Marilyn Monroe
Marilyn Monroe (/ˈmærəlɪn mənˈroʊ/; lahir Norma Jeane Mortenson; 1 Juni 1926 – 4 Agustus 1962) adalah seorang aktris dan model Amerika. Dikenal karena memainkan karakter komik "Bom pirang", ia menjadi salah satu simbol seks paling populer pada tahun 1950an dan awal tahun 1960an, serta menjadi lambang revolusi seksual pada masa itu. Dia adalah seorang aktris papan atas selama satu dekade, dan film-filmnya meraup $200 juta (setara dengan $17 miliar di 2022) pada saat kematiannya pada tahun 1962.[1] Lahir dan dibesarkan di Los Angeles County, Monroe menghabiskan sebagian besar masa kecilnya di dua belas panti asuhan dan panti asuhan sebelum menikah dengan James Dougherty pada usia enam belas tahun. Dia bekerja di sebuah pabrik selama Perang Dunia II ketika dia bertemu dengan seorang fotografer dari First Motion Picture Unit dan memulai karier model pin-up yang sukses, yang menyebabkan kontrak film jangka pendek dengan 20th Century Fox dan Columbia Pictures. Setelah serangkaian peran film kecil, ia menandatangani kontrak baru dengan Fox pada akhir tahun 1950. Selama dua tahun berikutnya, ia menjadi aktris populer dengan peran dalam beberapa komedi, termasuk As Young as You Feel dan Monkey Business, dan dalam drama Clash by Night dan Don't Bother to Knock. Monroe menghadapi skandal ketika terungkap bahwa ia telah berpose untuk foto telanjang sebelum menjadi bintang, tetapi cerita tersebut tidak merusak kariernya dan malah meningkatkan minat terhadap film-filmnya. Pada tahun 1953, Monroe menjadi salah satu bintang Hollywood yang paling laku. Ia memiliki peran utama dalam film noir Niagara, yang secara terang-terangan mengandalkan daya tarik seksnya, dan komedi Gentlemen Prefer Blondes dan How to Marry a Millionaire, yang membentuk citra bintangnya sebagai "pirang bodoh". Pada tahun yang sama, foto telanjangnya digunakan sebagai halaman tengah dan sampul edisi pertama Playboy. Monroe memainkan peran penting dalam penciptaan dan pengelolaan citra publiknya sepanjang kariernya, tetapi merasa kecewa ketika typecast dan dibayar rendah oleh studio. Dia sempat diskors pada awal tahun 1954 karena menolak proyek film tetapi kembali membintangi The Seven Year Itch (1955), salah satu kesuksesan box office terbesar dalam kariernya. Ketika studio masih enggan mengubah kontrak Monroe, ia mendirikan perusahaan produksi filmnya sendiri pada tahun 1954 bersama teman baiknya, fotografer Milton Greene. Dia mendedikasikan tahun 1955 untuk membangun perusahaan dan mulai mempelajari metode akting di bawah Lee Strasberg di Actors Studio. Kemudian pada tahun itu, Fox memberinya kontrak baru, yang memberinya kendali lebih besar dan gaji lebih besar. Peran selanjutnya termasuk penampilan yang mendapat pujian kritis di Bus Stop (1956) dan produksi independen pertamanya di The Prince and the Showgirl (1957). Dia memenangkan Golden Globe untuk Aktris Terbaik untuk perannya dalam Some Like It Hot (1959), sukses secara kritis dan komersial. Film terakhirnya yang diselesaikan adalah drama The Misfits (1961). Kehidupan pribadi Monroe yang bermasalah mendapat banyak perhatian. Pernikahannya dengan bintang bisbol yang sudah pensiun Joe DiMaggio dan penulis drama Arthur Miller dipublikasikan secara luas; keduanya berakhir dengan perceraian. Pada tanggal 4 Agustus 1962, dia meninggal pada usia 36 tahun karena overdosis barbiturat di rumahnya di Los Angeles. Kematiannya dianggap sebagai kemungkinan bunuh diri. Lama setelah kematiannya, Monroe tetap menjadi ikon budaya pop,[2] dengan American Film Institute yang menempatkannya sebagai legenda layar kaca wanita keenam terhebat dari Zaman Keemasan Hollywood.[3] Kehidupan dan karier1926–1943: Masa kecil dan pernikahan pertama![]() Monroe lahir dengan nama Norma Jeane Mortenson di Los Angeles County Hospital di Los Angeles, California, pada 1 Juni 1926.[4] Ibunya, Gladys Pearl Baker (née Monroe, 1902–1984), berasal dari keluarga Barat Tengah miskin yang bermigrasi ke California pada masa pergantian abad.[5] Pada usia 15, Gladys menikah dengan John Newton Baker—seorang pria pelaku KDRT yang sembilan tahun lebih tua darinya—dan memiliki dua anak bernama Robert (1917–1933)[6] dan Berniece (b. 1919).[7] Ia berhasil untuk mengajukan gugatan cerai dan hak asuh tunggal pada 1923, tetapi Baker segera menculik anak-anaknya dan pindah bersama mereka ke tempat asalnya Kentucky.[8] Monroe tidak diberitahukan bahwa ia memiliki seorang saudari sampai ia berusia 12 tahun, dan bertemu dengan saudarinya untuk pertama kali ketika dewasa.[9] Setelah perceraian, Gladys bekerja sebagai seorang pemotong negatif film di Consolidated Film Industries.[10] Pada 1924, Gladys menikah dengan Martin Edward Mortenson, tetapi mereka berpisah hanya beberapa bulan kemudian dan bercerai secara resmi pada 1928.[10] Identitas ayah Monroe tidak diketahui, dan ia paling sering menggunakan Baker sebagai marganya.