Maria MagdalenaMaria Magdalena (bahasa Ibrani: מרים המגדלית, Miryám Ha-Magdalit; bahasa Yunani: Μαρία ἡ Μαγδαληνή, María hē Magdalēnē; harfiah: "Maria asal Magdala")[a] adalah seorang perempuan Yahudi pengikut Yesus yang ikut serta dalam pewartaan-pewartaan Yesus, dan pada kemudian hari menjadi saksi mata peristiwa penyaliban, penguburan, dan kebangkitan Yesus. Mungkin sekali ia dijuluki "Magdalena" karena berasal dari Magdala, kota nelayan di tepi barat Danau Galilea. Lukas 8:2–3 menerangkan bahwa Maria Magdalena adalah salah seorang dari perempuan-perempuan yang ikut serta dalam pewartaan-pewartaan Yesus dan menyokong pewartaan Yesus "dengan kekayaan mereka". Keterangan ini menyiratkan bahwa mungkin sekali Maria Magdalena adalah seorang perempuan yang relatif kaya. Nas yang sama juga menerangkan bahwa Yesus mengusir tujuh roh jahat dari dalam diri Maria Magdalena. Keterangan ini diulangi dalam Markus 16. Menurut keempat injil kanonik, Maria Magdalena adalah salah seorang saksi mata peristiwa penyaliban Yesus, dan lebih lanjut juga pada penguburan Yesus berdasarkan tiga injil sinoptik. Keempat injil kanonik menyebutnya, baik secara pribadi maupun bersama sejumlah perempuan lain, sebagai orang yang pertama kali mendapati kubur Yesus sudah kosong, dan juga sebagai orang yang pertama kali bersaksi tentang kebangkitan Yesus. Karena hal-hal inilah, banyak Gereja dari berbagai mazhab menghormatinya sebagai "rasul para rasul". Maria Magdalena juga dijadikan tokoh utama dalam karya-karya tulis Kristen Gnostik yang apokrif (tidak sahih), antara lain Percakapan Juru Selamat, Pistis Sofia, Injil Tomas, Injil Filipus, dan Injil Maria. Karya-karya tulis yang dianggap tidak mengandung informasi sejarah yang akurat oleh para ahli ini menggambarkannya sebagai murid yang paling dekat dengan Yesus, sekaligus sebagai insan yang paling memahami ajaran-ajaran Yesus. Menurut injil-injil Gnostik, kedekatan Maria Magdalena dengan Yesus membangkitkan rasa tidak senang dari murid-murid Yesus lainnya, terutama Simon Petrus. Pada Abad Pertengahan, Maria Magdalena secara keliru disamakan dengan Maria dari Betania dan "perempuan berdosa" tanpa nama yang melumuri kaki Yesus dengan minyak wangi (Lukas 7:36–50). Akibatnya, muncul keyakinan keliru yang tersebar luas di kalangan umat Kristen bahwa ia adalah seorang pelacur atau pezina yang bertobat. Pada masa yang sama, muncul berbagai kisah yang muluk-muluk di Eropa Barat tentang kekayaan dan kecantikan Maria Magdalena, serta kisah hijrahnya ke kawasan selatan Prancis. Anggapan yang menyamakan Maria Magdalena dengan Maria dari Betania dan "perempuan berdosa" tanpa nama merupakan salah satu kontroversi utama yang mencuat pada tahun-tahun menjelang Reformasi Protestan, dan ditolak oleh sejumlah pemimpin gerakan Reformasi Protestan. Pada kurun waktu Kontra Reformasi, Gereja Katolik mengedepankan sosok Maria Magdalena sebagai lambang pertobatan. Pada tahun 1969, hari peringatan Maria Magdalena selaku tokoh yang dianggap sama dengan Maria dari Betania dan "perempuan berdosa" tanpa nama dihilangkan dari Kalender Gereja Roma, tetapi anggapan bahwa Maria Magdalena adalah seorang mantan pelacur tak kunjung lekang dari ingatan umum. Maria Magdalena dihormati sebagai orang kudus oleh Gereja Katolik, Gereja Ortodoks Timur, persekutuan gereja-gereja Anglikan, dan gereja-gereja Protestan bermazhab Lutheran. Hari peringatannya jatuh pada tanggal 22 Juli. Gereja-gereja Protestan dari mazhab selain Lutheran menghormatinya sebagai salah seorang srikandi iman. Gereja-Gereja Ortodoks Timur juga memperingatinya pada setiap hari Minggu Para Pembawa Mur. Penghormatan terhadap Para Pembawa Mur adalah tradisi Gereja Ortodoks yang setara dengan tradisi penghormatan terhadap Ketiga Maria dalam Gereja Barat. Bagi sebagian besar sejarawan, spekulasi-spekulasi yang mengatakan bahwa Maria Magdalena adalah istri Yesus atau pernah bersebadan dengan Yesus adalah pendapat yang sangat diragukan kebenarannya. Riwayat hidupSama seperti Yesus, Maria Magdalena juga diakui sebagai salah seorang tokoh nyata dalam sejarah di kalangan sejarawan sekuler pada umumnya.