Shinjin Motors
Shinjin Motors atau Sinjin Motors (신진자동차, IPA: [ɕindʑin dʑadoŋtɕʰa]) dulu adalah sebuah produsen mobil asal Korea Selatan. "Shinjin Bus Manufacturing Company" kemudian juga didirikan pada tahun 1955, dan kini menjadi bagian dari Daewoo Bus. SejarahPerusahaan ini memulai sejarahnya pada tahun 1954 dengan nama Shinjin Industrial Company dengan bisnis di bidang produksi komponen kendaraan bermotor. Pada tahun 1962, perusahaan ini mulai merakit kendaraan bermotor untuk Angkatan Darat Amerika Serikat.[1] Pada tahun 1962 juga, Pemerintah Korea Selatan menerbitkan "Undang-Undang Promosi Industri Otomotif".[1][2] Dengan undang-undang tersebut, pemerintah pun melarang importasi kendaraan jadi, serta memberikan subsidi kepada perusahaan perakitan yang juga mendapat pembebasan bea atas impor komponen kendaraan bermotor.[3] Kementerian yang bertanggung jawab untuk menentukan perusahaan yang mendapat subsidi tersebut adalah Kementerian Perdagangan dan Perindustrian, yang saat itu memutuskan hanya akan menunjuk satu perusahaan untuk tiap segmen produk guna memaksimalkan keekonomian skala.[3][4] Kementerian Perdagangan dan Perindustrian awalnya menunjuk Sammi Corporation untuk merakit mobil penumpang.[2] Namun, penunjukan kemudian dialihkan ke Saenara Motors setelah Sammi diduga memberikan kontribusi politik ke partai yang baru didirikan oleh pemerintahan militer.[2] Kemudian, Saenara bekerja sama dengan Nissan[3] untuk menyediakan bantuan teknis dan pinjaman sebesar US$35 juta guna membangun pabrik di Bupyeong-gu, Incheon.[5] Pada bulan November 1962, Saenara pun mulai mengimpor Datsun Bluebird (310) secara semi-CKD dari Nissan dengan harga ₩130,000 per unit.[6][7] Mobil tersebut kemudian dijual dengan harga ₩250,000, sehingga memungkinkan Saenara untuk memberikan donasi politik kepada pemerintah.[6] Karena terjadi kekurangan mata uang asing, pemerintahan militer kemudian melarang Saenara untuk mengimpor lebih banyak paket CKD, sehingga Saenara menghentikan proses produksinya pada bulan Mei 1963,[8] setelah hanya berhasil merakit 2.773 unit mobil.[8] Saenara pun kolaps pada bulan Juli 1963, sehingga Saenara lalu diambil alih oleh Kementerian Perdagangan dan Perindustrian serta Hanil Bank.[6] ![]() Pada bulan November 1963, Shinjin meluncurkan Shinsungho yang terkadang juga disebut sebagai Sinsungho.[9] Shinsungho merupakan Saenara Bluebird, tetapi menggunakan mesin buatan Jeep.[8][10] Shinsungho tetap diproduksi hingga tahun 1966,[1] dengan hanya 322 unit Shinsungho berhasil diproduksi.[10][11] Pada bulan Agustus 1964, Kementerian Perdagangan dan Perindustrian meluncurkan rencana otomotif baru yang meliputi hanya satu perusahaan perakitan mobil.[6] Sebelumnya, pada bulan Mei 1964, pemerintah telah menunjuk Shinjin sebagai produsen mobil melalui divisi Shinjin Automobile Company, yang kemudian mengambil alih pabrik milik Saenara pada bulan November 1965.[1][2][12][13] Penunjukan tersebut pun dikaitkan dengan kontribusi besar yang telah diberikan oleh Shinjin kepada partai politik yang sedang berkuasa.[2][14] Namun, menurut Odaka (1983), penunjukan tersebut kemungkinan karena kapabilitas teknologi dari Shinjin.