Jarir bin Atiyah
Jarir bin 'Athiyyah al-Khatafi at-Tamimi (bahasa Arab: جَرِيرُ بْنُ عَطِيَّةَ اَلْخَطَفِيُّ اَلتَّمِيمِيُّ) (ca 650–ca 728) adalah seorang penyair dan satiris Arab era Bani Umayyah dari Najd. Ia lahir pada masa pemerintahan khalifah Rasyidin Utsman bin Affan, dan merupakan anggota suku Bani Kilab, bagian dari Bani Tamim.[1] Ia adalah penduduk asli al-Yamamah, tetapi juga menghabiskan waktu di Damaskus di istana khalifah Umayyah. Sedikit yang diketahui tentang kehidupan awalnya, tetapi ia berhasil memenangkan hati Al-Hajjaj bin Yusuf, gubernur Irak. Setelah terkenal karena syairnya, ia semakin dikenal luas karena perseteruannya dengan penyair-penyair saingannya, al-Farazdaq dan Akhtal. Kemudian, ia pergi ke Damaskus dan mengunjungi istana khalifah Abdul Malik dan penerusnya, Al-Walid I. Keduanya tidak menyambutnya dengan hangat. Namun, ia lebih sukses di bawah Umar II, dan merupakan satu-satunya penyair yang diterima oleh khalifah yang saleh tersebut.[1] Puisi-puisinya, seperti puisi-puisi penyair sezamannya, sebagian besar merupakan satir dan eulogi (pujian).[1] Serangkaian syair panjang karya Farazdaq mengisahkan perseteruannya dengan Jarir dan sukunya, Bani Kulaib, dengan nada satir. Puisi-puisi ini diterbitkan sebagai Nakaid Jarir dan al-Farazdaq.[2] Konon, perseteruan mereka berlangsung selama 40 tahun, dan Jarir konon sangat menikmatinya sehingga ketika ia menerima kabar meninggalnya Farazdaq, ia kehilangan semangat hidup dan meninggal dunia secara spontan.[3] Catatan
|