[11][a] Meskipun Gladys tidak siap secara mental dan keuangan untuk seorang anak, masa kecil Monroe berjalan dengan stabil dan bahagia.[15] Gladys menempatkan putrinya bersama orang tua asuh Kristen evangelikal Albert dan Ida Bolender di Hawthorne; ia juga tinggal di sana selama enam bulan pertama, sampai ia terpaksa pindah kembali ke kota karena pekerjaannya.[16] Ia kemudian mulai mengunjungi putrinya pada akhir pekan.[15] Pada musim panas 1933, Gladys membeli sebuah rumah kecil di Hollywood dengan sebuah pinjaman dari Home Owners' Loan Corporation dan memindahkan Monroe yang berusia tujuh tahun bersama dengannya.[17] Mereka membagikan rumah tersebut dengan penghuni penginapan, pemeran George dan Maude Atkinson dan putri mereka, Nellie.[18] Pada Januari 1934, Gladys mengalami sebuah gangguan mental dan didiagnosis menderita skizofrenia paranoida.[19] Setelah beberapa bulan di sebuah rumah peristirahatan, ia berobat ke Metropolitan State Hospital.[20] Ia menghabiskan sisa hidupnya keluar-masuk rumah sakit dan jarang menjalin kontak dengan Monroe.[21] Monroe menjadi seorang pasien negara bagian, dan teman ibunya, Grace Goddard, mengambil tanggung jawab atas hubungan Monroe dan ibunya.[22]
—Monroe dalam sebuah wawancara untuk Life pada 1962 Pada empat tahun berikutnya, situasi kehidupan Monroe sering berubah. Selama 16 bulan pertama, ia terus tinggal dengan keluarga Atkinson, dan pernah dilecehkan secara seksual pada saat tersebut.[24][b] Selalu menjadi seorang gadis pemalu, ia juga menjadi seseorang yang gagap dan pendiam.[30] Pada musim panas 1935, ia tinggal sebentar dengan Grace dan suaminya Erwin "Doc" Goddard dan dua keluarga lainnya,[31] dan pada September, Grace menempatkannya di Los Angeles Orphans Home.[32] Panti asuhan tersebut adalah "sebuah institusi model" dan dideskripsikan dalam pengartian positif oleh teman-temannya, tetapi Monroe merasa dihiraukan.[33] Didorong oleh pekerja panti asuhan yang berpikir bahwa Monroe akan lebih bahagia hidup dalam sebuah keluarga, Grace menjadi wali hukumnya pada 1936, tetapi tidak membawanya keluar dari panti asuhan sampai musim panas 1937.[34] Kunjungan kedua Monroe dengan keluarga Goddard hanya berlangsung beberapa bulan karena Doc melecehkannya;[35] ia kemudian tinggal dalam jangka waktu singkat dengan kerabatnya dan teman Grace serta kerabat di Los Angeles dan Compton.[36] Monroe menemukan sebuah rumah yang lebih permanen pada September 1938, ketika ia mulai tinggal bersama dengan bibi Grace, Ana Lower, di Sawtelle.[37] Ia didaftarkan di Emerson Junior High School dan pergi ke layanan Christian Science mingguan dengan Lower.[38] Monroe sebaliknya adalah siswa yang biasa-biasa saja, tetapi unggul dalam menulis dan berkontribusi pada surat kabar sekolah.[39] Karena masalah kesehatan lanjut usia Lower, Monroe kembali untuk tinggal bersama keluarga Goddard di Van Nuys pada sekitaran awal 1941.[40] Pada tahun yang sama, ia mulai masuk Van Nuys High School.[41] Pada 1942, perusahaan yang mempekerjakan Doc Goddard memindahkannya ke Virginia Barat.[42] Undang-undang perlindungan anak California mencegah keluarga Goddard membawa Monroe keluar dari negara bagian tersebut, dan ia harus dikembalikan ke panti asuhan.[43] Sebagai sebuah solusi, ia menikahi putra tetangga mereka yang berusia 21 tahun, pekerja pabrik James Dougherty, pada 19 Juni 1942, tepat setelah ulang tahunnya yang ke-16.[44] Monroe kemudian putus sekolah dan menjadi seorang ibu rumah tangga. Ia menemukan dirinya dan Dougherty tidak cocok dan kemudian menyatakan bahwa ia "hampir mati karena bosan" selama pernikahan.[45] Pada 1943, Dougherty mendaftar di Merchant Marine dan ditempatkan di Pulau Santa Catalina, di mana Monroe pindah dengannya.[46] 1944–1949: Modeling dan peran-peran film pertama![]() Pada April 1944, Dougherty berlayar ke Pasifik, dan ia tinggal disana selama hampir dua tahun berikutnya.[46] Monroe pindah dengan orang tua Dougherty dan memulai sebuah pekerjaan di Radioplane Company, sebuah pabrik amunisi di Van Nuys.[46] Pada akhir 1944, Monroe bertemu fotografer David Conover, yang dikirim oleh First Motion Picture Unit (FMPU) dari Pasukan Udara Angkatan Darat AS untuk mengambil gambar para buruh perempuan.[47] Meskipun tidak ada gambarnya yang dipakai oleh FMPU, ia keluar dari pabrik tersebut pada Januari 1945 dan memulai modeling untuk Conover dan teman-temannya.[48][49] Menentang suaminya yang tengah berlayar, ia kemudian pindah sendiri dan menandatangani sebuah kontrak dengan Blue Book Model Agency pada Agustus 1945.[50] Sebagai model, Monroe sering menggunakan nama Jean Norman saat bekerja.[51] Ia meluruskan rambut cokelat keritingnya dan mengecatnya pirang agar dirinya cocok untuk dipekerjakan.[51] Sosoknya dianggap lebih cocok untuk pin-up daripada modeling mode, dan ia sering tampil dalam iklan dan majalah pria.