Habib bin Zaid bin Ashim
Habib bin Zaid (Arab:حبيب بن زيد الأنصاري) adalah seorang sahabat Nabi Muhammad dari kalangan Anshar yang berasal dari kabilah Khazraj keturunan Bani Mazin bin al-Najjar. Bapaknya adalah Zaid bin Ashim. Ibunya bernama Nusaybah binti Ka‘b al-Maziniyah, yang biasa disapa dengan panggilan Ummu Umarah. Habib tumbuh dalam keluarga yang taat pada Islam. la bersemangat dalam jihad. Bagi Habib, ketakwaan adalah bekal yang paling utama. Habib masuk Islam bersama saudaranya, Abdullah, dan orang tua mereka berkat bimbingan utusan Nabi, Mush‘ab bin Umair. Semua anggota keluarganya mengikuti Baiat Aqabah kedua.[1] Sebelum wafat, Nabi mengutus Habib untuk membawa surat dakwah kepada Musailamah di Yamamah (Riyadh) untuk bertobat dari mengaku sebagai Nabi. Sementara itu, Musailamah memandang utusan nabi itu dengan pandangan yang menghina dan merendahkan. Setelah membaca surat dari nabi itu, Musailamah memerintahkan anak buahnya untuk mengikat dua tangan Habib dan memasukkannya ke penjara.[1] Setelah dikurung beberapa lama, Musailamah memerintahkan anak buahnya untuk menggiring Habib ke hadapannya pada 632 M. la berniat mencambuk Habib di depan para pengikutnya. Sebelum menjalankan niatnya, Musailamah berkata kepada Habib, “Apakah kau bersaksi bahwa Muhammad utusan Allah ? ” Habib menjawab, “Ya.” Musailamah kembali bertanya, “Apakah kau bersaksi bahwa aku utusan Allah ? ” “Tidak! Aku sudah mendengar apa yang kaukatakan.” Musailamah yang merasa dilecehkan seketika menjadi murka. la kembali menanyai Habib dengan pertanyaan serupa. Habib kukuh dengan jawabannya. Maka, Musailamah memerintahkan anak buahnya untuk mencambuki tubuh Habib hingga semua pakaiannya terkoyak. Musailamah kembali mengajukan pertanyaan serupa, tetapi jawaban Habib tetap sama. Habib tecap kukuh dalam keimanannya ketika beberapa bagian tubuhnya mengelupas dan berdarah karena cambuk yang terus dihujamkan kepadanya. Semakin lama, semakin banyak darah yang keluar dari tubuhnya sehingga akhirnya Habib ambruk ke tanah dan ia mengembuskan napasnya yang terakhir dengan mengucapkan,"Muhammad Rasulullah."[1] Referensi
Sumber
|