Game of Thrones
Game of Thrones adalah seri televisi drama fantasi Amerika Serikat yang diciptakan oleh David Benioff dan D. B. Weiss untuk saluran HBO. Seri ini merupakan adaptasi dari A Song of Ice and Fire, seri novel fantasi karangan George R. R. Martin, novel pertama adalah A Game of Thrones. Seri ini diproduksi dan difilmkan di Belfast dan tempat lainnya di Britania Raya. Lokasi syuting juga meliputi Kanada, Kroasia, Islandia, Malta, Maroko, dan Spanyol.[1] Game of Thrones ditayangkan perdana di HBO Amerika Serikat pada tanggal 17 April 2011, dan berakhir pada 19 Mei 2019, dengan total 73 episode ditayangkan selama delapan musim. Berlatar tempat di benua fiktif Westeros dan Essos, Game of Thrones memiliki beberapa plot dan dibintangi oleh sejumlah besar pemeran ansambel serta mengisahkan beberapa alur cerita. Salah satu alur mengisahkan mengenai Takhta Besi di Tujuh Kerajaan dan rangkaian aliansi dan konflik antar wangsa bangsawan yang saling berlomba untuk mengklaim takhta atau berjuang untuk memerdekakan diri. Alur cerita lainnya berfokus pada keturunan terakhir wangsa penguasa yang digulingkan kekuasaannya, yang hidup terasing dan berencana untuk kembali merebut takhta, sedangkan alur cerita lainnya mengisahkan mengenai Garda Malam, kelompok militer yang melindungi kerajaan dari suku-suku ganas dan makhluk legendaris dari Utara. Game of Thrones memecahkan rekor pemirsa televisi di HBO dan memiliki basis penggemar internasional yang luas dan aktif. Seri ini dipuji oleh sejumlah kritikus atas akting pemerannya, penokohan yang kompleks, cerita, ruang lingkup, dan nilai produksinya, meskipun juga dikritik karena banyaknya penggambaran ketelanjangan dan kekerasan (termasuk kekerasan seksual). Seri ini telah menerima 47 Primetime Emmy Awards, yang paling banyak di antara seri drama TV lainnya, termasuk Outstanding Drama Series pada 2015, 2016, dan 2018. Penghargaan dan nominasi lainnya di antaranya tiga Hugo Awards for Best Dramatic Presentation (2012–2014), Peabody Award 2011, dan lima nominasi dalam Golden Globe Award for Best Television Series – Drama (2012 dan 2015–2018). Di antara para pemerannya, Peter Dinklage telah memenangkan tiga Primetime Emmy Awards untuk Outstanding Supporting Actor in a Drama Series (2011, 2015 dan 2018) dan Golden Globe Award for Best Supporting Actor – Series, Miniseries or Television Film (2012) atas penampilannya sebagai Tyrion Lannister. Lena Headey, Emilia Clarke, Kit Harington, Maisie Williams, Nikolaj Coster-Waldau, Diana Rigg, dan Max von Sydow juga telah menerima nominasi Primetime Emmy Award atas penampilan mereka. Latar belakangLatar tempatGame of Thrones secara kasar diadaptasi dari alur cerita A Song of Ice and Fire,[2][3] yang berlatar tempat di kerajaan fiktif Seven Kingdoms di Westeros dan Essos. Seri ini menceritakan mengenai persaingan antar wangsa bangsawan dalam memperebutkan Takhta Besi, sementara wangsa lainnya berjuang untuk memerdekakan diri dari kerajaan. Di sisi lain, Seven Kingdoms juga menerima ancaman tambahan dari Utara yang dingin dan dari Essos di timur.[4] Produser David Benioff dengan bercanda menyatakan "The Sopranos di Dunia Tengah" sebagai lini tag Game of Thrones, merujuk pada plot penuh intrik dan suasana gelap dalam latar fantasi magis dan naga.[5] Dalam sebuah kajian pada tahun 2012, dari 40 acara drama televisi terkini, Game of Thrones menempati urutan kedua dalam hal jumlah kematian per episode, dengan rata-rata 14 kematian.