[52] Menurut Emmeline Snively, pemilik agensi tersebut, Monroe merupakan salah satu model yang pekerja keras dan paling ambisius; pada awal 1946, ia telah tampil pada 33 sampul majalah untuk penerbitan-penerbitan seperti Pageant, U.S. Camera, Laff, dan Peek.[53] Melalui Snively, Monroe menandatangani sebuah kontrak dengan agensi akting pada Juni 1946.[54] Setelah sebuah wawancara gagal dengan Paramount Pictures, ia diberikan sebuah tes layar oleh Ben Lyon, seorang eksekutif 20th Century-Fox. Kepala eksekutif Darryl F. Zanuck tidak antusias tentang hal tersebut,[55] tapi ia memberinya sebuah kontrak enam bulan standar untuk menghindari ia disewa oleh studio saingan RKO Pictures.[c] Kontrak Monroe dimulai pada Agustus 1946, dan ia serta Lyon memilih nama panggung "Marilyn Monroe".[57] Nama pertama dipilih oleh Lyon, yang teringat pada bintang Broadway Marilyn Miller; yang terakhir adalah nama masa kecil ibu Monroe.[58] Pada September 1946, ia bercerai dengan Dougherty, yang telah menentangnya untuk berkarier.[59] Monroe sebagai seorang pemain kontrak 20th Century-Fox pada 1947. Ia mendapatkan dua peran film kecil semasa dibawah kontrak tersebut dan hengkang setelah setahun. (Foto publisitas studio) Monroe tidak mendapatkan peran film selama enam bulan pertama dan malah mendedikasikan hari-harinya untuk kelas akting, menyanyi dan menari.[60] Ingin belajar lebih banyak tentang industri film, ia juga menghabiskan waktu di banyak studio untuk mengamati orang lain bekerja dan mempromosikan dirinya sendiri.[61] Kontraknya diperbarui pada Februari 1947, dan ia diberi peran film pertamanya, bagian kecil dalam Dangerous Years (1947) dan Scudda Hoo! Scudda Hay! (1948).[62][d] Studio tersebut juga mendaftarkannya di Actors' Laboratory Theatre, sebuah sekolah akting yang mengajarkan teknik-teknik dari Group Theatre; ia kemudian menyatakan bahwa pengalaman tersebut adalah "rasa pertamaku tentang seperti apa akting nyata dalam sebuah drama nyata, dan aku terpikat".[64] Terlepas dari antusiasmenya, gurunya menganggapnya terlalu pemalu dan tidak kukuh untuk memiliki sebuah masa depan dalam dunia akting, dan Fox tidak memperpanjang kontrak Monroe pada Agustus 1947.[65] Ia kembali ke modeling sambil sesekali melakukan pekerjaan sampingan di studio film tersebut.[65] Monroe bertekad menjadikan seorang aktris, dan terus belajar di Actors' Lab. Pada Oktober 1947, ia tampil sebagai penggoda pirang dalam permainan drama Glamour Preferred di Bliss-Hayden Theater, tetapi berakhir setelah hanya beberapa pementasan.[66] Untuk mempromosikan dirinya, ia sering mengunjungi kantor produser, berteman dengan kolumnis gosip Sidney Skolsky, dan menjamu tamu-tamu pria berpengaruh di acara studio, sebuah kebiasaan yang dimulainya di Fox.[67] Ia juga menjadi teman dan pasangan seks sesekali dari eksekutif Fox Joseph M. Schenck, yang membujuk temannya Harry Cohn, kepala eksekutif Columbia Pictures, untuk menyewanya pada Maret 1948.[68] Ketika di Fox, Monroe diberi peran "gadis dibalik pintu"; di Columbia, ia diperagakan menurut Rita Hayworth.[69] Garis rambutnya dibesarkan dan warna rambutnya diubah menjadi pirang platinum.[70] Ia juga mulai bekerja dengan pelatih drama kepala studio, Natasha Lytess, yang tetap menjadi mentornya sampai 1955.[70] Film satu-satunya di studio tersebut adalah film musikal beranggaran rendah Ladies of the Chorus (1948), di mana ia mendapatkan peran pertamanya sebagai seorang gadis paduan suara yang dirayu oleh seorang pria kaya.[63] Ia juga menjalani tes layar untuk peran utama dalam Born Yesterday (1950), tapi kontraknya tidak diperpanjang pada September 1948.[71] Ladies of the Chorus dirilis pada bulan berikutnya tetapi bukan merupakan sebuah kesuksesan.[72] Monroe kemudian menjadi anak didik dari Johnny Hyde, wakil presiden dari William Morris Agency. Hubungan mereka segera menjadi seksual dan ia melamarnya, tetapi Monroe menolak.[73] Ia membayar Monroe untuk menjalani operasi plastik di rahangnya dan kemungkinan sebuah rhinoplasti, dan mengambil sedikit bagian dalam film Marx Brothers Love Happy (1950), tur promosi New York yang juga ia ikuti pada 1949.[74] Sementara itu, Monroe melanjutkan modeling. Ia muncul dalam iklan bir Pabst dan berpose dalam pemotretan telanjang artistik untuk kalender John Baumgarth (menggunakan nama 'Mona Monroe'); kedua sesi tersebut dilakukan oleh Tom Kelley.[75] Monroe sebelumnya berpose setengah telanjang atau mengenakan bikini untuk seniman-seniman lain seperti Earl Moran, dan merasa nyaman dengan ketelanjangan.[76] Baumgarth awalnya tidak senang dengan foto-foto tersebut, tetapi menerbitkan salah satunya pada 1950; Monroe tidak secara publik diidentifikasi sebagai model hingga 1952. Meskipun ia kemudian menahan skandal yang diakibatkan dengan mengklaim bahwa ia dengan enggan berpose telanjang karena kebutuhan mendesak akan uang, biografer Spoto dan Banner telah menyatakan bahwa ia tidak tertekan (meskipun menurut Banner, ia awalnya ragu-ragu karena aspirasinya menjadi bintang film) dan menganggap pengambilan gambar tersebut hanya sebagai tugas kerja.