Share to: share facebook share twitter share wa share telegram print page

Klitoris

Klitoris
Klitoris manusia. Rambut kemaluan sengaja dihilangkan untuk menunjukkan detail anatomi. Lokasi (1) tudung klitoris dan (2) kepala klitoris (badan klitoris berada di bawah tudung).
Rincian
PendahuluTuberkulum genital
ArteriArteri dorsal klitoris, arteri dalam klitoris
VenaVena dorsal superfisial klitoris, Vena dorsal dalam klitoris
SarafSaraf punggung klitoris
Pengidentifikasi
MeSHD002987
TA98A09.2.02.001
TA23565
FMA9909
Daftar istilah anatomi

Klitoris atau kelentit adalah organ seks betina yang terdapat pada mamalia, burung unta dan beberapa hewan lain. Pada manusia, bagian klitoris yang terlihat, glans atau kepala klitoris berada di persimpangan depan labia minora (bibir bagian dalam), di atas pembukaan uretra. Berbeda dengan penis, organ homolog pada jantan, klitoris biasanya tidak mengandung bagian distal (atau pembukaan) uretra dan karena itu tidak digunakan untuk buang air kecil. Pada kebanyakan spesies (termasuk pada manusia), klitoris juga tidak memiliki fungsi reproduksi. Namun, berbeda dengan manusia, beberapa hewan buang air kecil melalui klitoris atau menggunakan klitoris sebagai organ reproduksi. Hiena tutul, memiliki klitoris yang sangat besar dan digunakan untuk buang air kecil, kawin, serta melahirkan. Beberapa mamalia lain, seperti lemur dan monyet laba-laba, juga memiliki klitoris yang besar.[1]

Klitoris adalah zona erotis perempuan yang paling sensitif dan umumnya merupakan sumber anatomis utama dari kenikmatan seksual manusia perempuan.[2][3][4] Pada manusia dan mamalia lain, klitoris berkembang dari pertumbuhan awal embrio yang disebut tuberkulum genital. Awalnya organ ini tidak berdiferensiasi, tuberkulum genital berkembang menjadi penis atau klitoris selama perkembangan sistem reproduksi, tergantung pada paparan androgen (yang utamanya merupakan hormon pria). Klitoris adalah struktur yang kompleks, ukuran serta sensitivitasnya dapat bervariasi pada tiap individu. Glans (kepala) klitoris manusia ukuran dan bentuknya kira-kira seperti kacang polong dan diperkirakan memiliki sekitar 8.000 ujung saraf sensorik.[5]

Terdapat berbagai perdebatan dan kontroversi terkait klitoris dari segi seksologis, medis, dan psikologis,[6] klitoris juga telah menjadi subjek analisis dan studi konstruksionis sosial.[7] Diskusi tersebut berkisar pada akurasi anatomi, ketidaksetaraan gender, pemotongan kelamin perempuan, serta faktor orgasme serta penjelasan fisiologis titik G.[8] Pada manusia, satu-satunya fungsi yang diketahui dari klitoris adalah untuk memberikan kenikmatan seksual. Namun, apakah klitoris adalah organ sisa, adaptasi, atau memiliki fungsi reproduksi tertentu telah menjadi perdebatan.[9] Persepsi sosial klitoris misalnya tentang bagaimana peran penting klitoris dalam kenikmatan seksual wanita, asumsi tentang ukuran dan bentuk klitoris yang sebenarnya, dan berbagai keyakinan mengenai modifikasi genital seperti pembesaran klitoris, tindik klitoris dan klitoridektomi.[10] Modifikasi alat kelamin mungkin dilakukan untuk alasan estetika, medis atau budaya.[10]

Pengetahuan seputar klitoris banyak dipengaruhi oleh pandangan budaya tentang organ ini. Penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan tentang keberadaan dan anatomi klitoris jauh lebih sedikit dibandingkan dengan organ seksual lain. Edukasi lebih lanjut tentang organ ini diharapkan dapat membantu mengubah stigma sosial terhadap tubuh wanita dan kenikmatan seksual wanita. Misalnya, stigma tentang bentuk klitoris dan vulva yang tidak menarik, tentang masturbasi wanita yang dianggap sebagai hal tabu, atau stigma bahwa pria diharapkan untuk menguasai dan mengontrol kenikmatan seksual wanita.[11]

Struktur

Anatomi internal klitoris, dengan tudung klitoris dan labia minora ditunjukkan sebagai garis.