[6] TemaSeri ini umumnya dipuji karena dianggap sebagai penggambaran selayaknya realisme abad pertengahan.[7][8] George R.R. Martin mengatur agar cerita terasa lebih seperti fiksi sejarah daripada fantasi kontemporer, dengan mengurangi penekanan pada sihir, tenung, dan memberi proporsi lebih banyak pada pertempuran, intrik politik, dan penokohan. Ia meyakini bahwa sihir harus digunakan secara moderat dalam genre fantasi epik.[9][10][11] Martin menyatakan bahwa "kengerian hakiki dalam sejarah manusia tidak berasal dari para orc dan Pangeran Kegelapan, tetapi dari diri kita sendiri."[12] Tema umum dalam genre fantasi adalah pertempuran antara baik dan jahat, yang menurut anggapan Martin tidak mencerminkan dunia nyata.[13] Seperti halnya kapasitas seseorang untuk berbuat baik dan jahat dalam dunia nyata, Martin mengeksplorasi permasalahan penebusan dan perubahan karakter.[14] Tidak seperti kebanyakan seri fantasi lainnya, seri ini memungkinkan penonton untuk melihat karakter yang berbeda dari perspektif mereka, dan dengan demikian penjahat yang sesungguhnya dapat mempersembahkan cerita dari sisi mereka.[11][15] Benioff menyatakan, "George membawa realisme kasar ke dalam fantasi. Ia memperkenalkan sifat abu-abu ke semesta hitam putih."[11] Pada musim-musim awal, di bawah pengaruh buku-buku A Song of Ice and Fire, para karakter utama secara rutin terbunuh, dan ini menyebabkan meningkatnya ketegangan di kalangan penonton.[16] Pada musim berikutnya, para kritikus menuding bahwa karakter-karakter tertentu telah memiliki "baju zirah" untuk bertahan dalam keadaan yang tidak terduga, dan menyatakan bahwa Game of Thrones telah menyimpang dari novel menjadi seri televisi yang lebih tradisonal.[16] Seri ini juga menggambarkan tingkat kematian yang substansial dalam peperangan.[17][18] Inspirasi dan derivasiMeskipun musim pertama secara gamblang mengikuti rangkaian peristiwa dalam novel pertama, musim selanjutnya telah memiliki perubahan yang signifikan dari cerita novel. Menurut David Benioff, seri ini mengenai "pengadaptasian seri novel secara keseluruhan dan mengikuti peta yang ditata George untuk kita dan mencapai tonggak cerita utama, tetapi masing-masing alur tidak perlu berhenti di sepanjang jalan."[19] Novel-novel dan adaptasinya mendasarkan aspek latar, karakter, dan plot pada rangkaian peristiwa dalam sejarah Eropa.[20] Sebagian besar Westeros merupakan nostalgia akan Eropa pada Puncak Abad Pertengahan, mulai dari lahan dan budaya,[21] hingga intrik kerajaan, sistem feodal, kastil, dan turnamen kesatria. Inspirasi utama bagi novel-novel Martin adalah Perang Mawar di Inggris[22] (1455–1485) antara wangsa Lancaster dan York, yang dalam novel Martin tercermin dalam wangsa Lannister dan Stark. Cersei Lannister yang licik merupakan penggambaran dari Isabella, "serigala betina dari Prancis" (1295–1358).[20] Ia dan keluarganya, sebagaimana dikisahkan dalam seri novel sejarah The Accursed Kings karya Maurice Druon, adalah inspirasi utama bagi Martin.[23] Anteseden sejarah lainnya dari elemen cerita dalam seri ini meliputi Tembok Hadrianus (menjadi The Wall), Kekaisaran Romawi dan legenda Atlantis (kota kuno Valyria), api Yunani Bizantium ("wildfire"), cerita rakyat Islandia dari Zaman Viking (Ironborn), pasukan Mongol (Dothraki), Perang Seratus Tahun, dan Renaisans Italia.