Tokyo
Tokyo (東京 , Tōkyō, bahasa Jepang: [toːkʲoː] ( Metropolis Tokyo dibentuk pada tahun 1943 dari penggabungan antara sistem pemerintahan Prefektur Tokyo (東京府 , Tōkyō-fu) dan Kota Tokyo (東京市 , Tōkyō-shi).[12] Tokyo sering juga disebut sebagai sebuah kota, padahal secara resmi Tokyo merupakan sebuah "prefektur metropolitan" yang sangat berbeda dari kota biasa dan menggabungkan unsur-unsur kota dan prefektur. Dua puluh tiga Distrik Kota Khusus Tokyo (selanjutnya disebut DKK Tokyo atau DKK saja) dulunya adalah bagian dari Kota Tokyo. Pada 1 Juli 1943, kota Tokyo bergabung dengan Prefektur Tokyo dan menjadi Metropolis Tokyo dengan 26 kotamadya tambahan di bagian barat prefektur; kepulauan Izu serta kepulauan Ogasawara di selatan-tenggara Tokyo. Pada 1 Januari 2020, populasi Tokyo diperkirakan lebih dari 13,95 juta atau sekitar 11% dari total populasi Jepang.[13] Perkiraan terbaru pada 2019 menunjukkan pertumbuhan populasi Tokyo mencapai 13,9 juta orang, dengan DKK sebanyak 9,6 juta jiwa, wilayah Tama 4,2 juta jiwa, dan Kepulauan 25.037 jiwa.[14] Prefektur ini adalah bagian dari wilayah metropolitan terpadat di dunia dan ekonomi aglomerasi perkotaan terbesar di dunia yang disebut Tokyo Raya dengan populasi lebih dari 38 juta jiwa.[15] Hingga 2011[update], Tokyo menjadi rumah bagi 51 perusahaan Fortune Global 500, jumlah tertinggi dari kota mana pun di dunia pada waktu itu.[16] Tokyo dua kali berada di peringkat ketiga dalam Indeks Pengembangan Pusat Keuangan Internasional.[butuh rujukan] Kota ini adalah rumah bagi berbagai jaringan televisi seperti Fuji TV, Tokyo MX, TV Tokyo, TV Asahi, Nippon Television, NHK, dan Tokyo Broadcasting System. Tokyo menempati urutan pertama dalam Indeks Kekuatan Ekonomi Global dan ketiga dalam Indeks Kota Global. Inventaris GaWC tahun 2018 mengklasifikasikan Tokyo sebagai kota dunia alpha+[17] – dan hingga 2014[update] Survei Kota Dunia TripAdvisor menempatkan Tokyo sebagai yang pertama dalam kategori "Pengalaman Keseluruhan Terbaik" (kota ini juga menempati peringkat pertama dalam kategori berikut: "menolong penduduk setempat", "kehidupan malam", "belanja", "transportasi umum lokal", dan "kebersihan jalan-jalan").[18] Hingga 2018[update], Tokyo dinilai sebagai kota termahal kedua di dunia bagi ekspatriat menurut perusahaan konsultan Mercer[19] dan juga kota termahal ke-11 di dunia menurut survei Economist Intelligence Unit.[20] Pada 2015, Tokyo dinobatkan sebagai Kota Paling Layak Huni di dunia oleh majalah Monocle.[21] Panduan Michelin sejauh ini telah memberi Tokyo bintang Michelin terbanyak di dunia.[22][23] Tokyo menduduki peringkat pertama dari enam puluh kota dalam Indeks Kota Aman 2017.[24] QS Best Student Cities menempatkan Tokyo sebagai kota terbaik ke-3 di dunia untuk menjadi mahasiswa pada tahun 2016[25] dan ke-2 pada tahun 2018.[26] Tokyo menjadi tuan rumah Olimpiade Musim Panas 1964, KTT G-7 1979, KTT G-7 1986, dan KTT G-7 1993, serta akan menjadi tuan rumah Piala Dunia Rugbi 2019, Olimpiade Musim Panas 2020, dan Paralimpiade Musim Panas 2020. Penelitian dan pengembangan di Jepang dan program luar angkasa Jepang secara global diwakili oleh beberapa fasilitas medis dan ilmiah Tokyo, termasuk Universitas Tokyo dan universitas lain di Tokyo, yang bekerja dalam kolaborasi dengan banyak lembaga internasional. Terutama dengan Amerika Serikat, termasuk NASA dan banyak perusahaan penerbangan luar angkasa swasta,[27] universitas-universitas di Tokyo memiliki hubungan kerja dengan semua lembaga Ivy League (termasuk Harvard, MIT, dan Universitas Yale),[28] bersama dengan universitas riset dan laboratorium pengembangan lainnya, seperti kampus Stanford dan UC di seluruh California,[29][30] serta UNM dan Sandia National Laboratories di Albuquerque, New Mexico.[31][32][33] Mitra lain di seluruh dunia termasuk Universitas Oxford di Inggris,[34] Universitas Nasional Singapura di Singapura,[35] Universitas Toronto di Kanada,[36] dan Universitas Tsinghua di Tiongkok.[37] EtimologiTokyo awalnya dikenal sebagai Edo (江戸) yang berarti "muara".[38] Namanya diubah menjadi Tokyo (東京 , Tōkyō, 東 tō "timur", dan 京 kyō "ibu kota") ketika menjadi ibu kota kekaisaran yang ditandai dengan pemindahan singgasana Kaisar Meiji pada tahun 1868.[39] Pengubahan nama sekaligus pemberian kata "ibu kota" (京) dalam setiap nama ibu kota negara sejalan dengan tradisi Asia Timur (seperti Kyoto (京都), Beijing (北京) dan Nanjing (南京)).[38] Selama periode Meiji awal, kota ini juga disebut "Tōkei", sebuah pelafalan alternatif untuk kanji yang sama dengan "Tokyo". Beberapa dokumen resmi bahasa Inggris yang masih ada menggunakan ejaan "Tokei".[40] Namun, pengucapan ini sekarang sudah tidak banyak digunakan.[41] SejarahSebelum 1869 (Zaman Edo)
Tokyo asalnya merupakan desa perikanan kecil yang bernama Edo, yang sebelumnya merupakan bagian dari Provinsi Musashi lama. Edo pertama kali dibentengi oleh klan Edo pada akhir abad kedua belas. Pada tahun 1457, Ota Dōkan membangun Istana Edo. Pada tahun 1590, Tokugawa Ieyasu dipindahkan dari Provinsi Mikawa (markas seumur hidupnya) ke wilayah Kanto. Ketika ia menjadi shōgun pada tahun 1603, Edo menjadi pusat administrasi tentara keshogunan. Selama Zaman Edo berikutnya, Edo tumbuh menjadi salah satu kota terbesar di dunia dengan populasi mencapai satu juta jiwa pada abad ke-18.[42] Namun kala itu Edo adalah markas Tokugawa dan belum menjadi ibu kota Jepang (Hal itu disebabkan oleh Restorasi Meiji pada tahun 1868).[43] Kaisar sendiri saat itu masih tinggal di Kyoto yang mana sejak 794 hingga 1868 merupakan ibu kota Jepang. Selama era Edo, kota ini menikmati periode damai berkepanjangan yang dikenal sebagai Pax Tokugawa, dan dalam kedamaian seperti itu, Edo mengadopsi kebijakan pengucilan yang ketat, yang membantu mengurangi ancaman militer yang serius ke kota.[44] Tidak adanya kehancuran akibat perang memungkinkan Edo mencurahkan sebagian besar sumber dayanya untuk membangun kembali kotanya setelah kebakaran, gempa bumi, dan bencana alam lainnya yang menghancurkan kota. Namun, periode pengasingan yang berkepanjangan ini berakhir dengan kedatangan Komodor Amerika Matthew C. Perry pada tahun 1853. Komodor Perry memaksa pembukaan pelabuhan Shimoda dan Hakodate, yang mengarah pada peningkatan permintaan komoditas asing dan selanjutnya mengarah pada inflasi yang parah.[45] Kerusuhan sosial memuncak setelah harga-harga melambung lebih tinggi dan ditandai dengan meluasnya pemberontakan dan demonstrasi, terutama dalam bentuk "penghancuran" perusahaan beras.[46] Sementara itu, para pendukung Kaisar Meiji memanfaatkan gangguan yang disebabkan oleh demonstrasi pemberontakan yang meluas ini dengan menggulingkan Shōgun Tokugawa terakhir, Yoshinobu, pada tahun 1867.[47] Setelah 265 tahun, Pax Tokugawa berakhir. 