[76] 1950–1952: Tahun terobosan![]() Pada 1950, Monroe memiliki bagian kecil dalam Love Happy, A Ticket to Tomahawk, Right Cross dan The Fireball, tetapi juga muncul sebagai pemeran pendukung kecil dalam dua film yang mendapatkan pujian kritis: film drama Joseph Mankiewicz All About Eve dan film kejahatan John Huston The Asphalt Jungle.[77] Meskipun durasi layarnya hanya beberapa menit, ia mendapat sebuah singgungan dalam Photoplay dan menurut biografer Donald Spoto "berubah secara efektif dari model film menjadi pemeran serius".[78] Pada Desember 1950, Hyde menegosiasikan kontrak tujuh tahun untuk Monroe dengan 20th Century-Fox.[79] Ia meninggal karena serangan jantung hanya beberapa hari kemudian, yang mana membuat Monroe merasa hancur.[80] Kontrak Fox memberikan Monroe publisitas lebih, dan ia memainkan peran pendukung dalam empat film beranggaran rendah pada 1951: dalam film drama MGM Home Town Story, dan dalam tiga komedi yang cukup sukses untuk Fox, As Young as You Feel, Love Nest, dan Let's Make It Legal.[81] Menurut Spoto keempat film tersebut "pada dasarnya menampilkannya [sebagai] ornamen seksi", dan ia menerima beberapa pujian dari kritikus: Bosley Crowther dari The New York Times menggambarkannya sebagai "luar biasa" dalam As Young As You Feel dan Ezra Goodman dari Los Angeles Daily News menyebutnya "salah satu [aktris] paling cemerlang" atas Love Nest.[82] Popularitasnya dengan penonton juga meningkat: ia menerima beberapa ribu surat penggemar dalam seminggu, dan disebut sebagai "Nyonya Kue Keju 1951" oleh surat kabar tentara Stars and Stripes, yang merefleksikan preferensi para tentara dalam Perang Korea.[83] Pada Februari 1952, Hollywood Foreign Press Association menyebut Monroe sebagai "tokoh box office muda terbaik".[84] Dalam kehidupan pribadinya, Monroe melakukan sebuah hubungan singkat dengan sutradara Elia Kazan dan juga berkencan dengan beberapa pria lain, termasuk sutradara Nicholas Ray dan pemeran Yul Brynner dan Peter Lawford.[85] Pada awal 1952, ia memulai sebuah hubungan percintaan yang dipublikasikan secara besar-besaran dengan pensiunan bintang bisbol New York Yankees Joe DiMaggio, salah satu tokoh olahraga paling terkenal pada masa tersebut.[86] ![]() Monroe menemukan dirinya menjadi pusat sebuah skandal pada Maret 1952, ketika ia mengungkapkan bahwa ia telah berpose untuk sebuiah foto telanjang pada 1949, yang sekarang ditampilkan dalam kalender.[87] Studio telah mengetahui tentang foto-foto tersebut dan bahwa ia secara terbuka dikabarkan menjadi model beberapa minggu sebelumnya, dan bersama dengan Monroe memutuskan bahwa untuk menghindari kerusakan kariernya, yang terbaik adalah mengakuinya sambil menekankan bahwa ia bangkrut pada masa tersebut.[88] Strategi tersebut mendapatkan simpati publik dan meningkatkan minat terhadap film-filmnya, menjadikannya sebagai aktris berbayaran tertinggi. Setelah skandal tersebut, Monroe tampil pada sampul depan dari Life sebagai "Pembicaraan dari Hollywood" dan kolumnis gosip Hedda Hopper menyebutnya sebagai "ratu kue keju" yang menjadi "amukan box office".[89] Fox merilis tiga film Monroe—Clash by Night, Don't Bother to Knock dan We're Not Married!—segera setelah memanfaatkan minat umum.[90] ![]() Terlepas dari popularitas barunya sebagai sebuah simbol seks, Monroe juga berharap untuk menunjukan lebih banyak jangkauan aktingnya. Ia mulai mengambil kelas akting dengan Michael Chekhov dan pemain pantomim Lotte Goslar segera setelah memulai kontrak Fox,[91] dan Clash by Night dan Don't Bother to Knock menampilkannya dalam peran yang lebih bernuansa.[92] Dalam Clash by Night, sebuah drama yang dibintangi oleh Barbara Stanwyck dan disutradarai oleh Fritz Lang, ia berperan sebagai seorang pekerja pengalengan ikan; untuk persiapan, ia menghabiskan waktunya di sebuah pabrik pengalengan ikan di Monterey.[93] Ia menerima ulasan positif untuk penampilannya: The Hollywood Reporter menyatakan "ia layak mendapatkan status bintang dengan interpretasinya yang sangat baik", dan Variety menulis bahwa ia "memiliki sebuah kemudahan dalam penyampaian yang mana membuatnya sangat populer".[94][95] Don't Bother to Knock adalah sebuah film cerita seru di mana Monroe berperan sebagai seorang pramusiwi penderita gangguan mental, dan Zanuck menggunakan peran tersebut untuk menguji kemampuannya dalam peran dramatis yang lebih berat.[96] Film tersebut menerima ulasan beragam dari para kritikus, dengan Crowther menganggapnya terlalu berpengalaman untuk peran yang sulit,[97] dan Variety menjelek-jelekan masalah naskah untuk film tersebut.[98][99] Tiga film lain Monroe pada 1952 melanjutkan kekhasannya dalam peran-peran komika yang berfokus terhadap daya tarik seksnya. Dalam We're Not Married!, perannya sebagai seorang kontestan kecantikan diciptakan semata-mata untuk "menampilkan Marilyn dalam dua pakaian renang", menurut penulisnya Nunnally Johnson.