[20] Popularitas seri ini sebagian disebabkan oleh keahlian Martin dalam menggabungkan elemen-elemen cerita menjadi versi sejarah alternatif yang tanpa cela dan kredibel.[20][24] Pemeran dan karakter![]() Game of Thrones memiliki pemeran ansambel, diperkirakan merupakan yang terbanyak dalam sejarah pertelevisian;[25] selama musim ketiga, terdapat 257 nama pemeran yang tercatat.[26] Pada 2014, beberapa kontrak pemain dinegosiasikan ulang untuk diikutsertakan dalam musim ketujuh, dengan kenaikan honor yang kabarnya menjadikan mereka sebagai pemeran dengan bayaran tertinggi di televisi kabel.[27] Pada 2016, beberapa kontrak pemain kembali dinegosiasikan ulang, dan honor lima pemeran utama dilaporkan meningkat menjadi $1 juta per episode untuk dua musim terakhir, menjadikan mereka sebagai pemeran dengan bayaran tertinggi dalam acara TV.[28][29] Lord Eddard "Ned" Stark (Sean Bean) adalah pemimpin Wangsa Stark, yang keluarganya terlibat dalam alur cerita di sepanjang seri. Ia dan istrinya, Catelyn Tully (Michelle Fairley), memiliki lima anak: Robb (Richard Madden), si sulung; diikuti oleh Sansa (Sophie Turner), Arya (Maisie Williams), Bran (Isaac Hempstead-Wright), dan Rickon (Art Parkinson). Putra tidak sah Ned, Jon Snow (Kit Harington) dan temannya Samwell Tarly (John Bradley) bertugas di Night's Watch di bawah pimpinan Lord Commander Jeor Mormont (James Cosmo). Suku Wildlings tinggal di sebelah utara the Wall, termasuk Gilly (Hannah Murray), dan prajurit Tormund Giantsbane (Kristofer Hivju) dan Ygritte (Rose Leslie).[30] Karakter lainnya yang terkait dengan Wangsa Stark adalah anak asuh Ned, Theon Greyjoy (Alfie Allen), vasalnya Roose Bolton (Michael McElhatton), dan putra tidak sah Bolton, Ramsay Snow (Iwan Rheon). Robb jatuh cinta pada perawat bernama Talisa Maegyr (Oona Chaplin), dan Arya bersahabat dengan pandai besi bernama Gendry (Joe Dempsie) dan pembunuh bayaran Jaqen H'ghar (Tom Wlaschiha). Prajurit semampai Brienne of Tarth (Gwendoline Christie) melayani Catelyn dan kemudian, Sansa.[30] Di King's Landing, ibu kota kerajaan, sahabat Ned, Raja Robert Baratheon (Mark Addy), menikah tanpa cinta dengan Cersei Lannister (Lena Headey), yang menjalin kasih dengan kembarannya, the "Kingslayer" Ser Jaime Lannister (Nikolaj Coster-Waldau). Ia membenci adik bungsunya, si kerdil Tyrion Lannister (Peter Dinklage), yang membawa serta kekasih gelapnya, Shae (Sibel Kekilli) dan tentara bayaran Bronn (Jerome Flynn). Ayah Cersei adalah Lord Tywin Lannister (Charles Dance), dan ia juga memiliki dua putra: Joffrey (Jack Gleeson) dan Tommen (Dean-Charles Chapman). Joffrey dijaga oleh prajurit dengan bekas luka di wajah bernama Sandor "the Hound" Clegane (Rory McCann).[30] Small Council yang beranggotakan para penasihat raja terdiri dari Master Koin yang licik, Lord Petyr "Littlefinger" Baelish (Aidan Gillen) dan sida Lord Varys (Conleth Hill). Adik Robert, Stannis Baratheon (Stephen Dillane) memiliki penasihat bernama Melisandre (Carice van Houten) dan mantan penadah Ser Davos Seaworth (Liam Cunningham). Keluarga Tyrell yang kaya raya diwakili di istana oleh Margaery Tyrell (Natalie Dormer). The High Sparrow (Jonathan Pryce) adalah pemimpin keagamaan di ibu kota. Di kerajaan selatan Dorne, Ellaria Sand (Indira Varma) berupaya untuk membalas dendam pada keluarga Lannister.