Kaftan
![]() Kaftan adalah busana muslim seperti gamis yang biasanya memiliki kerutan di bagian tengah serta lengan yang lebar. Istilah "kaftan" berasal dari bahasa Persia dan diyakini berasal dari peradaban Mesopotamia Kuno. Gaya berpakaian ini mulai populer pada tahun 1950-an ketika diadaptasi oleh Christian Dior, Balenciaga, dan Yves Saint Laurent. Saat ini, kaftan banyak diminati oleh para muslimah dan menjadi salah satu busana khas saat Lebaran.[1] Kaftan istilah umum dalam dunia mode yang merujuk pada berbagai jenis jubah atau tunik longgar, sering dikaitkan dengan pakaian khas dari Timur Tengah dan Afrika Utara. Bentuknya bervariasi, mulai dari jubah panjang dengan potongan sempit dan lengan penuh hingga model yang terbuka di bagian atas atau sepanjang tubuh, serta ada yang dilengkapi kancing dan berbahan tebal seperti abaya. Kata "kaftan" merujuk pada jenis garmen yang diyakini berasal dari peradaban Mesopotamia Kuno. Pada awalnya kaftan dikenakan oleh para Sultan Ottoman antara abad ke-14 hingga ke-18 dan dihias dengan mewah. Selain sebagai pakaian kebesaran, kaftan juga dijadikan hadiah bagi pejabat tinggi seperti jenderal. Kaftan pada masa itu dibuat dari sutra, wol, atau kapas dan sering dipadukan dengan selempang.[2] Asal-usulKaftan merupakan busana yang berasal dari peradaban Mesopotamia Kuno, yang saat ini mencakup wilayah Turki, Suriah, dan Irak. Pada awal kemunculannya, kaftan dibuat dari bahan katun, sutra, atau kombinasi keduanya serta sering kali dilengkapi dengan selempang. Pada masa Kekhalifahan Abbasiyah, para khalifah mengenakan kaftan mewah yang dihiasi brokat perak atau emas sebagai simbol kemewahan dan status sosial. Seiring perkembangannya, kaftan menyebar ke berbagai wilayah, termasuk China daratan, di mana penggunaannya telah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari di Guangzhou pada era Dinasti Tang.[3] Dalam perkembangannya, kaftan menjadi busana yang banyak digunakan oleh para penguasa Dinasti Seljuk dan Kesultanan Utsmaniyah. Pada abad ke-12 hingga awal abad ke-20, para sultan serta pejabat di Turki mengenakan kaftan berwarna cerah dengan tambahan hiasan pita dan kancing sebagai tanda status serta kekuasaan. Selain berfungsi sebagai pakaian resmi istana, kaftan juga dimanfaatkan sebagai simbol diplomasi dengan diberikan kepada duta besar serta tamu penting di Istana Topkapi.[3] PerkembanganKaftan awalnya digunakan oleh para wisatawan atau individu dengan selera busana unik di Benua Eropa dan Amerika Utara, yang membawa pakaian ini sebagai hadiah dari perjalanan mereka ke Timur. Kaftan diperkenalkan ke Maroko oleh Kekaisaran Ottoman dan awalnya hanya dikenakan oleh pejabat serta perempuan di lingkungan istana. Namun, menjelang akhir abad ke-17, pakaian ini mulai digunakan oleh perempuan dari kelas menengah. Penyebarannya tidak terbatas di kawasan Timur Tengah, tetapi juga meluas ke Rusia, beberapa wilayah Eropa, dan Afrika. Di Rusia, istilah kaftan mengacu pada jas panjang pria dengan lengan ketat, yang memiliki perbedaan signifikan dari model aslinya. Seiring perkembangan mode, kaftan yang semula berpotongan panjang hingga menutupi mata kaki mengalami berbagai modifikasi dalam bentuk dan desain. Di dunia Barat, kaftan mulai dikenal secara luas ketika rumah mode ternama seperti Christian Dior, Balenciaga, dan Yves Saint Laurent, memperkenalkannya dalam koleksi mode mereka pada pertengahan abad ke-20. Pada dekade 1950-an hingga awal 1960-an, kaftan semakin populer dan diadaptasi dalam berbagai gaya busana. Selain itu, kelompok musik The Beatles turut berkontribusi dalam meningkatkan popularitas kaftan, terutama di kalangan pengikut budaya hippie pada saat itu. Memasuki abad ke-21, kaftan telah mengalami transformasi menjadi busana yang dapat dikenakan oleh berbagai lapisan masyarakat tanpa terbatas pada status sosial atau latar belakang budaya tertentu. [3] Popularitasnya berkembang dalam dunia mode couture pada tahun 1950-an hingga awal 1960-an. Seiring waktu, kaftan semakin mudah ditemukan dan menjadi bagian dari busana sehari-hari yang digunakan oleh berbagai kalangan. Penggunaan material yang lebih terjangkau membuatnya tidak lagi terbatas pada kelas atas.[2] Referensi
|