1869 – 1943Pada tahun 1869, Kaisar Meiji yang baru berusia 17 tahun pindah ke Edo. Oleh karena itu, kota ini berganti nama menjadi Tokyo (berarti Ibu kota Timur). Kota ini dibagi menjadi Yamanote dan Shitamachi. Tokyo yang menjadi pusat politik dan budaya bangsa,[48] sekaligus tempat kediaman kaisar membuatnya menjadi ibu kota kekaisaran de facto, dengan bekas Istana Edo sebagai Istana Kekaisaran. Kota Tokyo secara resmi didirikan pada 1 Mei 1889. Seperti Osaka, pusat kota Tokyo telah dirancang sejak sekitar tahun 1900 untuk dipusatkan pada stasiun kereta api utama dengan gaya kepadatan tinggi, sehingga jalur kereta api pinggiran kota dibangun relatif murah di tingkat jalan dan dengan hak sendiri. Meskipun jalan bebas hambatan telah dibangun di Tokyo, desain dasarnya tidak berubah.[butuh rujukan] Tokyo mengalami dua bencana hebat pada abad ke-20, tetapi untungnya kota ini dapat pulih dari keduanya. Salah satunya adalah gempa bumi Kantō 1923 yang menyebabkan 140.000 penduduk tewas atau hilang,[49] dan yang kedua adalah Perang Dunia II.[50]
1943 – sekarang![]() Pada tahun 1943, kota Tokyo bergabung dengan prefektur Tokyo untuk membentuk "Prefektur Metropolitan" Tokyo. Sejak itu, Pemerintah Metropolitan Tokyo bertindak sebagai pemerintah prefektur untuk Tokyo, serta mengelola DKK Tokyo (bagian dari kota Tokyo lama). Perang Dunia II menimbulkan kehancuran besar-besaran di sebagian besar kota karena serangan udara Sekutu yang terus-menerus ke Jepang dan penggunaan bom pembakar. Pengeboman Tokyo pada tahun 1944 dan 1945 diperkirakan telah menewaskan antara 75.000 dan 200.000 warga sipil dan menyebabkan lebih dari setengah kota hancur.[51] Malam paling mematikan dalam sejarah perang terjadi pada 9-10 Maret 1945, ketika Amerika meluncurkan "Operasi Meetinghouse";[52] karena hampir 700.000 bom pembakar menghujani bagian timur kota, terutama di lingkungan perumahan yang padat. Dua perlima kota benar-benar terbakar, lebih dari 276.000 bangunan dihancurkan, 100.000 warga sipil tewas, dan 110.000 lainnya terluka.[53][54] Antara 1940 hingga 1945, populasi di ibu kota Jepang menyusut dari mulanya 6.700.000 jiwa menjadi kurang dari 2.800.000 jiwa. Sebagian besar dari mereka yang kehilangan rumah mereka tinggal di "gubuk darurat".[55] Tokyo Tower, dibangun tahun 1958 Gempa bumi Tōhoku 2011 menyebabkan sedikit kerusakan pada antena Tokyo Tower. Setelah Perang Dunia II berakhir, Tokyo dibangun kembali.[butuh rujukan] Tokyo kemudian menjadi kota tuan rumah bagi Olimpiade Musim Panas 1964 setelah memenangkan persaingan pencalonan dengan kota kanditat lain yaitu Brussels, Detroit, dan Wina pada tahun 1959.[56] Pada tahun 1970-an, Tokyo menyaksikan pembangunan gedung-gedung pencakar langit seperti Sunshine 60, konstruksi bandara baru yang kontroversial[57] di Narita (yang agak jauh dari perbatasan kota) pada tahun 1978, dan peningkatan jumlah penduduk hingga sekitar 11 juta (dalam lingkungan wilayah metropolitan).