[100] Dalam Monkey Business karya Howard Hawks, di mana ia beradu akting dengan Cary Grant, ia berperan sebagai seorang sekretaris yang "bodoh, pirang kekanak-kanakan, polos tidak menyadari malapetaka di sekitarnya yang disebabkan oleh keseksian".[101] Dalam O. Henry's Full House, ia memainkan sebuah peran kecil sebagai seorang pekerja seks.[101] Monroe menambah reputasinya sebagai sebuah simbol seks baru dengan pertunjukan publisitas tahun tersebut: ia mengenakan sebuah gaun terbuka ketika berperan sebagai Marsekal Agung dalam parade Miss America Pageant, dan memberitahukan kolumnis gosip Earl Wilson bahwa ia biasanya tidak mengenakan pakaian dalam.[102] Pada akhir tahun tersebut, kolumnis gosip Florabel Muir menamai Monroe sebagai "it girl" tahun 1952.[103] Pada masa tersebut, Monroe meraih reputasi untuk peran-peran sulit pada sejumlah film-film, yang diperburuh dengan perjuangan kariernya: ia sering terlambat atau tidak tampil pada seluruh adegan, tidak mengingat kalimatnya, dan butuh melakukan beberapa pengambilkan gambar ulang sebelum ia benar-benar membetulkan penampilannya.[104] Rasa ketergantungan pada pelatih aktingnya, mula-mula Natasha Lytess dan kemudian Paula Strasberg, juga menyulitkan para sutradaranya.[105] Masalah Monroe terpacu pada kombinasi perfeksionisme, penekanan diri yang rendah, dan demam panggung; ia tidak suka kekurangan kendali saat ia berkarya pada film-film, dan tidak pernah mengalami masalah serupa pada saat pengambilan foto, di mana ia lebih menyinggung penampilannya daripada secara mendadak mengikuti naskah.[106][107] Untuk mengobati kecemasan dan insomnia kronis, ia mulai menggunakan barbiturat, ampetamin dan alkohol, yang juga menambah masalahnya, meskipun ia tidak mengalami kecanduan sampai 1956.[108] Menurut Sarah Churchwell, beberapa perilaku Monroe khususnya dalam kariernya dilakukan dalam rangka menanggapi sikap merendahkan dan pembelaian yang dilakukan oleh para sutradara dan bintang laki-laki sejawatnya.[109] Hal yang sama juga diutarakan oleh dengan Lois Banner yang menyatakan bahwa ia dilecehkan oleh beberapa sutradaranya.[110] 1953: Naik daunMenampilkan "Diamonds Are a Girl's Best Friend" dalam Gentlemen Prefer Blondes (1953) Monroe dan lawan mainnya Jane Russell setelah menempelkan tangan mereka pada beton basah di Grauman's Chinese Theatre Monroe, Betty Grable, dan Lauren Bacall dalam How to Marry a Millionaire, kesuseksan box offie terbesarnya pada 1953 Monroe membintangi tiga film yang dirilis pada 1953 dan muncul sebagai seorang simbol seks utama dan salah satu seniman Hollywood yang paling menguntungkan.[111][112] Yang pertama adalah film noir Technicolor Niagara, di mana ia memerankan seorang femme fatale yang berencana untuk membunuh suaminya (diperankan oleh Joseph Cotten).[113] Mulai saat tersebut, Monroe dan penata riasnya Allan "Whitey" Snyder telah mengembangkan tampilan riasan "khasnya": alis melengkung gelap, kulit pucat, bibir merah "berkilau", dan kesan kecantikan.[114] Menurut Sarah Churchwell, Niagara adalah salah satu film seksual paling terbuka dalam karier Monroe.[101] Dalam beberapa adegan, tubuh Monroe hanya ditutupi oleh selembar kain atau handuk, yang dianggap mengejutkan oleh penonton masa kini.[115] Adegan paling terkenal Niagara adalah sebuah pengambilan gambar panjang 30 detik di belakang Monroe ketika ia terlihat berjalan dengan pinggulnya yang bergoyang, yang kemudian banyak digunakan untuk pemasaran film tersebut.[115] Ketika Niagara dirilis pada Januari 1953, klub wanita melakukan protes terhadap hal tersebut yang dianggap tidak bermoral, tetapi terbukti populer diantara kalangan penonton.[116] Sementara Variety menganggapnya "klise" dan "tidak wajar", The New York Times berkomentar bahwa "air terjun dan Nyonya Monroe sedikit terlihat", seolah-olah Monroe mungkin bukan "aktris yang sempurna pada titik ini ... ia bisa menggoda—bahkan ketika ia berjalan".[117][118] Monroe terus menarik perhatian dengan mengenakan pakaian terbuka, yang paling terkenal adalah di upacara penghargaan Photoplay pada Januari 1953, ketika ia meraih penghargaan "Bintang Terbit Paling Cepat".[119] Ia mengenakan sebuah gaun emas ketat lamé, yang mendorong bintang veteran Joan Crawford untuk secara terbuka menyebut perilakunya "tidak pantas menjadi seorang aktris dan seorang wanita".[119] Ketika Niagara menjadikan Monroe sebagai simbol seks dan menaikdaunkan "penampilan"-nya, film keduanya pada 1953, komedi musikal satir Gentlemen Prefer Blondes, mengokohkan persona layarnya sebagai seorang "pirang yang bodoh".[120] Berdasarkan pada novel karya Anita Loos dan versi Broadway-nya, film tersebut berfokus pada dua gadis panggung "matre" yang diperankan oleh Monroe dan Jane Russell. Peran Monroe awalnya ditujukan untuk Betty Grable, yang telah menjadi "pirang menarik" paling populer 20th Century-Fox pada 1940-an; Monroe dengan cepat melampauinya sebagai seorang bintang yang dapat menarik baik bagi penonton pria maupun wanita.