[1][2][3] Meskipun demikian, hanya sedikit sekali keterangan mengenai riwayat hidupnya.[4] Maria Magdalena tidak meninggalkan karya-karya tulis sendiri,[5] dan tidak ada karya-karya tulis gadungan yang mencatut namanya, sebagaimana yang umum terjadi pada murid-murid Yesus lainnya.[5] Namanya tidak pernah disebut-sebut dalam surat-surat Paulus maupun surat-surat umum.[6][7] Sumber tertua dan tepercaya mengenai riwayat hidupnya adalah ketiga injil sinoptik, yakni Injil Matius, Injil Markus, dan Injil Lukas, yang semuanya ditulis pada abad pertama tarikh Masehi.[8][9][10] Peran serta dalam pewartaan Yesus![]() Mungkin sekali sebutan "Magdalena" (bahasa Yunani: ἡ Μαγδαληνή, hē Magdalēnē; harfiah: "Si Orang Magdala") dilekatkan pada namanya karena ia berasal dari Magdala,[11][12][b] kota kecil di pesisir barat Danau Galilea, yang pada Abad Kuno dikenal sebagai sebuah perkampungan nelayan.[11][16][17] "Maria" adalah nama yang paling sering diberikan kepada anak-anak perempuan Yahudi pada abad pertama tarikh Masehi,[11][d] sehingga para penulis injil merasa perlu menambahkan sebutan "Magdalena" guna membedakannya dari perempuan-perempuan pengikut Yesus lainnya yang juga bernama Maria.[11] Injil Markus, injil yang paling tua, tidak menyebut-nyebut Maria Magdalena sebelum peristiwa penyaliban Yesus,[21] tetapi Injil Lukas menyajikan keterangan ringkas mengenai peran sertanya dalam pewartaan Yesus.[22]
![]() Keterangan bahwa Maria Magdalena pernah dirasuki tujuh roh jahat diriwayatkan kembali dalam Markus 16:9,[26] yakni dalam "tambahan pada bagian penutup" Injil Markus, yang tidak terdapat dalam naskah-naskah terdahulu. Bagian ini sesungguhnya adalah ayat-ayat yang baru ditambahkan pada abad ke-2, dan mungkin sekali didasarkan pada Injil Lukas.[26][27] Pada abad pertama, roh jahat diyakini sebagai biang keladi sakit lahiriah maupun batiniah.[28][23][24] Bruce Chilton, salah seorang pengkaji sejarah Gereja Perdana, berpendapat bahwa penyebutan angka "tujuh" sebagai jumlah roh jahat yang diusir dari dalam diri Maria Magdalena berarti bahwa ia harus menjalani tujuh kali pengusiran roh jahat, yang mungkin saja berlangsung dalam jangka waktu yang lama, karena enam kali pengusiran yang terdahulu ternyata gagal atau belum tuntas.[25] Bart D. Ehrman, salah seorang pengkaji Perjanjian Baru sekaligus ahli sejarah Gereja Perdana, menyimpulkan bahwa "tujuh" mungkin hanyalah angka simbolis.[24] Dalam tradisi Yahudi, angka tujuh adalah angka sempurna,[24] sehingga keterangan bahwa Maria Magdalena pernah dirasuki tujuh roh jahat hanya berarti bahwa ia pernah sepenuhnya kerasukan roh jahat.[24] Dari sudut pandang lain, Maria Magdalena kemungkinan mengalami trauma emosional atau kejiwaan yang berat, sehingga dianggap perlu menjalani "tujuh kali pengusiran roh jahat".[23][24] Kemungkinan kesembuhan karena dilepaskan dari kuasa tujuh roh jahat inilah yang membuat Maria Magdalena menjadi sedemikian setianya berbakti pada Yesus.[11][29][30] Para penulis injil lazimnya gemar meriwayatkan keseruan pengusiran roh jahat yang dilakukan Yesus di muka umum, lengkap dengan kisah orang yang meraung-raung, memukul-mukul, dan mencabik-cabik pakaian di depan mata khalayak ramai.[31] Kenyataan bahwa tindakan pengusiran roh jahat yang merasuki Maria Magdalena tidak diriwayatkan secara panjang lebar mungkin menyiratkan bahwa tindakan itu tidak dilakukan di muka umum, atau dianggap tidak cukup menarik untuk diceritakan.