[30] Di seberang Narrow Sea, kakak beradik Viserys (Harry Lloyd) dan Daenerys Targaryen (Emilia Clarke) – anak dari raja terakhir wangsa berkuasa yang digulingkan oleh Robert Baratheon – berjuang untuk hidup dan berupaya merebut kembali takhta kerajaan. Daenerys menikah dengan Khal Drogo (Jason Momoa), pemimpin suku nomadik Dothraki. Pengikutnya termasuk kesatria pelarian Ser Jorah Mormont (Iain Glen), ajudannya Missandei (Nathalie Emmanuel), prajurit bayaran Daario Naharis (Michiel Huisman), dan Grey Worm (Jacob Anderson), pemimpin pasukan sida elite Daenerys, the Unsullied.[30] ProduksiKonsepsi dan pengembangan![]() Pada Januari 2006, David Benioff melakukan percakapan telepon dengan agen sastra George R. R. Martin mengenai buku-buku yang ditulisnya dan menunjukkan ketertarikan pada A Song of Ice and Fire, karena ia adalah penggemar fiksi fantasi saat masih remaja tetapi belum membaca buku-bukunya. Agen sastra Martin kemudian mengirimkan Benioff empat buku pertama dalam seri.[31] Benioff membaca beberapa ratus halaman novel pertama, A Game of Thrones, menyatakan antusiasmenya pada D. B. Weiss, dan menyarankan agar mereka mengadaptasi novel-novel Martin ke dalam seri televisi; Weiss selesai membaca novel pertama selama "kira-kira 36 jam".[32] Mereka berdua mengajukan pengadaptasian seri ke HBO setelah mengadakan pertemuan selama lima jam dengan Martin (Martin sendiri adalah penulis skenario veteran) di sebuah restoran di Santa Monica Boulevard. Menurut Benioff, mereka berhasil meyakinkan Martin setelah mereka menjawab pertanyaan Martin; "Siapakah ibu Jon Snow?"[33]
—George R. R. Martin, author[34] Sebelum didekati oleh Benioff dan Weiss, Martin juga telah melakukan pertemuan dengan penulis naskah lain, yang sebagian besarnya ingin mengadaptasi seri novel menjadi film layar lebar. Martin, bagaimanapun, menganggapnya "tidak bisa difilmkan" dan tidak mungkin diadaptasi sebagai film layar lebar, menyatakan bahwa salah satu novelnya setebal The Lord of the Rings, yang diadaptasi menjadi tiga film layar lebar.[34] Sependapat, Benioff juga mengatakan bahwa tidak mungkin untuk mengubah novel menjadi film layar lebar karena skala novel terlalu besar untuk diajadikan sebuah film, dan akan ada puluhan karakter yang harus dibuang. Benioff menambahkan, "sebuah film fantasi dengan lingkup seperti ini, dibiayai oleh sebuah studio besar, hampir pasti akan diberi rating PG-13. Itu berarti tidak akan ada adegan seks, tidak ada darah, tidak ada kata-kata kotor. Persetan."[11] Martin sendiri merasa senang dengan saran bahwa mereka akan mengadaptasi novelnya sebagai seri HBO, mengatakan bahwa dia "tidak pernah membayangkannya di saluran TV lain."[35] "Saya tahu seri ini tidak bisa diadaptasi menjadi seri televisi jaringan. Ini terlalu dewasa. Tingkat seks dan kekerasannya tidak akan pernah diterima."[34] Seri ini mulai dikembangkan pada bulan Januari 2007.[2] HBO memperoleh hak pengadaptasian televisi atas novel-novel tersebut, dengan Benioff dan Weiss bertindak sebagai produser eksekutifnya, dan Martin sebagai ko-produser eksekutif. Niat mereka adalah agar tiap novel menghasilkan episode yang berharga di setiap musimnya.[2] Pada awalnya, Martin rencananya akan menulis satu episode per musim sementara Benioff dan Weiss akan menulis episode selebihnya.[2][36] Jane Espenson dan Bryan Cogman kemudian diikutsertakan untuk menulis satu episode masing-masingnya pada musim pertama.[4] Draf pertama dan kedua naskah episode pilot yang ditulis oleh Benioff dan Weiss diajukan masing-masingnya pada Agustus 2007[37] dan Juni 2008.