[butuh rujukan] Jaringan kereta bawah tanah dan komuter Tokyo menjadi salah satu yang tersibuk di dunia[58] karena makin besarnya gelombang urbanisasi ke daerah ini. Pada 1980-an, harga real estat meroket selama penggelembungan harga aset Jepang. Gelembung itu meledak pada awal 1990-an, dan banyak perusahaan, bank, dan individu yang terperangkap utang hipotik, sementara real estat menyusut nilainya. Sehingga terjadilah resesi besar yang membuat dekade 1990-an sebagai "dekade hilang" di Jepang,[59] namun resesi tersebut akhirnya bisa diatasi dengan baik. Tokyo masih melihat perkembangan kota baru di banyak tanah yang kurang menguntungkan. Proyek-proyek tersebut antara lain Ebisu Garden Place, Pulau Tennōzu, Shiodome, Bukit Roppongi, Shinagawa (sekarang juga stasiun Shinkansen), dan sisi Marunouchi dari Stasiun Tokyo. Bangunan-bangunan penting dihancurkan untuk fasilitas belanja yang lebih mutakhir seperti Bukit Omotesando.[butuh rujukan] Proyek reklamasi tanah di Tokyo juga telah berlangsung selama berabad-abad. Yang paling menonjol adalah Odaiba, sekarang menjadi pusat perbelanjaan dan hiburan utama. Berbagai rencana telah diusulkan[60] untuk memindahkan fungsi-fungsi pemerintah nasional dari Tokyo ke ibu kota-ibu kota sekunder di daerah-daerah lain di Jepang, untuk memperlambat perkembangan yang cepat di Tokyo dan merevitalisasi daerah-daerah yang tertinggal secara ekonomi di negara itu. Rencana-rencana ini menjadi sangat kontroversial[61] di Jepang dan belum direalisasikan hingga kini. Gempa bumi dan tsunami Tōhoku 2011 yang menghancurkan sebagian besar pantai timur laut Honshu sangat terasa di Tokyo. Namun, karena infrastruktur di Tokyo tahan gempa, kerusakan di Tokyo sangat kecil dibandingkan dengan daerah yang terkena tsunami,[62] walaupun begitu aktivitas di kota ini sebagian besar terhenti.[63] Krisis nuklir berikutnya yang disebabkan oleh tsunami juga sebagian besar membuat Tokyo tidak terpengaruh, meskipun kadang-kadang terjadi lonjakan tingkat radiasi.[64][65] Pada 7 September 2013, IOC memilih Tokyo untuk menjadi tuan rumah Olimpiade Musim Panas 2020. Tokyo akan menjadi kota Asia pertama yang menjadi tuan rumah Olimpiade dua kali.[66] Geografi![]() ![]() Tokyo terbagi dalam dua bagian, yaitu Tokyo Daratan dan Tokyo Kepulauan. Tokyo Daratan terletak di barat laut Teluk Tokyo dan membentang sepanjang 90 km (56 mi) dari timur ke barat dan 25 km (16 mi) dari utara ke selatan. Ketinggian rata-rata di Tokyo adalah 40 m (131 ft).[67] Tokyo berbatasan dengan Prefektur Chiba di timur, Prefektur Yamanashi di barat, Prefektur Kanagawa di selatan, dan Prefektur Saitama di utara. Tokyo Daratan dibagi menjadi dua jenis wilayah, yaitu wilayah DKK (特別区) (menempati bagian timur) dan wilayah Tama (多摩地域) (menempati bagian barat). Tokyo Kepulauan terletak di tenggara Tokyo Daratan, terdiri dari Kepulauan Izu dan Kepulauan Ogasawara, yang membentang lebih dari 1.000 km (620 mi) menuju Samudra Pasifik. Karena pulau-pulau ini dan daerah pegunungan di sebelah barat, angka kepadatan populasi keseluruhan Tokyo jauh di bawah angka nyata untuk wilayah perkotaan dan pinggiran kota Tokyo.[butuh rujukan] Berdasarkan hukum Jepang, Tokyo ditetapkan sebagai to (都 ), diterjemahkan sebagai metropolis.[68] Struktur pemerintahannya serupa dengan prefektur Jepang lainnya. Dua puluh tiga distrik kota khusus (特別区 -ku) yang berada di dalam Tokyo merupakan kotamadya mandiri dengan masing-masing kotamadya memiliki wali kota, dewan, dan status setingkat kota. Selain 23 distrik kota khusus ini, Tokyo juga mencakup 26 kota (市 -shi), lima kota kecil (町 -chō atau machi), dan delapan desa (村 -son atau -mura) lainnya, yang masing-masing memiliki pemerintah daerah sendiri. Pemerintah Metropolitan Tokyo mengelola seluruh wilayah metropolis Tokyo, termasuk sungai, bendungan, perkebunan, pulau