[31] Karena Maria Magdalena adalah salah seorang dari perempuan-perempuan yang menyokong pewartaan Yesus dengan kucuran dana, maka dapat disimpulkan bahwa ia tergolong relatif kaya.[11][32] Tempat-tempat dia dan perempuan-perempuan lainnya disebutkan dalam injil-injil benar-benar menunjukkan bahwa peran serta mereka sangat penting bagi pewartaan Yesus,[33][34][35][36] dan kenyataan bahwa nama Maria Magdalena selalu didahulukan bilamana disebut bersama nama-nama sekelompok perempuan dalam ketiga injil sinoptik menunjukkan bahwa ia dihargai sebagai orang yang terpenting di antara mereka.[37][38][39] Carla Ricci mengemukakan bahwa, di kalangan pengikut Yesus, Maria Magdalena menduduki tempat pertama di antara murid-murid perempuan, sebagaimana Simon Petrus menduduki tempat pertama di antara murid-murid lelaki.[39] Kenyataan bahwa kaum perempuan memainkan peranan yang sedemikian pentingnya dalam pewartaan Yesus bukanlah suatu perkara yang sungguh-sungguh radikal atau belum pernah terjadi sebelumnya;[34][36] prasasti-prasasti semasa dari sebuah rumah ibadat Yahudi di Afrodisias, Asia Kecil, membuktikan bahwa banyak donatur utama rumah ibadat itu adalah kaum perempuan.[34] Selain itu, sangat tidak mungkin Yesus dalam sejarah pernah mengajarkan kesetaraan penuh antara perempuan dan laki-laki,[40][41] malah salah satu kenyataan tersahih dari riwayat hidup Yesus adalah kenyataan bahwa kedua belas murid utamanya dipilih dari antara kaum lelaki.[42] Meskipun demikian, pewartaan Yesus memang memberi keleluasaan yang lebih besar kepada kaum perempuan dibanding keleluasaan yang mereka nikmati dalam keseharian masyarakat Yahudi kala itu.[43][36] Yesus mengajarkan bahwa di dalam Kerajaan Allah, yang kedatangannya sudah di ambang pintu itu, akan terjadi penjungkirbalikan peranan, dan orang-orang yang tertindas akan ditinggikan (Matius 19:30, 20:16).[44] Menurut Bart D. Ehrman, gagasan ini kemungkinan dapat memikat dan menggugah kaum perempuan pada zaman itu, misalnya saja Maria Magdalena, yang mungkin merasa tertindas oleh pandangan tradisional mengenai peran gender dalam masyarakat.[45] Saksi mata penyaliban dan penguburan Yesus![]() Keempat injil kanonik sepakat bahwa Maria Magdalena, bersama-sama sejumlah perempuan lain, menyaksikan peristiwa penyaliban Yesus.[47] Menurut Markus 15:40, para saksi mata adalah Maria Magdalena, Maria ibu Yakobus, dan Salome.[47] Sementara itu, berdasarkan Matius 27:55–56, para saksi mata adalah Maria Magdalena, Maria ibu Yakobus dan Yusuf, dan ibu anak-anak Zebedeus yang tidak disebutkan namanya (mungkin sama dengan perempuan yang bernama Salome dalam Injil Markus).[47] Lukas 23:49 mengisahkan tentang sekelompok perempuan yang menyaksikan peristiwa penyaliban Yesus, tetapi tidak menyebutkan nama-nama mereka.[47] Menurut Yohanes 19:25, para saksi mata peristiwa penyaliban Yesus adalah Maria ibu Yesus beserta sanaknya, Maria istri Klopas, dan Maria Magdalena.[47] Hampir semua sejarawan ternama sepakat bahwa Yesus benar-benar disalibkan oleh orang Romawi atas titah Ponsius Pilatus.[48][49][50][51][52] Kendati demikian, riwayat-riwayat injil mengenai peristiwa penyaliban Yesus justru berbeda satu sama lain,[53] dan sebagian besar sejarawan sependapat bahwa sejumlah rincian dalam riwayat-riwayat ini mungkin sudah disunting agar selaras dengan agenda-agenda teologis penulisnya.[53] Bart D. Ehrman berpendapat bahwa kehadiran Maria Magdalena dan perempuan-perempuan lain dalam peristiwa penyaliban Yesus mungkin sekali benar-benar terjadi, karena umat Kristen kemungkinan besar tidak akan mengarang-ngarang cerita bahwa saksi-saksi mata utama dalam peristiwa penyaliban Yesus adalah kaum perempuan,[54] dan juga karena kehadiran mereka diriwayatkan sendiri-sendiri dalam ketiga injil sinoptik maupun Injil Yohanes.[55] Maurice Casey sependapat bahwa kehadiran Maria Magdalena dan perempuan-perempuan lain dalam peristiwa penyaliban Yesus boleh jadi dicatat sebagai sebuah fakta sejarah.[1] Menurut E. P. Sanders, mungkin kaum perempuan tampil menjadi saksi mata peristiwa penyaliban Yesus, manakala murid-murid lelaki justru kocar-kacir melarikan diri, karena lebih kecil kemungkinan bagi para murid wanita untuk ditangkap, karena mereka lebih berani daripada kaum lelaki, atau karena kedua-duanya.[56] ![]() Keempat injil kanonik maupun Injil Petrus yang apokrif sama-sama meriwayatkan bahwa jenazah Yesus diturunkan dari salib dan dikuburkan oleh seorang lelaki bernama Yusuf dari Arimatea.[47] Menurut Markus 15:47, Maria Magdalena dan Maria ibu Yoses adalah saksi-saksi mata peristiwa penguburan Yesus.[47], sementara berdasarkan Matius 27:61, saksi-saksi mata peristiwa itu adalah Maria Magdalena dan "Maria yang lain".[47] Menurut Lukas 23:55, saksi-saksi mata penguburan Yesus adalah "perempuan-perempuan yang datang bersama-sama dengan Yesus dari Galilea", tetapi tidak menyebutkan nama-nama mereka.[47] Yohanes 19:39–42 tidak meriwayatkan kehadiran saksi mata perempuan ketika Yusuf dari Arimatea menguburkan jenazah Yesus,[47] dan malah meriwayatkan kehadiran Nikodemus, seorang alim Farisi yang diriwayatkan pernah bertukar pikiran dengan Yesus dalam Injil Yohanes.[47] Bart D. Ehrman, yang pernah menerima riwayat penguburan Yesus sebagai sebuah fakta sejarah, kini menganggapnya sebagai sebuah kisah karangan yang baru ditambahkan di kemudian hari, dengan alasan bahwa para pembesar Romawi nyaris tidak pernah mengizinkan jenazah pelaku kriminal dikuburkan dalam bentuk apa pun,[58] dan Ponsius Pilatus bukanlah "jenis pembesar Romawi yang akan sudi melanggar tradisi dan aturan bilamana diminta secara baik-baik oleh seorang anggota majelis ulama Yahudi agar membenarkan jenazah orang yang mati disalib untuk dikubur secara layak."[59] John Dominic Crossan malah berpendapat bahwa jenazah Yesus mungkin sekali musnah dimakan anjing-anjing liar.[59][60] Bart D. Ehrman mencermati bahwa memang nasib seperti inilah yang paling lazim dialami para korban penyaliban,[61] tetapi ia berpendapat bahwa nasib jenazah Yesus tidak mungkin dapat diketahui secara pasti begitu diturunkan dari salib.[62] Maurice Casey berpendapat bahwa jenazah Yesus benar-benar dikubur secara layak oleh Yusuf dari Arimatea,[63] karena kendati sangat langka terjadi, para pembesar Romawi pernah memperbolehkan orang untuk mengubur jenazah para terpidana yang dieksekusi mati.[64] Kendati demikian, ia menolak riwayat-riwayat injil yang menggambarkan jenazah Yesus disemayamkan di dalam sebuah kubur mewah berpintu batu gelindingan,[65] sehingga ia akhirnya berkesimpulan bahwa Maria Magdalena dan perempuan-perempuan lain kemungkinan tidak pernah benar-benar melihat kubur Yesus.[65] Namun demikian, E. P. Sanders menegaskan bahwa penguburan Yesus oleh Yusuf dari Arimatea dengan disaksikan oleh Maria Magdalena dan murid-murid perempuan lain sepenuhnya adalah fakta sejarah.[66] Kebangkitan Yesus![]() Keterangan tertua mengenai penampakan Yesus pascakebangkitannya adalah petikan dari sebuah syahadat Kristen pra-Paulus yang terlestarikan dalam surat pertama Paulus kepada jemaat Kristen di kota Korintus (1 Korintus 15:3–8), yakni surat yang ditulis kurang lebih 20 tahun sebelum injil-injil ditulis.[70] 1 Korintus 15:3–8 sama sekali tidak menyebut-nyebut Maria Magdalena, perempuan-perempuan lain, maupun kisah tentang kubur yang kosong,[71][72] malah menyanjung Simon Petrus sebagai orang pertama yang melihat Yesus pascakebangkitannya.