[121] Sebagai bagian dari kampanye publisitas film tersebut, ia dan Russell menempelkan tangan dan jejak kaki mereka pada beton basah diluar Grauman's Chinese Theatre pada Juni.[122] Gentlemen Prefer Blondes dirilis tidak lama kemudian dan menjadi salah satu kesuksesan box office terbesar pada tahun tersebut.[123] Crowther dari The New York Times dan William Brogdon dari Variety keduanya berkomentar secara positif terhadap Monroe, terutama memuji penampilannya "Diamonds Are a Girl's Best Friend"; menurut kritikus yang disebutkan terakhir, Monroe mendemonstrasikan "kemampuan seks terhadap sebuah lagu serta menunjukan nilai-nilai penglihatan dari sebuah adegan dengan kehadirannya".[124][125] Pada September, Monroe memulai debut televisinya dalam Jack Benny Show, memerankan wanita fantasi Jack dalam episode "Honolulu Trip".[126] Ia beradu akting dengan Betty Grable dan Lauren Bacall dalam film ketiganya pada tahun tersebut, How to Marry a Millionaire, yang dirilis pada November. Film tersebut menampilkan Monroe sebagai seorang model naif yang bekerjasama dengan teman-temannya untuk menemukan suami kaya, mengulangi formula kesuksesannya dalam Gentlemen Prefer Blondes. Film tersebut adalah film kedua yang pernah dirilis dalam CinemaScope, sebuah format layar lebar yang diharapkan oleh Fox da[at menarik penonton kembali ke bioskop karena televisi mulai menyebabkan kerugian bagi studio film tersebut.[127] Terlepas dari ulasan beragam, film tersebut adalah kesuksesan box office terbesar Monroe pada masa tersebut dalam kariernya.[128] Monroe masuk dalam Top Ten Money Making Stars Poll pada 1953 dan 1954,[112] dan menurut sejarawan Fox, Aubrey Solomon, Monroe menjadi "aset terbesar" studio tersebut bersama dengan CinemaScope.[129] Posisi Monroe sebagai seorang simbol seks terkemuka dikonfirmasi pada Desember 1953, ketika Hugh Hefner menampilkannya pada sampul dan sebagai halaman tengah dalam edisi pertama Playboy; Monroe tidak menyetujui penerbitan tersebut.[130] Gambar sampul tersebut adalah fotonya yang diambil dalamn parade Miss America Pageant pada 1952, dan sampul tengahnya menampilkan salah satu foto telanjangnya pada 1949.[130] 1954–1955: Konflik antara 20th Century-Fox dan pernikahan dengan Joe DiMaggioJoe DiMaggio dan Monroe setelah menikah di San Francisco City Hall, Januari 1954 Berpose untuk tentara-tentara di Korea setelah pementasan USO pada Februari 1954 Monroe telah menjadi salah satu bintang terbesar 20th Century-Fox, tetapi kontraknya tidak berubah sejak 1950, yang berarti bahwa ia dibayar jauh lebih rendah daripada bintang-bintang lainnya berstatus sama dan tidak dapat memilih proyeknya.[131] Usahanya untuk tampil dalam film yang tidak berfokus padanya sebagai seorang pin-up telah digagalkan oleh kepala eksekutif studio tersebut, Darryll F. Zanuck, yang memiliki ketidaksukaan pribadi yang kuat terhadapnya dan tidak berpikir bahwa ia akan memberikan penghasilan terhadap studio tersebut sebanyak ketika memainkan jenis peran lain.[132] Dibawah tekanan dari pemilik studio tersebut, Spyros Skouras, Zanuck juga memutuskan bahwa Fox harus fokus secara eksklusif pada hiburan untuk memaksimalkan keuntungan dan membatalkan produksi 'film serius' apapun.[133] Pada Januari 1954, ia menangguhkan kontrak Monroe ketika ia menolak untuk memulai pengambilan gambar komedi musikal lainnya, The Girl in Pink Tights.[134] Hal tersebut menjadi halaman depan berita, dan Monroe segera mengambil tindakan untuk melawan publisitas negatif tersebut. Pada 14 Januari, ia dan Joe DiMaggio menikah di San Francisco City Hall.[135] Mereka kemudian melakukan perjalanan ke Jepang, bersamaan dengan sebuah bulan madu dan perjalanan bisnis DiMaggio.[136] Dari Tokyo, ia terbang secara sendirian ke Korea, di mana ia berpartisipasi dalam sebuah pementasan USO, menyanyikan beberapa lagu dari film-filmnya kepada lebih dari 60.000 Marinir A.S. selama lebih dari empat hari.[137] Setelah kembali ke A.S., ia dianugerahi penghargaan "Bintang Perempuan Paling Populer" Photoplay.[138] Monroe menetap dengan Fox pada Maret, dengan janji sebuah kontrak baru, sebuah gaji tambahan $100.000, dan peran utama dalam film adaptasi dari kesuksesan Broadway The Seven Year Itch.[139] Pada April 1954, film barat Otto Preminger River of No Return, film terakhir yang difilmkan oleh Monroe sebelum penangguhan, kemudian dirilis. Ia menyebut film tersebut sebagai sebuah "film koboi tingkat Z yang aktingnya menempati urutan kedua setelah pemandangan dan pemrosesan CinemaScope", tetapi film tersebut populer diantara kalangan penonton.[140] Film pertama yang ia buat setelah penangguhannya adalah film musikal There's No Business Like Show Business, yang sangat ia tidak sukai tetapi studionya mengharuskannya tampil dalam film tersebut setelah menolak The Girl in Pink Tights.