[38] Meskipun HBO menyukai kedua konsep tersebut,[38][39] episode pilot tidak ditindaklanjuti hingga November 2008;[40] pemogokan Writers Guild of America 2007-2008 diduga telah menunda proses tersebut.[39] Episode pilot, "Winter Is Coming", syuting pertama kali pada tahun 2009; setelah penerimaan yang buruk dalam sebuah penayangan pribadi, HBO menuntut dilakukan pengambilan gambar ulang secara menyeluruh (sekitar 90 persen dari episode, dengan perubahan pemeran dan penyutradaraan).[33][41] Episode pilot atau perdana dilaporkan menghabiskan anggaran HBO sebesar US$5–10 juta untuk proses produksi,[42] sementara anggaran untuk musim pertama diperkirakan sebesar $50–60 juta.[43] Pada musim kedua, seri ini mengalami kenaikan anggaran sebanyak 15 persen untuk adegan pertempuran klimaks dalam episode "Blackwater" (dengan anggaran $8 juta).[44][45] Antara 2012 dan 2015, anggaran rata-rata per episode meningkat dari $6 juta[46] menjadi "hampir" $8 juta.[47] Anggaran untuk musim keenam lebih dari $10 juta per episode, dengan total anggaran pada musim tersebut lebih dari $100 juta, rekor terbanyak dalam seri Game of Thrones.[48] Pemilihan pemeranNina Gold dan Robert Sterne adalah direktur pemeranan prinsipiel dalam seri ini.[49] Melalui serangkaian proses audisi dan pembacaan skrip, para pemeran utama dikumpulkan. Pengecualian hanyalah Peter Dinklage dan Sean Bean, yang memang diinginkan oleh para penulis skrip sejak awal; mereka diumumkan bergabung dengan episode pilot pada tahun 2009.[50][51] Aktor lainnya yang meneken kontrak untuk episode pilot adalah Kit Harington sebagai Jon Snow, Jack Gleeson sebagai Joffrey Baratheon, Harry Lloyd sebagai Viserys Targaryen, dan Mark Addy sebagai Robert Baratheon.[51][52] Menurut Benioff dan Weiss, Addy adalah aktor termudah untuk berperan dalam seri ini, karena penampilannya dalam audisi.[53] Beberapa karakter pada episode pilot dipilih ulang untuk musim pertama: Catelyn Stark awalnya diperankan oleh Jennifer Ehle, tetapi peran tersebut diberikan kepada Michelle Fairley.[54] Peran Daenerys Targaryen juga dipilih ulang, dengan Emilia Clarke menggantikan Tamzin Merchant.[55][56] Sisa pemeran untuk musim pertama selesai dipilih pada paruh kedua tahun 2009.[57] Meskipun banyak pemeran yang kembali bermain setelah musim pertama, produser memiliki banyak karakter baru untuk tiap musim berikutnya. Karena banyaknya karakter baru, Benioff dan Weiss menunda pengenalan beberapa karakter utama di musim kedua dan menggabungkan beberapa karakter menjadi satu atau mengarahkan fungsi plot ke karakter yang berbeda.[25] Beberapa karakter berulang muncul kembali setelah bertahun-tahun; misalnya, Gregor Clegane dimainkan oleh tiga aktor berbeda, sementara Dean-Charles Chapman, yang memerankan Tommen Baratheon, juga memerankan karakter Lannister minor.[58] Penulisan![]() Game of Thrones mempekerjakan tujuh penulis skrip dalam enam musim. Pencipta seri, David Benioff dan D. B. Weiss, menulis sebagian besar episode pada tiap musim.[59] Pengarang A Song of Ice and Fire, George R. R. Martin, menulis satu episode per musim untuk empat musim pertama. Martin tidak menulis skrip episode untuk musim-musim selanjutnya, karena ia ingin fokus menyelesaikan novel keenam (The Winds of Winter).[60] Jane Espenson ikut serta menulis satu episode pada musim pertama sebagai penulis lepas.