[71][73][74] Di lain pihak, keempat injil kanonik maupun Injil Petrus yang apokrif sama-sama meriwayatkan bahwa Maria Magdalena, baik seorang diri maupun bersama perempuan-perempuan lain, adalah orang pertama yang mendapati kubur Yesus sudah kosong,[55][75] kendati perincian kejadiannya berbeda-beda dari satu injil ke injil yang lain.[68] Dalam Markus 16:1–8, yakni riwayat tertua mengenai kubur kosong, Maria Magdalena, Maria ibu Yakobus, dan Salome pergi ke kubur selepas fajar, satu setengah hari sesudah penguburan jenazah Yesus, dan mendapati bahwa batu penyumbat sudah tergelinding dari liang kubur.[68][69][76] Mereka masuk ke liang kubur dan bertemu dengan seorang pemuda berjubah putih, yang mewartakan kepada mereka bahwa Yesus sudah bangkit dari maut serta menyuruh mereka mengabari murid-murid lelaki bahwa Yesus akan menjumpai mereka di Galilea.[67][68][69] Perempuan-perempuan itu malah lari dari kubur dan tidak mengabari siapa pun karena terlampau ketakutan.[67][68][69] Riwayat injil mula-mula berakhir sampai di sini, tanpa kisah penampakan Yesus sama sekali.[67][69][77] Menurut Maurice Casey, riwayat tiba-tiba terputus begitu saja karena Injil Markus hanyalah tulisan rancangan awal yang belum rampung dikerjakan.[67] Menurut Matius 28:1–10, perempuan-perempuan yang pergi ke kubur Yesus adalah Maria Magdalena dan "Maria yang lain".[67][68][69] Bumi berguncang dan sesosok malaikat berjubah putih turun dari langit, lalu menggelindingkan batu penyumbat dari liang kubur di depan mata mereka.[67][68][69] Malaikat itu mengabarkan bahwa Yesus sudah bangkit dari maut.[68][69][67] Yesus sendiri kemudian menampakkan diri pada perempuan-perempuan itu selagi mereka bergegas meninggalkan kubur, lalu menyuruh mereka mengabari murid-murid lain bahwa ia akan menjumpai mereka di Galilea.[67][68][69] Menurut Lukas 24:1–12, sekelompok perempuan, yang tidak disebutkan namanya, pergi ke kubur dan mendapati batu penyumbat sudah tergelinding dari liang kubur, sama seperti yang diriwayatkan dalam Injil Markus.[68][69][78] Mereka masuk ke liang kubur dan berjumpa dengan dua orang pemuda berjubah putih yang memberitahukan bahwa Yesus sudah bangkit dari maut.[68][69][78] Selanjutnya mereka bergegas memberitahukan kejadian itu kepada sebelas rasul yang tersisa, tetapi pemberitahuan mereka tidak diindahkan karena dianggap sebagai omong kosong belaka.[68][69][78] Dalam Injil Lukas, Yesus diriwayatkan menampakkan diri untuk pertama kalinya bukan kepada perempuan-perempuan yang pergi ke kubur,[68][69][79] melainkan kepada Kleopas dan seorang "murid lain" yang tidak disebutkan namanya, di jalan ke Emaus.[68][69][79] Injil Lukas juga tidak meriwayatkan bahwa perempuan-perempuan itu disuruh mengabari murid-murid Yesus untuk kembali ke Galilea, dan justru meriwayatkan bahwa Yesus menyuruh murid-muridnya tetap tinggal di daerah sekitar Yerusalem, alih-alih menyuruh mereka pulang ke Galilea.[79][80] ![]() Peran Maria Magdalena dalam peristiwa kebangkitan Yesus sangat ditonjolkan dalam Injil Yohanes.[75][82] Menurut Yohanes 20:1–10, Maria Magdalena pergi ke kubur Yesus seorang diri ketika hari masih gelap, dan mendapati bahwa batu penyumbat sudah tergelinding dari pintu kubur.[75][81][83] Ia tidak bertemu dengan siapa pun, tetapi langsung bergegas memberi tahu Petrus dan "murid yang dikasihi Yesus".[75][83] Kedua murid ini kemudian pergi menengok kubur Yesus bersama Maria Magdalena, dan memastikan bahwa tempat itu memang sudah kosong,[75][82] tetapi keduanya kemudian pulang tanpa bertemu dengan Yesus yang sudah bangkit.[82][75] Menurut Yohanes 20:11–18, Maria Magdalena, yang tetap tinggal seorang diri di taman pekarangan kubur, melihat dua sosok malaikat duduk di bekas tempat jenazah Yesus dibujurkan.[75] Yesus kemudian menampakkan diri kepadanya.