[1] Awalnya, Shinjin mengadakan kerja sama teknis dengan Mitsubishi Motors untuk merakit 100 unit Mitsubishi Colt 1500 cc secara semi-CKD. Kerja sama tersebut kemudian dikecam oleh perusahaan lain, karena kerja sama tersebut bertentangan dengan niat pemerintah untuk melokalisasi industri komponen otomotif, sehingga Shinjin lalu mengakhiri kerja sama tersebut setahun kemudian.[2][15][16] Pada bulan Januari 1966, Shinjin menjalin kerja sama dengan Toyota yang lalu disetujui oleh Kementerian Perdagangan dan Perindustrian sebulan kemudian.[17] Kerja sama tersebut pun menghasilkan Toyota Corona yang mulai diproduksi pada bulan Mei 1966 dengan TKDN sebesar 21%.[1][6] Produksi Corona memungkinkan perusahaan ini untuk meningkatkan jumlah asetnya dari ₩300 juta pada tahun 1965 menjadi ₩3,2 miliar pada tahun 1968. Profitabilitas Shinjin kemudian menjadi sumber perdebatan dengan perusahaan lain yang ingin agar pemerintah mengakhiri monopoli yang dipegang oleh Shinjin.[6] Pada bulan Desember 1966, pemerintah pun memutuskan untuk mengakhiri monopoli yang dipegang oleh Shinjin dengan mencari perusahaan lain yang dapat memproduksi mobil penumpang.[14] Pada tahun 1967, Hyundai resmi diberi izin untuk memproduksi mobil, sementara Asia Motors menyusul setahun kemudian, dan Kia Motors menyusul pada tahun 1971.[2][18] Penghentian monopoli tersebut, bersamaan dengan kerja sama teknologi dengan perusahaan asal luar Korea Selatan, pun meningkatkan jumlah produksi dari industri otomotif di Korea Selatan menjadi 33.000 unit pada tahun 1969,[19] naik dari hanya 7.400 unit pada tahun 1966.[14] Namun, setelah jumlah produksi mulai menurun, pemerintah menerapkan aturan baru untuk kembali meningkatkan jumlah produksi.[19] Aturan tersebut meliputi izin untuk mengalihkan saham Shinjin yang dipegang oleh Toyota ke General Motors pada tahun 1972.[19] Pengalihan tersebut diperlukan, karena Toyota ingin berekspansi ke Tiongkok,[2] tetapi pemerintah Tiongkok melarang perusahaan yang beroperasi di Korea Selatan dan Taiwan untuk juga beroperasi di Tiongkok.[2] Shinjin dan General Motors kemudian mendirikan General Motors Korea (GMK).[20] Karena mengalami kesulitan keuangan, pada bulan November 1976, Shinjin menjual saham GMK yang mereka pegang ke Korea Development Bank (KBD), sehingga nama GMK lalu diubah menjadi Saehan Motors.[1][21] Pada tahun 1978, KBD menjual saham Saehan yang mereka pegang ke Daewoo Group.[21] Pada bulan April 1974, Shinjin dan American Motor Company (AMC) mendirikan Shinjin Jeep Motors.[22] Sebulan kemudian, Shinjin meneken kontrak kemitraan teknis dengan AMC, sehingga pada bulan Oktober 1974, Shinjin dapat mulai memproduksi Jeep.[23] Pada bulan Maret 1979, AMC melepas saham Shinjin Jeep Motors yang mereka pegang, sehingga nama Shinjin Jeep Motors kemudian diubah menjadi Shinjin Motors.[24] Pada bulan Februari 1981, nama Shinjin Motors kembali diubah menjadi Keohwa,[24] yang lalu diakuisisi oleh Dong-A Motors pada bulan Desember 1984.[23] Akuisisi tersebut pun membuat plat nama "Dong-A" dipasang di semua Jeep yang diproduksi di Korea Selatan mulai tahun 1985.[25] Setelah SsangYong Group membeli Dong-A pada bulan September 1986, nama Keohwa diubah menjadi "SsangYong Motor Company" pada bulan Maret 1988. Pada saat yang sama, semua "Jeep" yang diproduksi oleh Keohwa dengan merek "Dong-A" diubah menjadi "SsangYong".[25] ModelMobil
Referensi
Bibliografi
Pranala luar
|