mempelajari agama dan Al-Qur' an. Pasalnya, setiap hari para utusan Bani Tsaqif ini menemui Nabi pada pagi hari dan meninggalkan Utsman bin Abu Ash di tenda mereka. Jika mereka kembali karena hari sudah siang, maka giliran Utsman yang menemui beliau, meminta untuk dibacakan Al-Qur'an dan banyak bertanya tentang agama. Dia juga mendatangi Abu Bakar untuk tujuan yang sama. Muhammad mengutus Khalid bin Walid dan Mughirah bin Syubah untuk merobohkan patung-patung Bani Tsaqif.[2] Utsman juga merupakan orang yang paling mendatangkan barakah bagi kaumnya pada masa-masa merebaknya kemurtadan. Saat Bani Tsaqif menyatakan murtad, maka dia berkata kepada mereka, "Wahai semua penduduk Tsaqif, kalian adalah orang-orang yang terakhir masuk Islam, maka janganlah kalian menjadi orang-orang yang pertama murtad." Akhimya mereka tidakjadi murtad dan tetap teguh memeluk Islam.[2] Pada tahun 14 H di masa Khalifah Umar, Utsman ditunjuk sebagai Wali kota wilayah Thaif. Pada tahun 19 H, Utsman dikirim untuk membebaskan Armenia, Asthakhar dan Syairaz[3] serta berhasil dengan kewajiban penduduknya membayar 1 dinar per orang.[4] Pada tahun 23 H, Utsman bersama anak dan saudaranya Hakam memimpin pasukan menaklukkan wilayah Isthakhr daerah Bahrain-Persia.[4] KematianUtsman wafat di Basrah tahun 671 atau 675 M di masa Khalifah Muawiyah bin Abi Sufyan. Ia menyampaikan 29 hadits kepada Hassan al-Bashri.[1] Referensi
|