[75][84] Mula-mula ia menyangka bahwa Yesus adalah pengurus taman,[82][75] tetapi sesudah mendengar Yesus menyebut namanya, ia mengenali Yesus dan berseru "rabuni!" (kata Aram yang berarti "guruku").[75][82] Ia hendak menyentuh Yesus, tetapi Yesus berkata kepadanya, "janganlah engkau memegang Aku, sebab Aku belum pergi kepada Bapa."[77] Yesus kemudian menyuruhnya memberitakan kabar baik kebangkitannya kepada para rasul.[82][75] Dengan demikian Injil Yohanes menampilkan Maria Magdalena sebagai rasul perdana, yakni rasul yang diutus kepada para rasul.[82][75] Karena para penyalin naskah merasa tidak puas melihat bagian penutup Injil Markus tampak seperti riwayat yang mendadak terputus begitu saja, mereka menambahkan sejumlah ayat penutup yang berbeda-beda dari satu salinan ke salinan yang lain.[85] Dalam "bagian penutup yang ringkas", yakni bagian penutup yang hanya didapati dalam segelintir naskah, perempuan-perempuan yang pergi ke kubur Yesus bergegas menemui "orang-orang yang ada bersama-sama dengan Petrus", dan mengabarkan peristiwa yang mereka saksikan di kubur Yesus, diikuti pernyataan singkat mengenai pewartaan injil dari timur sampai ke barat.[85] Bagian penutup yang terkesan "terlampau dipaksakan" ini justru bertentangan dengan ayat terakhir dalam teks asli, yakni ayat yang menyatakan bahwa perempuan-perempuan itu "tidak memberitahu siapa pun".[85] "Bagian penutup yang panjang", yakni bagian penutup yang terdapat dalam sebagian besar naskah, merupakan sekumpulan "riwayat campur aduk" yang dipetik dari injil-injil lain.[85] Bagian ini diawali dengan riwayat penampakan diri Yesus kepada Maria Magdalena seorang diri (sebagaimana yang diriwayatkan dalam Injil Yohanes),[85] kemudian diikuti uraian singkat tentang penampakan diri Yesus kepada kedua orang murid di jalan ke Emaus (sebagaimana yang diriwayatkan dalam Injil Lukas) dan kepada sebelas murid utama yang tersisa (sebagaimana yang diriwayatkan dalam Injil Matius).[85] Dalam bukunya yang terbit pada tahun 2006, Bart D. Ehrman mengemukakan bahwa "tampaknya nyaris pasti" bahwa kisah-kisah tentang kubur yang kosong, tanpa memandang akurat tidaknya kisah-kisah itu, dapat ditelusuri kembali sampai pada sosok Maria Magdalena dalam sejarah.[86] Mengingat bahwa dalam masyarakat Yahudi, kaum perempuan dianggap sebagai saksi yang tidak andal dan tidak dibenarkan untuk bersaksi di hadapan mahkamah,[87] kemungkinan besar umat Gereja Perdana tidak punya motif untuk mengarang-ngarang sebuah cerita bahwa orang pertama yang mendapati kubur Yesus sudah kosong adalah seorang perempuan.[87] Andaikata kisah ini memang karangan belaka, umat Gereja Perdana akan sangat terdorong untuk menampilkan Petrus, murid terdekat Yesus semasa hidupnya, sebagai orang pertama yang mendapati kubur Yesus sudah kosong.[87] Bart D. Ehrman juga menjelaskan bahwa kisah tentang Maria Magdalena mendapati kubur Yesus sudah kosong diriwayatkan secara berlainan dalam injil-injil sinoptik, Injil Yohanes, dan Injil Petrus.[88] N. T. Wright berpendapat bahwa "jujur saja, sukar dibayangkan [perempuan-perempuan yang pergi ke kubur] dimasukkan ke dalam tradisi (khazanah riwayat, amalan, aturan, dan ajaran Kristen yang tidak termaktub dalam Kitab Suci) sesudah zaman Paulus."[89][1] Argumen ini disanggah oleh Maurice Casey. Ia berpendapat bahwa perempuan-perempuan yang pergi ke kubur bukanlah saksi perkara hukum, melainkan pahlawan-pahlawan wanita yang selaras dengan tradisi lama Yahudi.[1] Menurut Maurice Casey, kisah kubur kosong hanyalah karangan penulis Injil Markus atau salah seorang narasumbernya, yang didasarkan atas kenyataan sejarah bahwa perempuan-perempuan itu hadir dalam peristiwa penyaliban dan penguburan Yesus.