[139] Film tersebut tidak berhasil saat dirilis pada akhir 1954, dengan penampilan Monroe yang dianggap vulgar oleh banyak kritikus.[141] ![]() Pada September 1954, Monroe memulai syuting film komedi Billy Wilder The Seven Year Itch, beradu akting dengan Tom Ewell sebagai seorang wanita yang menjadi objek fantasi seksual tetangganya yang telah menikah. Meskipun film tersebut melakukan pengambilan gambarnya di Hollywood, studio memutuskan untuk menghasilkan publisitas dengan melakukan pembuatan film dari sebuah adegan di mana Monroe berdiri di parit kereta bawah tanah dengan udara meniup rok gaun putihnya di Lexington Avenue di Manhattan.[142] Pengambilan gambar tersebut berlangsung selama beberapa jam dan menarik hampir 2.000 penonton.[142] "Adegan parit kereta bawah tanah" menjadi salah satu hal yang paling terkenal dari Monroe dan The Seven Year Itch menjadi salah satu kesuksesan komersial terbesar tahun ini setelah dirilis pada Juni 1955.[143] Tindakan publisitas tersebut menempatkan Monroe pada laman-laman depan internasional, dan hal tersebut juga menandai akhir dari pernikahannya dengan DiMaggio, yang marah karenanya.[144] Pasangan tersebut telah bermasalah sejak awal oleh kecemburuan dan sikap DiMaggio yang pengontrol; ia juga melakukan kekerasan fisik.[145] Setelah kembali dari NYC ke Hollywood pada Oktober 1954, Monroe mengajukan gugatan cerai, setelah hanya sembilan bulan menikah.[146] Setelah pemfilman The Seven Year Itch diselesaikan pada November 1954, Monroe meninggalkan Hollywood untuk East Coast, di mana ia dan fotografer Milton Greene mendirikan perusahaan produksi mereka sendiri, Marilyn Monroe Productions (MMP)—sebuah tindakan yang kemudian disebut "alat" dalam runtuhnya sistem studio.[147][e] Monroe menyatakan bahwa ia "bosan dengan peran-peran seks lama yang sama" dan menegaskan bahwa ia tidak lagi terikat kontrak dengan Fox, karena tidak memenuhi tugasnya, seperti membayar gaji tambahan yang dijanjikan.[149] Hal tersebut memulai pertarungan hukum selama setahun antara ia dan Fox pada Januari 1955.[150] Pers sebagian besar mengejek Monroe dan ia diparodikan dalam permainan drama Broadway Will Success Spoil Rock Hunter? (1955), di mana orang yang mirip dengannya Jayne Mansfield berperan sebagai aktris bodoh yang memulai perusahaan produksinya sendiri.[151] ![]() Setelah mendirikan MMP, Monroe pindah ke Manhattan dan menghabiskan 1955 untuk belajar akting. Ia mengambil kelas dengan Constance Collier dan menghadiri lokakarya metode akting di Actors Studio, yang dijalankan oleh Lee Strasberg.[152] Ia tumbuh dekat dengan Strasberg dan istrinya Paula, menerima pelajaran pribadi di rumah mereka atas rasa malunya, dan segera dianggap sebagai anggota keluarga tersebut.[153] Ia mengganti pelatih akting lamanya, Natasha Lytess, dengan Paula; Strasbergs tetap menjadi pengaruh penting selama sisa kariernya.[154] Monroe juga mulai menjalani psikoanalisis, karena Strasberg percaya bahwa seorang pemeran pasti menghadapi trauma emosional mereka dan menggunakannya dalam penampilan mereka.[155][f] Monroe melanjutkan hubungannya dengan DiMaggio meskipun proses perceraian sedang berlangsung; ia juga berkencan dengan pemeran Marlon Brando dan penulis drama Arthur Miller.[157] Ia pertama kali diperkenalkan ke Miller oleh Elia Kazan pada awal 1950-an.[157] Perselingkuhan antara Monroe dan Miller menjadi semakin serius setelah Oktober 1955, ketika perceraiannya diselesaikan dan Miller berpisah dari istrinya.[158] Studio mendesaknya untuk mengakhirinya, karena Miller sedang diselidiki oleh FBI atas tuduhan komunisme dan telah dipanggil oleh House Un-American Activities Committee, tetapi Monroe menolak.[159] Hubungan tersebut menyebabkan FBI membuka berkas tentang dirinya.[158] Pada akhir tahun, Monroe dan Fox membuat sebuah kontrak baru berdurasi tujuh tahun, karena MMP tidak akan dapat membiayai film secara sendirian, dan studio sangat ingin agar Monroe bekerja untuk mereka lagi.[150] Fox membayarnya $400.000 untuk membuat empat film, dan memberinya hak untuk memilih proyek, sutradara, dan sinematografernya sendiri.[160] Ia juga bebas untuk membuat satu film dengan MMP untuk setiap film yang diselesaikan dengan Fox.[160] 1956–1959: Sambutan kritis dan pernikahan dengan Arthur Miller![]() Monroe memulai 1956 dengan mengumumkan kemenangannya terhadap 20th Century-Fox.[161] Pers sekarang menulis tanggap baik tentang keputusannya untuk melawan studio tersebut; Time menyebutnya "pengusaha wanita cerdik"[162] dan Look memprediksikan bahwa kemenangan tersebut akan menjadi "contoh individu melawan kawanan untuk tahun-tahun mendatang".[161] Sebaliknya, hubungan Monroe dengan Miller memicu beberapa komentar negatif, seperti pernyataan Walter Winchell bahwa "bintang film Amerika berambut pirang yang paling terkenal sekarang adalah kesayangan kaum intelektual sayap kiri."