Sebagian besar klitoris terdiri dari bagian-bagian internal. Pada manusia, klitoris terdiri dari glans ("biji" atau kepala klitoris), badan (yang terdiri dari dua struktur erektil yang dikenal sebagai korpus kavernosa), preputium, dan akarnya. Frenulum terletak di bawah kepala klitoris.[12]

Penelitian menunjukkan bahwa jaringan klitoris meluas ke dinding anterior vagina.[13] Şenaylı dkk. menyatakan bahwa evaluasi histologis klitoris, "terutama korpus kavernosa, tidak lengkap karena selama bertahun-tahun klitoris dianggap sebagai organ yang rudimenter dan tidak berfungsi". Mereka menambahkan bahwa Baskin dan rekan-rekannya memeriksa maskulinisasi klitoris setelah diseksi dan menggunakan perangkat lunak pencitraan setelah pewarnaan trikrom Masson, menyatukan spesimen-spesimen yang telah dibedah secara serial; hal ini mengungkapkan bahwa saraf-saraf mengelilingi seluruh badan klitoris.[14]

Klitoris, bulbus klitoris, labia minora, dan uretra terdiri dari dua jenis jaringan vaskular (jaringan yang berhubungan dengan pembuluh darah) yang secara histologis berbeda. Jenis pertama adalah jaringan erektil bertrabekula yang dipersarafi oleh saraf kavernosus. Jaringan trabekula ini tampak seperti spons; bersama darah, jaringan ini mengisi ruang vaskular yang besar dan melebar di klitoris dan bulbus. Di bawah epitel area vaskular terdapat otot polos.[15] Sebagaimana ditunjukkan oleh penelitian Yang dkk., mungkin juga lumen uretra (rongga atau ruang terbuka bagian dalam uretra), yang dikelilingi oleh jaringan spons, memiliki jaringan yang "sangat berbeda dari jaringan vaskular klitoris dan bulbus, dan pada pengamatan makroskopis, lebih pucat daripada jaringan gelap" klitoris dan bulbus.[16] Jenis jaringan pembuluh darah kedua adalah non-erektil, yang mungkin terdiri dari pembuluh darah yang tersebar dalam matriks fibrosa dan hanya memiliki sedikit otot polos.[15]

Kepala klitoris

Kepala klitoris
Ujung klitoris manusia yang terekspos sepenuhnya, ditunjukkan di bawah tudung
Rincian
PendahuluTuberkulum genital
ArteriArteri dorsal klitoris
VenaVena dorsal klitoris
SarafSaraf dorsal klitoris
Pengidentifikasi
Bahasa Latinglans clitoridis
MeSHD002987
TA98A09.2.02.001
TA23565
FMA9909
Daftar istilah anatomi

Glans klitoris penuh dengan ujung saraf (glans secara harfiah berarti "biji ek" dalam bahasa Latin),[17] juga dikenal sebagai "kepala" atau "ujung" klitoris,[18][19] terdapat di bagian atas badan klitoris sebagai penutup fibro-vaskular[15] dan biasanya memiliki ukuran serta bentuk seperti kacang polong, meskipun terkadang jauh lebih besar atau lebih kecil. Kepala klitoris dipisahkan dari badan klitoris oleh tonjolan jaringan yang disebut korona.[20][21] Kepala klitoris diperkirakan memiliki 8.000 dan mungkin 10.000 atau lebih ujung saraf sensorik, menjadikannya zona erogen yang paling sensitif.[5][22] Kepala klitoris juga memiliki banyak kospuskula genital.[23] Hasil penelitian cukup bertentangan tentang apakah glans terdiri dari jaringan erektil atau non-erektil. Beberapa sumber menggambarkan glans klitoris dan labia minor terdiri dari jaringan non-erektil; Hal ini terutama berlaku untuk kepala klitoris.[24][15] Mereka menyatakan bahwa ujung klitoris dan labia minora memiliki pembuluh darah yang tersebar dalam matriks fibrosa dan hanya memiliki sedikit otot polos,[15] atau bahwa kepala klitoris adalah "struktur non-erektil yang padat saraf dan berada di pertengahan".[24] Kepala klitoris homolog dengan kepala penis pria.[25]

Fungsi

Banyaknya ujung saraf dalam klitoris menyebabkannya menjadi sangat sensitif terhadap sentuhan atau tekanan langsung atau tidak langsung. Hal ini mirip dengan penis pada pria. Rangsangan pada daerah klitoris dapat menjadi nikmat, bahkan memberikan pemiliknya kenikmatan seksual merupakan satu-satunya fungsi organ ini yang diketahui, dan klitoris adalah satu-satunya organ manusia yang memiliki pemberi kenikmatan sebagai fungsi utama. Klitoris tidak ada hubungannya dengan kehamilan, menstruasi, atau kencing.

Proses terangsang secara klitoris

Saat seorang wanita menjadi terangsang secara seksual, kelenjar dan batang klitoris terisi darah dan ukurannya membesar. Kelenjar ini dapat menggandakan ukuran diameternya. Tidak ada bukti bahwa klitoris yang lebih besar berarti lebih tinggi rangsangan seksual. Saat rangsangan erotik berlanjut dan orgasme datang, klitoris menjadi kurang terlihat karena tertutup oleh jaringan penutup klitoris yang membesar. Pembesaran ini dirancang untuk melindungi klitoris dari kontak langsung, yang, bagi beberapa wanita, dapat mengganggu daripada mengenakkan. Klitoris akan keluar lagi saat rangsangan dihentikan.

Setelah orgasme klitoris kembali ke ukuran semula dalam waktu sepuluh menit karena orgasme menyebabkan pembubaran darah yang terkumpul. Bila seorang wanita tidak mengalami orgasme, darah yang telah mengalir ke dalam klitoris akibat rangsangan seksual dapat tetap berada disana, menyebabkan klitoris tetap membesar untuk beberapa jam. Banyak wanita yang merasakan hal ini tidak nyaman.

Klitoris seorang wanita dapat dirangsang melalui sentuhan langsung atau tidak langsung. Saat bersetubuh penis tidak menyentuh klitoris secara langsung. Masuknya penis ke dalam vagina, posisi apapun yang digunakan, menggerakkan labia minora, dan gerakan bibir yang menyentuh klitoris ini yang biasanya menyebabkan orgasme. Kontak langsung dengan klitoris dengan menyentuhkan dengan jari, alat penggetar, atau lidah dapat menyebabkan rasa tidak nyaman bagi banyak wanita. Bagi wanita ini, elusan atau jilatan biasa pada daerah di sekitar klitoris dirasakan lebih nikmat. Wanita lainnya menikmati stimulasi langsung. Ada banyak sekali variasi sensitifitas pada klitoris, dan setiap wanita akan menemukan mana yang dirasakan terbaik

Lihat pula

Referensi

  1. ^ Goodman 2009; Roughgarden 2004, hlm. 37–40; Wingfield 2006, hlm. 2023
  2. ^ O'Connell, H. E. Sanjeevan, K. V.; Hutson, J. M. (October 2005). Anatomy of the clitoris. The Journal of Urology. 174 (4 Pt 1): 1189-95.
  3. ^ Rodgers 2003, hlm. 92–93; O'Connell, Sanjeevan & Hutson 2005, hlm. 1189–1195; Greenberg, Bruess & Conklin 2010, hlm. 95; Weiten, Dunn & Hammer 2011, hlm. 386; Carroll 2012, hlm. 110–111, 252
  4. ^ Helen O'Connell, K. V. Sanjeevan, J. M. Hutson: Anatomy of the clitoris. In: The Journal of urology, 2005, pp. 1189-1195.
  5. ^ a b Carroll 2012, hlm. 110–111, 252; Di Marino 2014, hlm. 81
  6. ^ Moore & Clarke 1995; Shrage & Stewart 2015, hlm. 225–229; Blechner 2017
  7. ^ Moore & Clarke 1995; Wade, Kremer & Brown 2005, hlm. 117–138; Labuski 2015, hlm. 19
  8. ^ Shrage & Stewart 2015, hlm. 225–229; Schwartz & Kempner 2015, hlm. 24; Wood 2017, hlm. 68–69; Blechner 2017
  9. ^ Rodgers 2003, hlm. 92–93; O'Connell, Sanjeevan & Hutson 2005, hlm. 1189–1195; Kilchevsky et al. 2012, hlm. 719–726
  10. ^ a b Ogletree & Ginsburg 2000, hlm. 917–926; Chalker 2002, hlm. 60; Momoh 2005, hlm. 5–11
  11. ^ Ogletree & Ginsburg 2000, hlm. 917–926; Wade, Kremer & Brown 2005, hlm. 117–138; Waskul, Vannini & Wiesen 2007, hlm. 151–174
  12. ^ Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama Sloane_Crooks_Angier_Jones
  13. ^ Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama O'Connell 2006_Kilchevsky_Di Marino
  14. ^ Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama Şenaylı
  15. ^ a b c d e Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama Ginger
  16. ^ Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama Yang
  17. ^ Hodgson, Charles (2015). Carnal Knowledge: A Navel Gazer's Dictionary of Anatomy, Etymology, and Trivia. St. Martin's Publishing Group. hlm. 179. ISBN 978-1-46689-043-5.
  18. ^ Kinsey, Alfred C. (1998). Sexual Behavior in the Human Female. Indiana University Press. hlm. 574. ISBN 978-0-25333-411-4.
  19. ^ Waters, Sophie (2007). Seeing the Gynecologist. Rosen Publishing Group. hlm. 17. ISBN 978-1-40421-948-9.
  20. ^ Iglesia, Cheryl B. (2016). Medical and Advanced Surgical Management of Pelvic Floor Disorders, An Issue of Obstetrics and Gynecology. Elselvier Health Sciences. hlm. 35. ISBN 978-0-32341-656-6.
  21. ^ Quicke, Donald Lambert Jesse (2023). Female Arousal and Orgasm: Anatomy, Physiology, Behaviour and Evolution. Bentham Science Publishers. hlm. 65. ISBN 978-9-81512-464-4.
  22. ^ Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama ohsu/10-000-nerve
  23. ^ Olausson, Håkan; Wessberg, Johan; Morrison, India; McGlone, Francis (2016-10-14). Affective Touch and the Neurophysiology of CT Afferents (dalam bahasa Inggris). Springer. ISBN 978-1-4939-6418-5.
  24. ^ a b Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama O'Connell
  25. ^ Chapple, Christopher R.; Steers, William D. (2011). Practical Urology: Essential Principles and Practice. Springer London. hlm. 67. ISBN 978-1-84882-034-0. Diakses tanggal September 29, 2023.

Pranala luar

Prefix: a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x y z 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Portal di Ensiklopedia Dunia

Kembali kehalaman sebelumnya