[1] Dalam bukunya yang terbit pada tahun 2014, Bart D. Ehrman menyanggah argumen lamanya sendiri,[90] dengan mengemukakan bahwa kisah kubur kosong kemungkinan besar hanya cerita karangan belaka yang baru muncul belakangan karena menurutnya nyaris tidak mungkin jenazah Yesus disemayamkan di dalam kubur jenis apa pun.[90] Selain itu, jika jenazah Yesus tidak pernah dikubur maka tidak ada seorang pun pada masa itu dapat mengklaim bahwa kubur Yesus yang tidak ada itu didapati sudah kosong.[90] Ia berkesimpulan, gagasan bahwa umat Gereja Perdana "tidak punya motif" untuk mengarang-ngarang cerita ini hanyalah gagasan yang "miskin imajinasi",[91] dan umat Gereja Perdana punya berbagai motif,[92] teristimewa karena kaum perempuan terlalu menonjol dalam paguyuban-paguyuban Gereja Perdana dan kaum perempuan sendiri kemungkinan sangat terdorong untuk mengarang-ngarang sebuah cerita tentang perempuan sebagai orang pertama yang mendapati kubur Yesus sudah kosong.[93] Kendati demikian, di kemudian hari Ehrman menyimpulkan bahwa Maria Magdalena pastilah salah satu di antara orang-orang yang pernah mengalami kejadian yang membuat mereka mengira telah berjumpa dengan Yesus pascakebangkitannya,[94] dengan menunjukkan bahwa sosok Maria Magdalena mengemuka dalam riwayat-riwayat injil mengenai peristiwa kebangkitan Yesus, tetapi tidak ditonjolkan sebagai saksi dalam semua riwayat injil lainnya.[94] Karya-karya tulis apokrif Gereja PerdanaDalam karya-karya tulis apokrif, Maria Magdalena digambarkan sebagai seorang visioner dan sosok pemimpin pergerakan perdana yang dikasihi Yesus melebihi murid-murid lain.[95] Sebagian besar karya-karya tulis ini baru disusun sesudah Maria Magdalena dalam sejarah wafat,[5][8] dan pada umumnya dianggap bukan sumber informasi yang andal mengenai riwayat hidupnya oleh para ahli.[5][8][96] Pendapat-pendapat para ahli ini dirangkum oleh Sanders dalam pernyataannya bahwa "benar-benar sedikit sekali injil apokrif yang dapat dianggap berasal dari zaman Yesus. Injil-injil ini hanyalah legenda dan mitologi. Dari semua karya tulis apokrif, hanya sejumlah ucapan dalam Injil Tomas yang layak dicermati."[96] Kendati demikian, injil-injil apokrif sudah kerap dikedepankan dalam karya-karya tulis yang ditujukan bagi masyarakat luas seakan-akan injil-injil itu dapat dipercaya, sering kali dengan maksud mendukung klaim-klaim para pencipta sensasi tentang hubungan antara Yesus dan Maria Magdalena.[97] Percakapan Juru Selamat![]() Mungkin sekali tulisan tertua mengenai percakapan antara Yesus dan Maria Magdalena adalah Percakapan Juru Selamat,[26] sebuah naskah yang ditemukan dalam Kumpulan Pustaka Nag Hammadi pada tahun 1945 dalam keadaan rusak berat.[26] Naskah ini memuat teks percakapan antara Yesus dan tiga orang muridnya, yakni Yudas Tomas, Matius, dan Maria.[99] Kenyataan bahwa pengarangnya memilih Maria Magdalena alih-alih rasul-rasul lain, termasuk Simon Petrus, menunjukkan bahwa Maria Magdalena adalah tokoh yang dihormati di kalangan umat Kristen penganut ajaran gnostik.[99] Ucapan ke-53 dalam Percakapan Juru Selamat bahkan menisbahkan kepadanya tiga aforisme yang dinisbahkan kepada Yesus dalam Perjanjian Baru, yakni "kesusahan sehari cukuplah untuk sehari" (Matius 6:34), "pekerja patut mendapat upahnya" (Matius 10:10), dan "murid tidak lebih daripada gurunya" (Matius 10:24).[99] Narator memuji-muji Maria Magdalena dengan pernyataan bahwa "ia mengucapkan perkataan-perkataan ini selaku seorang perempuan yang memahami segala-galanya."[99] Pistis SofiaPistis Sofia, yang mungkin sekali berasal dari abad ke-2, adalah karya tulis peninggalan kaum gnostik yang paling utuh. Karya tulis ini ditemukan pada abad ke-18 di dalam sebundel besar risalah gnostik perdana.[100] Isinya ditulis dalam bentuk percakapan panjang yang berisi jawaban-jawaban Yesus atas pertanyaan-pertanyaan para pengikutnya. Tiga puluh sembilan dari enam puluh empat pertanyaan dalam percakapan panjang ini diajukan oleh seorang perempuan yang disebut Maria atau Maria Magdalena. Pada satu bagian, Yesus berkata kepadanya, "Maria, terberkatilah engkau, yang kelak kusempurnakan dalam pengetahuan akan segala rahasia tentang perkara-perkara di tempat tinggi, bercakaplah dengan terus terang, wahai engkau, yang mengarahkan hati pada kerajaan surga melebihi saudara-saudaramu". Pada bagian lain, Yesus berkata, "Engkau telah bekerja dengan baik, wahai Maria. Terberkatilah engkau di antara semua perempuan di muka bumi, karena engkau akan menjadi yang paripurna dari yang paripurna dan yang sempurna dari yang sempurna." Simon Petrus, yang merasa kesal melihat Maria mendominasi percakapan, berkata kepada Yesus, "Guruku, kami sudah tidak tahan membiarkan perempuan ini menghalang-halangi kami dan tidak membiarkan kami berbicara, sementara dia sendiri terus-menerus berbicara." Maria Magdalena membela diri dengan berkata, "Guruku, aku mengerti dengan akal budiku bahwa setiap saat aku boleh maju menafsirkan perkataan Pistis Sofia [sosok ilahi pemberi hikmat], tetapi aku takut pada Petrus, karena ia mengancam aku dan benci pada kaumku." Yesus menenangkannya dengan berkata, "barang siapa dipenuhi roh terang, ia boleh maju menafsirkan perkataanku, tidak seorang pun akan sanggup menentangnya."[101] Injil Tomas![]() Injil Tomas, yang lazim dianggap berasal dari penghujung abad pertama atau permulaan abad kedua tarikh Masehi ini, adalah salah satu dari karya-karya tulis kuno yang ditemukan dalam Kumpulan Pustaka Nag Hammadi pada tahun 1945.[103] Injil Tomas memuat 114 perkataan yang dinisbahkan kepada Yesus.[104] Banyak di antaranya yang mirip dengan perkataan-perkataan Yesus dalam injil-injil kanonik,[105] tetapi perkataan-perkataan selebihnya benar-benar tidak mirip dengan satu pun ayat Kitab Suci Perjanjian Baru.[104] Beberapa ahli meyakini bahwa setidaknya sejumlah kecil dari perkataan-perkataan ini dapat dipercaya bersumber dari Yesus dalam sejarah.[105][96] Dua di antaranya merujuk pada seorang perempuan bernama "Maria", yang pada umumnya dianggap sama dengan Maria Magdalena.[104] Pada perkataan ke-21, Maria sendiri mengutarakan sebuah pertanyaan yang sama sekali tidak menyinggung siapa-siapa. Ia bertanya kepada Yesus, "seperti apakah murid-muridmu?"[106] Yesus menjawab, "mereka seperti anak-anak yang menempati lahan kepunyaan orang lain. Ketika para pemilik lahan datang, mereka akan berkata, 'mari kita ambil kembali lahan kita.' Mereka (akan) menanggalkan pakaian di depan mata anak-anak itu agar membiarkan mereka mengambil kembali lahan mereka dan mengembalikannya kepada mereka". Sesudah itu, Yesus melanjutkan pengajarannya dengan menceritakan sebuah perumpamaan tentang tuan rumah dan pencuri, yang diakhiri dengan imbauan umum, "barang siapa bertelinga hendaklah ia mendengarkan".[106] Kendati demikian, perkataan ke-114, yang menyebut-nyebut tentang Maria, lumayan menimbulkan kontroversi. Perkataan ke-114 berbunyi demikian:[106]
Pada Zaman Kuno, hampir semua bangsa di dunia menganggap perempuan lebih rendah derajatnya daripada laki-laki,[102] dan sudah digariskan untuk terlahir sebagai "manusia yang tidak sempurna", yakni manusia yang belum sempurna tumbuh kembangnya.[102] Dalam perkataan ke-114, Petrus menantang status Maria selaku murid Yesus dengan premis yang sudah lumrah di mana-mana, bahwasanya ia adalah seorang perempuan dan oleh karena itu adalah manusia yang lebih rendah derajatnya.[108] Kecaman Yesus terhadap pernyataan Petrus juga didasarkan atas premis yang sama,[108] bahwasanya Maria serta semua perempuan beriman seperti dia akan menjadi laki-laki, dan dengan demikian keselamatan tersedia bagi semua orang, termasuk kaum perempuan.[108] Injil Filipus |