Prasasti Kebon Kopi II![]() Prasasti Kebonkopi II atau Prasasti Pasir Muara atau Prasasti Rakryan Juru Pangambat adalah prasasti tertua yang menyebutkan toponimi Sunda yang ditemukan di Desa Kebon Kopi, Bogor,[2] tidak jauh dari Prasasti Kebonkopi I dan dinamakan demikian untuk dibedakan dari prasasti pertama. Pakar F.D.K. Bosch, yang sempat mempelajarinya, menulis bahwa prasasti ini ditulis Aksara Kawi Jawa kuno dalam bahasa Melayu Kuno, dan menyatakan seorang "Raja Sunda menduduki kembali tahtanya" dan menafsirkan angka tahun peristiwa ini bertarikh 854 Saka (942 M),[1] yang diperbaiki oleh Guillot dkk. sebagai 932 Masehi.[3] Namun prasasti ini sudah hilang dicuri sekitar tahun 1940-an. LokasiPrasasti Kebonkopi II ditemukan di Desa Kebon Kopi, Distrik Leuwiliang,[1] (sekarang Kampung Pasir Muara, Desa Ciaruteun Ilir, Cibungbulang), Kabupaten Bogor, Jawa Barat, pada abad ke-19 ketika dilakukan penebangan hutan untuk lahan perkebunan kopi. Prasasti ini terletak kira-kira 1 kilometer dari batu prasasti Prasasti Kebonkopi I (Prasasti Tapak Gajah). Teks prasastiTeks:
Terjemahan:
PenafsiranPrasasti ini menyebutkan candrasengkala kawihāji pañca pasāgi yang melambangkan angka 8, 5, dan 4. Biasanya candrasengkala ditafsirkan terbalik, dibaca dari belakang, sehingga berarti 458 Saka. Akan tetapi Bosch beranggapan bahwa tahun 458 S terlalu awal untuk bentuk huruf yang digunakan dalam prasasti tersebut, sementara susunan sebaliknya, yakni tahun 854 S, cukup sesuai dengan masa huruf itu digunakan.[1] Prasasti ini ditulis dalam aksara Kawi, namun, bahasa yang digunakan adalah bahasa Melayu Kuno. Bosch melihat penggunaan bahasa Melayu ini sebagai tanda pengaruh Sriwijaya, politik maupun budaya, di kawasan Jawa Barat. Dia juga membandingkan tahun 932 Masehi dalam prasasti ini, yakni saat "Raja Sunda kembali menduduki tahtanya", dengan tahun 929 saat kekuasaan pindah dari Jawa Tengah ke Jawa Timur di masa Empu Sindok.[1] Sejarahwan Prancis Claude Guillot dari lembaga penelitian École française d'Extrême-Orient memperkirakan prasasti Kebonkopi II ini mengacu ke pendirian kerajaan Sunda.[4] Sejarahwan Australia M. C. Ricklefs mengikuti perkiraan ini dalam bukunya A History of Modern Indonesia since c. 1200. Nama "Sunda" pertama kali disebut dalam prasasti ini. Namun, isi prasasti yang di antaranya berbunyi “berpulihkan hajiri Sunda”, dapat ditafsirkan bahwa sebelumnya telah ada raja Sunda hingga akhirnya dipulihkan kekuasaanya.[2] Sedangkan nama "Pangambat" berarti "pemburu", dapat ditafsirkan bahwa Sang Raja (Juru Pangāmbat) adalah seorang pemburu yang ulung.[1] Prasasti lain yang menyebutkan toponimi Sunda adalah Prasasti Sanghyang Tapak I dan II (952 Saka atau 1030 M), dan Prasasti Horren (Kediri Selatan) yang berasal dari zaman Airlangga di Jawa Timur.[2] Lihat pulaCatatan kaki
Sumber
|