Per 6 November 2024, status Gunung Marapi naik dari level II (waspada) menjadi level III (siaga).[5] Pemerintah menghimbau masyarakat agar tidak memasuki dan tidak melakukan kegiatan di dalam wilayah radius 4,5 kilometer dari pusat erupsi.[5]
Latar belakang
Sebagai gunung berapi kompleks yang paling aktif di provinsi Sumatera Barat, dan berada di dekat daerah berpenduduk, gunung berapi ini memiliki bahaya yang signifikan.[6] Sejak tahun 2011, gunung berapi ini berada pada level II (Waspada) dari sistem peringatan empat tingkat yang ditetapkan oleh Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG).[7] Letusan yang signifikan terjadi pada tahun 1979,[8] menewaskan 60 orang.[9] Terakhir, pada bulan April-Mei 2018 terjadi hujan abu ke arah tenggara.[10]
Sebelum letusan tahun 2023, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi telah memperingatkan badan konservasi setempat dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan agar tidak mengizinkan para pendaki untuk mendaki dalam jarak 3 kilometer dari kawah gunung berapi. Namun, izin pendakian tetap dikeluarkan oleh Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) setempat.[11]
Pasca-letusan, pemerintah daerah melarang aktivitas apapun dalam jarak 3 kilometer dari gunung berapi. Beberapa kota di Sumatera Barat seperti Padang Panjang, Bukittinggi, Pasaman, dan Pasaman Barat diselimuti abu vulkanik.[12][13]
Erupsi
Pada tanggal 3 Desember 2023 pukul 14:54 WIB, Gunung Marapi meletus. Letusan tersebut menyemburkan abu setinggi 3.000 meter (9.800 kaki) ke udara, dan abu vulkanik dalam jumlah besar diendapkan di distrik-distrik terdekat. Ada total 46 letusan dan 66 dentuman yang teramati dari pos pengamatan gunung berapi pada tanggal 3-4 Desember.[14] Pada tanggal 5 Desember 2023, Gunung Marapi telah erupsi sebanyak 5 kali. Selain itu, abu vulkanik sudah sampai pada kaki bukit.[15]
Tanggal 26 Mei 2024 pukul 03.50 WIB, erupsi kembali terjadi. Kali ini, Marapi melontarkan abu panas setinggi 1 km dengan arah condong ke selatan. Seismograf mencatat erupsi terjadi dengan amplitudo 30 mm dalam selang waktu 1 menit 3 detik.[16]
Kembali dicatat oleh Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), gunung Marapi kembali mengalami erupsi pada 21 Agustus 2024 pukul 12.40 WIB. Seismograf mencatat erupsi terjadi dengan amplitudo maksimum 30 mm selama 48 detik. Namun, tinggi kolom abu tak diketahui sebab terhalang oleh awan.[17]
Korban
Letusan terjadi ketika banyak pendaki sedang berada di lereng gunung. Dari 75 pendaki yang mendaki gunung tersebut pada tanggal 2 Desember, 49 orang dievakuasi,[18] tiga orang ditemukan selamat, 24 orang ditemukan tewas (termasuk satu korban meninggal di rumah sakit setelah dua minggu dirawat) dan sebelas orang luka-luka.[19][20] Korban tewas ditemukan di dekat kawah gunung berapi.[21]
Banjir lahar dingin yang terjadi pada 11 Mei 2024 menewaskan 60 warga di Tanah Datar, Agam dan Padang Pariaman.[16]
Respon
Menanggapi letusan tersebut, pemerintah setempat melarang aktivitas apa pun dalam jarak 3 kilometer dari gunung berapi. Masker dibagikan kepada penduduk, yang dianjurkan untuk tetap tinggal di rumah.
Hingga 5 Desember, proses evakuasi masih terus berlangsung, dan dari 22 korban jiwa yang ditemukan, 5 jenazah telah teridentifikasi, dan 1 lainnya masih belum dievakuasi dari gunung.[22][23]
^Global Volcanism Program, 2018. "Report on Marapi (Indonesia)" (Venzke, E., ed.). Bulletin of the Global Volcanism Network, 43:6. Smithsonian Institution. DOI:10.5479/si.GVP.BGVN201806-261140.