Sebuah contoh sesajen sederhana pada upacara hari pertama mengayun bayi dalam masyarakat Sunda di Dayeuhluhur
Sajen (disebut pula sesajen) atau semahan[1] adalah persembahan yang berupa panganan, kembang dan sebagainya, yang disajikan dalam upacara keagamaan atau adat lainnya, yang dilakukan secara simbolis dengan tujuan simbol konektivitas dengan kekuatan gaib.[2][3] Kekuatan yang dimaksud bisa merupakan kekuatan tertinggi yang telah memberi kehidupan dan menjadi pusat harapan atas berbagai keinginan positif masyarakat,[4] maupun kekuatan yang dipercayai telah menjauhkan masyarakat dari sentuhan hal-hal negatif.[5] Benda-benda yang dipersembahkan adalah simbol dari harapan dan wujud syukur. Kegiatan mempersembahkan sajian ini disebut dengan bersaji.[2]
Sesajen pada dasarnya adalah bentuk penghormatan dan syukur dalam konteks keagamaan dan adat istiadat, dan tidak selalu terkait dengan praktik mistis atau negatif.[6]
Etimologi
Kata "sajen" dan "sajian" merupakan serapan dari bahasa Jawa Kunosaji, yang berarti 'apa yang telah disiapkan untuk dipakai atau disajikan, keperluan, kebutuhan, khususnya untuk ritual dan upacara'.[7] Kata saji itu sendiri berasal dari bahasa Sanskerta सज्ज् (sajj), suatu kata kerja yang berarti 'berpegang teguh, patuh, mengencangkan, memperbaiki, mengikuti, mengikat secara personal'.[8]
^Zoetmulder, P.J.; Robson, S.O. (2006), Kamus Jawa Kuna-Indonesia, diterjemahkan oleh Darusuprapta dan Sumarti Suprayitna, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama