Tabarruk
Tabarruk (تَبَرُّك) adalah istilah dalam Islam yang merujuk pada tindakan mencari keberkahan (barakah) dari sesuatu yang dianggap memiliki nilai spiritual atau hubungan dengan orang-orang saleh. Praktik ini dilakukan dalam berbagai bentuk, seperti menyentuh benda-benda suci, mengunjungi makam orang saleh, atau memanfaatkan air zamzam dan relikui yang diyakini membawa keberkahan.[1][2] EtimologiSecara bahasa, tabarruk berasal dari kata barakah (بَرَكَة), yang berarti keberkahan atau kebaikan yang terus bertambah. Dalam konteks agama, tabarruk berarti mencari keberkahan dari sesuatu yang diyakini memiliki hubungan dengan kesalehan atau kebaikan.[3] Dalam Al-Qur'an, beberapa ayat sering dikaitkan dengan konsep keberkahan, misalnya:
Ayat ini dianggap menunjukkan keberkahan tempat tertentu, yang kemudian menjadi dasar bagi keyakinan bahwa beberapa tempat atau benda dapat memiliki barakah.[4] Bentuk-bentuk TabarrukTabarruk dengan Tempat-Tempat Suci Beberapa tempat diyakini memiliki keberkahan khusus, seperti Masjidil Haram di Makkah, Masjid Nabawi di Madinah, Masjid Al-Aqsa di Palestina.[5] Tabarruk dengan Benda-Benda Suci Beberapa umat Islam mencari keberkahan dari benda-benda tertentu yang dianggap memiliki nilai spiritual, seperti Air Zamzam yang dikatakan memiliki manfaat penyembuhan, Hajar Aswad, batu suci di Ka'bah yang dicium oleh jamaah haji, Pakaian atau barang peninggalan ulama atau wali.[6] Pandangan UlamaSebagian besar ulama dari mazhab Hanafi, Maliki, dan Syafi'i membolehkan tabarruk, terutama jika berkaitan dengan Nabi Islam Muhammad atau tempat-tempat yang secara syar’i disebut memiliki keberkahan. [7] Sebagian ulama, terutama dari kalangan Salafi, menganggap tabarruk sebagai bentuk yang dapat mendekati syirik jika dilakukan dengan keyakinan bahwa benda atau tempat tersebut memiliki kekuatan sendiri tanpa izin Allah.[8][9] Ibnu Taimiyyah menegaskan bahwa mencari keberkahan dari benda-benda tertentu yang tidak diperintahkan dalam syariat bisa menjadi pintu menuju kesyirikan.[10] Referensi
|