[163] Pada Maret, Monroe memulai syuting film drama Bus Stop, film pertamanya dibawah kontrak barunya.[164] Ia berperan sebagai Chérie, seorang penyanyi salon yang impiannya menjadi bintang dipersulit oleh seorang koboi naif yang jatuh cinta padanya. Untuk peran tersebut, ia mempelajari aksen Ozark, memilih kostum dan penataan rias yang kurang glamor daripada film-film sebelumnya, dan sengaja menampilkan nyanyian dan tarian yang biasa.[165] Sutradara Broadway Joshua Logan setuju untuk menyutradarainya, meskipun awalnya meragukan kemampuan aktingnya dan mengetahui reputasinya sebagai penyesulit.[166] Pemfilman mengambil tempat di Idaho dan Arizona, dengan Monroe yang "secara teknis bertanggung jawab" sebagai kepala MMP, kadang-kadang menjadi pemilihan keputusan terhadap sinematografi dan dengan Logan mengadaptasi keterlambatan kronis dan perfeksionismenya.[167] Pengalaman tersebut mengubah opini Logan tentang Monroe, dan ia kemudian membandingkannya dengan Charlie Chaplin dalam kemampuannya untuk memadukan komedi dan tragedi.[168] ![]() Pada 29 Juni, Monroe dan Miller menikah di Westchester County Court di White Plains, New York; dua hari kemudian mereka mengadakan upacara Yahudi di rumah Kay Brown, agen kesusatraan Miller, di Waccabuc, New York.[169][170] Dengan pernikahan tersebut, Monroe pindah ke Yudaisme, yang menyebabkan Mesir mencekal semua filmnya.[171][g] Karena status Monroe sebagai seorang simbol seks dan citra Miller sebagai seorang intelektual, media melihat pasangan tersebut sebagai sebuah ketidakcocokan, sebagaimana dibuktikan oleh kepala majalah Variety, "Orang Terpelajar Menikahi Jam Pasir".[173] Bus Stop dirilis pada Agustus 1956 dan menjadi sebuah kesuksesan kritis dan komersial.[174] The Saturday Review of Literature menulis bahwa penampilan Monroe "secara efektif menghilangkan anggapan bahwa ia hanyalah seorang yang berkepribadian glamor" dan Crowther menyatakan: "Peganglah kursi Anda, semuanya, dan bersiaplah untuk kejutan yang menggetarkan. Marilyn Monroe akhirnya membuktikan dirinya sebagai seorang aktris."[175] Ia juga menerima sebuah nominasi Golden Globe untuk Aktris Terbaik atas penampilannya.[84] ![]() Pada Agustus, Monroe juga mulai memfilmkan produksi independen pertama MMP, The Prince and the Showgirl, di Pinewood Studios di Inggris.[176] Berdasarkan pada sebuah drama tentang perselingkuhan antara seorang gadis panggung dan seorang pangeran pada 1910-an, film tersebut disutradarai, diproduseri bersama dan dibintangi oleh Laurence Olivier.[162] Produksi tersebut diperumit oleh konflik antara Olivier dan Monroe.[177] Olivier membuatnya marah dengan pernyataan menggurui "Yang harus Anda lakukan adalah menjadi seksi" dan usahanya untuk membuatnya meniru interpretasi Vivien Leigh terhadap karakter dalam versi panggung.[178] Olivier juga tidak menyukai kehadiran Paula Strasberg, pelatih akting Monroe, dalam lokasi syuting.[179] Sebagai pembalasan, Monroe menjadi tidak kooperatif dan mulai sengaja datang terlambat, kemudian menyatakan bahwa "jika Anda tidak menghormati seniman Anda, mereka tidak dapat bekerja dengan baik."[177] Monroe juga mengalami masalah lain selama produksi. Ketergantungannya pada obat-obatan meningkat dan, menurut Spoto, ia mengalami keguguran.[180] Ia dan Greene juga memperdebatkan bagaimana MMP harus dijalankan.[180] Terlepas dari kesulitan tersebut, syuting diselesaikan sesuai jadwal pada akhir 1956.[181] The Prince and the Showgirl dirilis dengan mendapatkan ulasan beragam pada Juni 1957 dan terbukti tidak populer diantara kalangan penonton Amerika.[182] Film tersebut mendapatkan sambutan yang lebih baik diterima di Eropa, di mana ia dianugerahi David di Donatello Italia dan penghargaan Bintang Kristal Prancis dan dinominasikan untuk sebuah BAFTA.[183] Setelah kembali dari Inggris, Monroe mengambil cuti selama 18 bulan untuk berkonsentrasi pada kehidupan keluarganya. Ia dan Miller membagi waktu mereka antara NYC, Connecticut dan Long Island.[184] Ia mengalami sebuah kehamilan ektopik pada pertengahan 1957, dan sebuah keguguran setahun kemudian;[185] masalah tersebut kemungkinan besar terkait dengan endometriosis-nya.[186][h] Monroe juga sempat dirawat di rumah sakit karena overdosis barbiturat.[189] Karena ia dan Greene tidak bisa menyelesaikan perselisihan mereka terhadap MMP, Monroe membeli saham perusahaannya.[190] ![]() Monroe kembali ke Hollywood pada Juli 1958 untuk beradu akting dengan Jack Lemmon dan Tony Curtis dalam film komedi Billy Wilder tentang peran-peran gender, Some Like It Hot.[191] Meski ia menganggap peran Sugar Kane sebagai "pirang bodoh" lainnya, Monroe menerima peran tersebut karena dorongan Miller dan tawaran sepuluh persen dari laba film tersebut sebagai tambahan untuk gaji standarnya.[192] Produksi sulit film tersebut telah menjadi "legendaris".[193] Monroe menuntut lusinan pengambilan ulang, dan |