FaqingFaqing (Hanzi: 法慶; Pinyin: Fǎ qìng) juga disebut Shi Faqing (释法庆) adalah seorang biksu yang hidup di masa Dinasti Wei Utara, yang merupakan pendiri dari Sekte Mahayana Maitreya (彌勒大乘教) yang membentuk pasukan untuk melawan Dinasti Wei Utara, membantai banyak orang, yang dikenal sebagai Pemberontakan Faqing (法慶之亂).[1] KehidupanMenyebarkan ajaranFaqing hidup di dinasti Wei Utara. Dia adalah seorang biksu yang tidak mengikuti aturan monastik Buddhisme dan mempunyai seorang istri bernama Huihui (惠暉). Faqing memproklamirkan dirinya sebagai "Buddha baru", dan menciptakan "ajaran Mahayana" (大乘教) yang juga dikenal sebagai "ajaran Mahayana Maitreya" (彌勒大乘教). Apa yang disebut "Buddha baru" adalah mengutip kitab suci Buddha bahwa "Maitreya turun untuk menjadi seorang Buddha", dan "Buddha Maitreya menggantikan Buddha Shakyamuni untuk menyelamatkan dunia". Faqing merevisi doktrin-doktrin Aliran Kesempurnaan Kebijaksanaan dalam agama Buddha Mahayana.[2] Kitab Katalog Sutra Buddha (眾經目錄) yang dikumpulkan Faqing terdiri dari kitab-kitab palsu, salah satunya adalah Sutra Buddha Maitreya mencapai Kebuddhaan membasmi iblis (弥勒成佛扶魔經).[3] Dia merekrut Li Guibo (李歸伯) dari Bohai yang mengikutinya dengan seluruh keluarganya dan selanjutnya membawa orang-orang dari daerah asalnya. Dengan demikian, Li Guibo mendukung Faqing sebagai pemimpin. Sebagai imbalannya, Faqing menyatakan Guibo sebagai seorang bodhisattva tingkat kesepuluh (十住菩薩), mengangkatnya sebagai “Jendral Pengusir Iblis” (平摩軍司) dan “Raja yang Menegakkan Suku Han” (定漢王). Dirinya sendiri disebut Dacheng 大乘(Kendaraan Besar, Mahayana).[4] Faqing menganjurkan orang untuk "membunuh orang dan menyebabkan kekacauan", mengatakan bahwa "mereka yang membunuh satu orang akan mencapai Bodhisattva tingkat pertama, dan mereka yang membunuh sepuluh orang adalah Bodhisattva tingkat kesepuluh". Dia bersama para pengikutnya membantai para biksu dan biarawati, menghancurkan vihara dan membakar patung dan sutra, dengan keyakinan "Buddha baru telah muncul untuk membasmi iblis-iblis yang lama".[4] Dia juga menggunakan obat-obatan terlarang dan membuat orang yang meminumnya menjadi gila sehingga antara orang tua, anak dan saudara tidak mengenal satu sama lain, dan hanya akan membunuh dan melukai satu sama lain.[5] Pemberontakan dan kematianPada bulan ke-6 tahun 515, Faqing, dengan dukungan Li Guibo mengumpulkan pasukan di Jizhou (sekarang Hebei) untuk memberontak melawan kekuasaan Dinasti Wei Utara atas nama Buddhisme. Jumlah pengikutnya saat itu mencapai lebih dari 50.000 orang.[6] Para pengikutnya membunuh hakim Fucheng, menghancurkan distrik Bohai dan membunuh para pejabat. Ketika inspektur daerah Xiao Baoyin (蕭寶夤) dan administrator Cui Bolin (崔伯麟) melakukan ekspedisi untuk memberantas pemberontakan dan tiba di tempat kejadian, mereka dikalahkan di Zhuzao di mana Cui Bolin terbunuh dalam pertempuran. Setelah itu kelompok Faqing ini menjadi semakin kuat. Untuk menumpas pemberontakan ini, Yuan Yao (元遙) diberi kekuasaan penuh sebagai komandan ekspedisi utara. Dia memimpin pasukan yang terdiri dari seratus ribu orang infanteri dan kavaleri. Faqing menyerang pasukan Yao, namun Yao berhasil menghancurkannya. Kemudian Yao memerintahkan jenderal Zhang Qiu (張虯) dan yang lainnya untuk mengejarnya dengan kavaleri dan menghancurkan para pemberontak. Pada bulan 9 di tahun 515, mereka menangkap Faqing dan istrinya, dan memenggal kepala mereka. Kepala mereka dikirim ke ibu kota. Kemudian Li Guibo juga ditangkap dan dihukum mati di ibu kota.[4] SetelahnyaDi wilayah yang sama di Jizhou (provinsi Hebei saat ini), di mana pemberontakan Faqing meletus pada tahun 515, dua tahun kemudian sisa-sisa dari sekte yang sama memberontak lagi. Dan kasus heterodoksi Buddhis lebih lanjut dilaporkan beberapa tahun kemudian selama era Xiping (熙平).[7] Referensi
Daftar Pustaka
|