Gunung Makiling
Gunung Makiling (juga dieja Maquiling) adalah gunung berapi kerucut tidak aktif yang berlokasi di provinsi Laguna dan Batangas di Pulau Luzon, Filipina. Gunung ini menjulang hingga elevasi 1.090 meter (3.580 kaki) di atas permukaan laut rata-rata dan merupakan bentang alam tertinggi dari Lapangan Vulkanik Laguna. Gunung berapi ini tidak memiliki catatan erupsi historis, tetapi aktivitas vulkanisme masih terbukti melalui fitur-fitur panas bumi (geothermal) seperti mata air lumpur dan mata air panas. Di sebelah selatan gunung terdapat Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi Makiling–Banahaw. Institut Vulkanologi dan Seismologi Filipina (PHIVOLCS) mengklasifikasikan gunung berapi ini sebagai "tidak aktif".[2] ![]() Gunung Makiling adalah cagar hutan milik negara yang dikelola oleh Universitas Filipina Los Baños. Sebelum dialihkan ke universitas, gunung ini adalah taman nasional pertama di Filipina. Taman Nasional Gunung Makiling didirikan pada 23 Februari 1933, melalui Proklamasi No. 552. Namun, status taman nasionalnya dicabut pada 20 Juni 1963, berdasarkan Undang-Undang Republik No. 3523 ketika dialihkan kepada universitas untuk digunakan dalam pendidikan dan informasi kehutanan.[3] ![]() ![]() Gunung ini sakral bagi banyak peziarah dan secara luas diyakini sebagai rumah bagi diwata (peri) bernama Maria Makiling. Gunung ini adalah salah satu bundok dambana (gunung keramat) yang paling dikenal di Calabarzon. Gunung ini dideklarasikan sebagai Taman Warisan ASEAN pada tahun 2013, dengan gelar "Cagar Hutan Gunung Makiling".[4] Mitologi dan legendaMaria Makiling adalah peri cantik atau dewi penjaga gunung. Ia dikenal karena kecantikannya dan sering digambarkan ditemani peri bersayap kecil yang disebut lambana. Ia melindungi gunung dan membantu masyarakat yang bergantung padanya untuk pangan dan sumber daya alam. Beberapa kisah juga menyebutkan bahwa danau terdekat, Laguna de Bay, dan ikannya adalah bagian dari wilayah perawatannya. Menurut legenda, ia diutus oleh Bathalà, dewa yang perkasa, untuk membantu masyarakat dalam tugas sehari-hari mereka.[5][6][7][8][1] Kepercayaan bahwa Maria Makiling adalah pelindung dan penjaga Gunung Makiling telah berlangsung sejak lama. Bahkan, penampakan modern tentang dirinya pernah dilaporkan. Maria Makiling adalah subjek umum di kalangan seniman Filipina, mulai dari pelukis dan pematung hingga novelis grafis. Sebelum konversi penduduk asli ke agama Kristen, Maria Makiling sudah dikenal sebagai Makiling, seorang diwata yang diutus oleh Bathala di Gunung Makiling untuk membantu umat manusia dalam tugas sehari-hari mereka. Nama 'Maria' ditambahkan oleh Spanyol dalam upaya untuk 'penjenamaan ulang' dirinya sebagai tokoh Katolik dan untuk lebih menundukkan penduduk asli ke dalam imperialisme Spanyol.[7][8] Kontur gunung tersebut dikatakan menyerupai dirinya dalam posisi berbaring. Dalam beberapa catatan, Maria Makiling, saat menjabat sebagai diwata dari Bathala di Gunung Makiling, patah hati oleh seorang pria fana, dan oleh karena itu memilih untuk tetap tersembunyi dari pandangan fana setelahnya.[1] Aktivitas pendakian![]() Gunung Makiling adalah destinasi pendakian yang populer. Dua jalur utama dimulai dari Fakultas Kehutanan UPLB (UPLB College of Forestry) dan Barangay San Miguel, Santo Tomas, Batangas. Jalur UPLB lebih umum digunakan, membutuhkan 4–5 jam untuk mencapai puncak (Puncak 2). Jalur ini sempat ditutup pada Oktober 2007 karena kerusakan jalur yang disebabkan oleh Topan Xangsane pada September 2006. Jalur ini ditutup lagi pada Desember 2012 setelah dua mahasiswa ditemukan tenggelam di area terlarang di gunung tersebut.[9] Jalur ini dibuka kembali paling baru pada Maret 2013.[10] Jalur kedua, dikenal sebagai Maktrav, dimulai di Santo Tomas. Rute ini lebih sulit dan membutuhkan 6–7 jam untuk mencapai puncak. Kedua jalur umumnya sudah mapan (established) dan aman, meskipun sepanjang tahun terdapat laporan sesekali tentang kecelakaan fatal dan cedera, terutama di sisi Santo Tomas. Pendaki juga sering menemui lintah di sepanjang jalur.[1] Referensi
|