terpencil, dan taman nasional. Prefektur metropolitan ini dipimpin oleh seorang gubernur dan majelis metropolitan yang dipilih melalui pemilu setiap 4 tahun sekali. Pusat pemerintahannya terletak di Shinjuku. ![]() Distrik kota khusus![]() Distrik kota khusus (特別区 , tokubetsu-ku) di Tokyo meliputi wilayah yang dulunya merupakan Kota Tokyo. Pada tanggal 1 Juli 1943, Kota Tokyo digabungkan dengan Prefektur Tokyo (東京府 , Tōkyō-fu) untuk membentuk "prefektur metropolitan" saat ini. Hasilnya, berbeda dengan distrik kota lain di Jepang, distrik-distrik khusus ini merupakan munisipalitas dengan wali kota dan majelisnya sendiri.[butuh rujukan] Di bawah yurisdiksi Pemerintah Metropolitan Tokyo, setiap distrik kota juga merupakan wilayah dengan pemimpin dan dewan terpilihnya sendiri, seperti kota-kota lain di Jepang. Distrik kota khusus menggunakan kata "kota" dalam nama resmi berbahasa Inggris mereka (misalnya Chiyoda (千代田区 , Chiyoda-ku) memiliki nama resmi Chiyoda City). Distrik kota berbeda dari kota-kota lain dalam hal hubungan administratif yang unik dengan pemerintah prefektur. Fungsi kota tertentu, seperti saluran air, saluran air kotor, dan pemadam kebakaran, ditangani oleh Pemerintah Metropolitan Tokyo. Untuk membayar biaya administrasi tambahan, prefektur memungut pajak kota, yang biasanya dipungut oleh kota.[69] Ke-23 distrik kota khusus Tokyo: "Tiga distrik kota pusat" Tokyo – Chiyoda, Chūō, dan Minato – adalah pusat bisnis kota, dengan populasi siang hari tujuh kali lebih tinggi daripada populasi malam mereka.[70] Distrik kota Chiyoda unik karena walaupun berada di jantung bekas Kota Tokyo, namun merupakan salah satu distrik kota yang paling sedikit penduduknya. Distrik kota ini ditempati oleh banyak perusahaan besar Jepang dan juga merupakan pusat dari pemerintahan nasional dan kaisar Jepang. Karenanya, distrik kota ini sering disebut sebagai "pusat politik" negara.[71] Akihabara yang dikenal sebagai pusat budaya otaku dan distrik perbelanjaan untuk barang-barang komputer, juga terletak di Chiyoda. Wilayah Tama (Tokyo Barat)![]() Di sebelah barat distrik kota khusus, Metropolis Tokyo terdiri dari kota-kota, kota-kota kecil, dan desa-desa yang menikmati status hukum yang sama dengan yang ada di tempat lain di Jepang. Sementara berfungsi sebagai "kota tempat tidur" bagi mereka yang bekerja di pusat Tokyo, beberapa dari mereka juga memiliki basis komersial dan industri lokal, seperti Tachikawa. Secara kolektif, ini sering dikenal sebagai daerah Tama atau Tokyo Barat. KotaKe-26 kota yang terletak di bagian barat Tokyo: Pemerintah Metropolitan Tokyo telah menetapkan Hachiōji, Tachikawa, Machida, Ōme dan Tama New Town sebagai pusat regional di wilayah Tama,[72] sebagai bagian dari rencananya untuk membubarkan fungsi perkotaan dari pusat Tokyo. Distrik Nishi-Tama (西多摩郡)![]() Distrik (郡 , gun) terbarat di daerah Tama adalah Nishi-Tama. Sebagian besar daerah ini bergunung-gunung dan tidak cocok untuk urbanisasi. Gunung tertinggi di Tokyo, Gunung Kumotori, tingginya 2,017 m (6,62 ft). Gunung lainnya di Tokyo antara lain Takanosu (1,737 m (5,70 ft)), Odake (1,266 m (4,15 ft)), dan Mitake (929 m (3.048 ft)). Danau Okutama yang terletak di DAS Sungai Tama dekat Prefektur Yamanashi, adalah danau terbesar di Tokyo. Distrik ini terdiri dari tiga kota kecil (Hinode, Mizuho dan Okutama) dan satu desa (Hinohara).