[61] Bryan Cogman, awalnya bertindak sebagai koordinator skrip untuk seri ini,[61] dipromosikan menjadi produser pada musim kelima. Cogman, yang menulis setidaknya satu episode sepanjang lima musim pertama, adalah satu-satunya penulis lain di jajaran penulis bersama Benioff dan Weiss. Sebelum dipromosikan, Vanessa Taylor (penulis skrip pada musim kedua dan ketiga) bekerja membantu Benioff dan Weiss. Dave Hill bergabung dengan staf penulis pada musim kelima setelah bekerja sebagai asisten Benioff dan Weiss.[62] Meskipun Martin tidak lagi berada di jajaran penulis skrip, ia tetap membaca ikhtisar skrip tersebut dan memberikan komentar.[59] Benioff dan Weiss terkadang menetapkan satu karakter untuk satu penulis tertentu; misalnya, Cogman ditugaskan khusus untuk mengembangkan karakter Arya Stark pada musim keempat. Para penulis skrip menghabiskan beberapa minggu untuk menulis ikhtisar para karakter, termasuk materi dari novel yang akan digunakan dan tema-tema utama. Setelah ikhtisar para karakter selesai ditulis, dibutuhkan waktu dua hingga tiga minggu untuk mendiskusikan masing-masing karakter utama dan mengatur porsi kemunculan mereka episode demi episode.[59] Ikhtisar skrip yang terperinci ditulis, dengan masing-masing penulis mendapatkan jatah penulisan skrip untuk setiap episode. Cogman, yang menulis dua episode untuk musim kelima, membutuhkan waktu satu setengah bulan untuk menyelesaikan semua skrip. Skrip yang telah selesai kemudian dibaca oleh Benioff dan Weiss, yang membubuhkan catatan mengomentari, dan skrip yang dibubuhi catatan akan ditulis ulang. Sepuluh episode harus selesai ditulis sebelum pembuatan film dimulai karena pengambilan gambar dilakukan oleh dua unit kru di negara berbeda.[59] Benioff dan Weiss menulis skrip episode mereka bersama-sama, salah satunya menulis bagian pertama skrip dan yang lainnya menulis bagian kedua. Setelah itu mereka membaca ulang skrip dan membuat catatan lalu menulis ulang bagian yang diberi catatan.[35] Jadwal adaptasi dan episodeSetelah alur cerita Game of Thrones musim keenam mulai mendahului alur cerita novel, seri ini mulai mengikuti garis besar alur novel berikutnya yang disediakan oleh Martin[63] dan konten asli. Pada bulan April 2016, produser berencana untuk melakukan pengambilan gambar 13 episode lagi setelah musim keenam: tujuh episode untuk musim ketujuh dan enam episode untuk musim kedelapan.[64] Belakangan, pengambilan gambar diperbarui hanya untuk musim ketujuh dengan tujuh episode berurutan.[65][66] Delapan musim yang difilmkan tetap mengadaptasi alur cerita novel, dengan kecepatan sekitar 48 detik per halaman selama tiga musim pertama.[67]
Dua musim pertama mengadaptasi masing-masing satu novel. Untuk musim berikutnya, produser memandang Game of Thrones sebagai adaptasi dari A Song of Ice and Fire secara keseluruhan, bukannya adaptasi dari masing-masing novel;[90] hal ini memungkinkan mereka untuk memfilmkan peristiwa di keseluruhan novel, sesuai dengan persyaratan pengadaptasian ke layar kaca.[91] Pengambilan gambar![]() Pengambilan gambar utama untuk musim satu dijadwalkan dimulai pada 26 Juli 2010,[4] dan lokasi utamanya adalah Paint Hall Studios di Belfast, Irlandia Utara.[92] Adegan eksterior di Irlandia Utara difilmkan di Sandy Brae di Mourne Mountains (Vaes Dothraki), Castle Ward (Winterfell), Saintfield Estates (pohon Winterfell), Tollymore Forest (adegan luar ruangan), Cairncastle (lokasi eksekusi), tambang Magheramorne (Castle Black), dan Shane's Castle (arena turnamen).