Kepulauan![]() ![]() Tokyo memiliki banyak pulau terpencil, yang membentang sejauh 1.850 km (1.150 mi) dari pusat kota Tokyo. Karena jarak pulau-pulau tersebut cukup jauh dari Kantor Pemerintah Metropolitan Tokyo di Shinjuku, pemerintahan diwakili oleh kantor cabang subprefektur lokal. Kepulauan Izu adalah sekelompok pulau vulkanik dan merupakan bagian dari Taman Nasional Fuji-Hakone-Izu. Pulau-pulau yang paling dekat dengan Tokyo adalah Izu Ōshima, Toshima, Nii-jima, Shikine-jima, Kōzu-shima, Miyake-jima, Mikurajima, Hachijō-jima, dan Aogashima. Kepulauan Izu dikelompokkan menjadi tiga subprefektur. Izu Ōshima dan Hachijojima adalah kota kecil. Pulau-pulau yang tersisa adalah enam desa, dengan Niijima dan Shikinejima membentuk satu desa. Kepulauan Ogasawara membentang dari utara ke selatan, meliputi Chichi-jima, Nishinoshima, Haha-jima, Kita Iwo Jima, Iwo Jima, dan Minami Iwo Jima. Ogasawara juga mengelola dua pulau kecil yang terpencil: Minami Torishima, titik paling timur di Jepang (berjarak 1.850 km (1.150 mi) dari pusat Tokyo) dan Okinotorishima, titik paling selatan di Jepang.[73] Klaim Jepang tentang zona ekonomi eksklusif (ZEE) di sekitar Okinawaotorishima diperebutkan oleh Tiongkok dan Korea Selatan karena mereka menganggap Okinawaotorishima sebagai batu yang tidak dapat dihuni yang tidak memiliki ZEE.[74] Rantai Iwo dan pulau-pulau terpencil tidak memiliki populasi permanen, hanya personel Pasukan Bela Diri Jepang yang bermukim. Populasi lokal hanya ditemukan di Chichi-Jima dan Haha-Jima. Kepulauan ini membentuk Subprefektur Ogasawara dan desa Ogasawara, Tokyo.