[93] Doune Castle di Stirling, Skotlandia, awalnya juga digunakan dalam episode pilot untuk adegan di Winterfell.[94] Para produser awalnya memutuskan untuk melakukan proses syuting keseluruhan seri di Skotlandia, tetapi akhirnya memilih Irlandia Utara karena ketersediaan ruang studio di sana.[95] Adegan wilayah selatan pada musim pertama difilmkan di Malta, mengalami perubahan lokasi dari Maroko pada episode pilot.[4] Kota Mdina digunakan untuk penggambaran King's Landing. Syuting juga dilakukan di Fort Manoel (menggambarkan Sept of Baelor), Azure Window di pulau Gozo (lokasi pernikahan Dothraki) dan di San Anton Palace, Fort Ricasoli, Fort St. Angelo dan biara St. Dominic (untuk adegan di Red Keep).[93] ![]() Pengambilan gambar untuk adegan selatan pada musim kedua berpindah dari Malta ke Kroasia; kota Dubrovnik dan lokasi terdekat memungkinkan dilakukannya pengambilan gambar eksterior kota pesisir dan berpagar tembok. Walls of Dubrovnik dan Fort Lovrijenac dimanfaatkan untuk adegan di King's Landing, meskipun eksterior beberapa bangunan setempat, misalnya Red Keep dan Sept of Baelor, dibuat dengan menggunakan pencitraan komputer.[96] Pulau Lokrum, biara St. Dominic di kota pesisir Trogir, Rector's Palace di Dubrovnik, dan tambang Dubac (beberapa kilometer di sebelah timur) digunakan untuk adegan-adegan di Qarth. Adegan yang diambil di sebelah utara The Wall, di Frostfangs dan di Fist of the First Men, difilmkan pada November 2011 di Islandia: di gletser Vatnajökull di dekat Smyrlabjörg, gletser Svínafellsjökull dekat Skaftafell dan gletser Mýrdalsjökull dekat Vik di Höfðabrekkuheiði.[93][97] Lokasi produksi musim ketiga kembali ke Dubrovnik, dengan Tembok Dubrovnik, Fort Lovrijenac dan lokasi terdekat kembali digunakan untuk adegan di King's Landing dan Red Keep. Trsteno Arboretum, sebuah lokasi baru, menjadi taman keluarga Tyrell di King's Landing. Musim ketiga juga kembali syuting di Maroko (termasuk kota Essaouira) untuk merekam adegan Daenerys di Essos.[98] Dimmuborgir dan gua Grjótagjá di Islandia juga turut digunakan sebagai lokasi syuting.[97] Salah satu adegan dengan seekor beruang hidup difilmkan di Los Angeles.[99] Proses produksi dilakukan oleh tiga unit kru (Dragon, Wolf dan Raven) dengan pengambilan gambar secara paralel, enam tim penyutradaraan, 257 pemeran dan 703 anggota kru.[26] ![]() Musim keempat kembali syuting di Dubrovnik dan mencakup lokasi baru, termasuk Diocletian's Palace di Split, Klis Fortress di sebelah utara Split, tambang Perun di timur Split, pegunungan Mosor, dan Baška Voda di sebelah selatan.[100] Taman Nasional Thingvellir di Islandia digunakan sebagai lokasi syuting pertarungan antara Brienne dan the Hound.[97] Pengambilan gambar musim keempat memakan waktu 136 hari dan berakhir pada 21 November 2013.[101] Lokasi tambahan untuk musim kelima antara lain Seville, Spanyol, yang digunakan untuk adegan di Dorne, serta Córdoba.[102] Musim keenam, yang mulai syuting pada bulan Juli 2015, kembali dilakukan di Spanyol dan difilmkan di Navarra, Guadalajara, Seville, Almeria, Girona dan Peniscola.[103] Proses syuting juga kembali ke Dubrovnik, Kroasia.[104] Pengambilan gambar tujuh episode pada musim ketujuh dimulai pada 31 Agustus 2016, di Titanic Studios di Belfast, dengan pengambilan gambar lainnya dilakukan di Islandia, Irlandia Utara, dan berbagai lokasi lainnya di Spanyol, |