Taman Nasional![]() Pada tanggal 31 Maret 2008, 36% dari total luas wilayah prefektur ditetapkan sebagai Taman Alam (kedua setelah Prefektur Shiga), yaitu Chichibu Tama Kai, Fuji-Hakone-Izu, dan Taman Nasional Ogasawara (yang terakhir disebut adalah Situs Warisan Dunia UNESCO); Taman Nasional Kuasi Meiji no Mori Takao; dan Taman Alam Prefektur Akikawa Kyūryō, Hamura Kusabana Kyūryō, Sayama, Takao Jinba, Takiyama, dan Tama Kyūryō.[75] Sejumlah museum terletak di Taman Ueno: Museum Nasional Tokyo, Museum Nasional Alam dan Sains, Museum Shitamachi, dan Museum Nasional Seni Barat. Ada juga karya seni dan patung di beberapa tempat di taman. Ada juga kebun binatang di taman, dan taman adalah tujuan populer untuk melihat bunga sakura. KegempaanKegempaan umum![]() Tokyo berada di dekat batas tiga lempeng, menjadikannya daerah yang sangat aktif untuk gempa kecil dan selip yang sering mempengaruhi wilayah perkotaan dengan bergoyang seolah-olah dalam sebuah perahu, meskipun pusat gempa di daratan Tokyo (tidak termasuk yurisdiksi pulau sepanjang 2000 km di Tokyo) cukup langka. Tidak jarang di wilayah metro terjadi ratusan gempa kecil (magnitudo 4–6) yang dapat dirasakan dalam satu tahun, sesuatu yang warga setempat anggap sepele, tetapi dapat menjadi sumber kegelisahan tidak hanya bagi turis asing namun juga turis domestik dari daerah lain. Gempa-gempa ini jarang menyebabkan banyak kerusakan (kadang-kadang hanya beberapa cedera) karena mereka terlalu kecil atau jauh karena gempa cenderung pelan di sekitar wilayah tersebut. Daerah sesar aktif meliputi daerah lepas pantai hingga perbatasan Chiba dan Ibaraki.[76] Gempa kuat yang jarang terjadiTokyo telah dilanda gempa bumi megathrust yang kuat pada tahun 1703, 1782, 1812, 1855, 1923, dan 2011 (likuifaksi di beberapa tempat).[77][78] Frekuensi gempa langsung dan besar jarang terjadi. Gempa bumi 1923, dengan kekuatan sekitar 8,3, menewaskan 142.000 orang, terakhir kali daerah perkotaan langsung dilanda. Fokus gempa 2011 berjarak ratusan kilometer jauhnya dan tidak mengakibatkan kematian langsung di wilayah metropolitan. IklimBekas kota Tokyo dan sebagian besar daratan Tokyo terletak di zona iklim subtropis lembab (klasifikasi iklim Köppen Cfa),[79] dengan musim panas yang panas nan lembap dan musim dingin yang umumnya dingin dengan mantra dingin. Seperti sebagian besar Jepang, Wilayah ini mengalami jeda musiman satu bulan, dengan bulan terhangat adalah Agustus (rata-rata 264 °C (507,2 °F)) dan bulan terdingin adalah Januari (rata-rata 52 °C (125,6 °F)). Rekor suhu terendah adalah −92 °C (−133,6 °F) pada 13 Januari 1876, sedangkan rekor tertinggi adalah 395 °C (743,0 °F) pada 20 Juli 2004. Rekor tertinggi suhu rendah adalah 303 °C (577,4 °F) pada 12 Agustus 2013, menjadikan Tokyo salah satu dari tujuh lokasi pengamatan di Jepang yang mencatat suhu rendah di atas 30 °C (86,0 °F).[80] Curah hujan tahunan rata-rata hampir 1.530 milimeter (60,2 in), dengan musim panas yang lebih basah dan musim dingin yang lebih kering. Hujan salju bersifat sporadis, tetapi terjadi hampir setiap tahun.[81] Tokyo juga sering diterjang topan setiap tahun, meskipun sedikit yang kuat. Bulan terbasah sejak pencatatan dimulai pada 1876 adalah Oktober 2004, dengan 780 milimeter (30 in) hujan,[82] termasuk 2.705 mm (106,5 in) pada kesembilan bulan itu;[83] yang terakhir dari empat bulan pada catatan untuk mengamati tidak ada curah hujan adalah Desember 1995.[80] Curah hujan tahunan berkisar antara 8.795 mm (346,3 in) pada 1984 hingga 22.296 mm (877,8 in) pada 1938.[80]
Daerah pegunungan barat Tokyo, Okutama juga terletak pada iklim subtropis yang lembap (klasifikasi Köppen Cfa).
Iklim lepas pantai Tokyo sangat bervariasi. Iklim Chichi-jima di desa Ogasawara berada pada batas antara iklim sabana tropis (klasifikasi Köppen Aw) dan iklim subtropis lembap (klasifikasi Köppen Cfa). Letaknya sekitar 1.000 km selatan dari Tokyo Raya menghasilkan kondisi iklim yang berbeda.
|